Kini keadaan kerajaan Lufas sedang tidak baik-baik saja. Berita kehamilan Princess Roseanne yang sempat marak dibicarakan kini mulai mereda. Tapi bak keluar mulut harimau malah masuk lubang buaya tengah mereka rasakan. Hari ini isu itu tergantikan oleh kematian Prince Tender dan kaburnya Princess Arlisa. Berita tentang kaburnya Princess Arlisa hanya terdengar dalam lingkup keluarga kerajaan, tapi berita kematian Prince Tender sudah sampai ke seluruh negeri.
Ya, Prince Tender dinyatakan meninggal setelah dirawat di rumah sakit semalaman. Dia ada di lokasi penculikan Princess Arlisa dan mencoba menyelamatkannya. Namun naasnya salah seorang dari penculik itu melayangkan tembakan peluru tepat ke arah dadanya. Luka tembak di dadanya mengakibatkan organ vitalnya terancam fatal. Dia sempat sadar sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Sebelum napasnya berhenti dia mengatakan bahwa penculikan Princess Arlisa dilakukan oleh orang yang mereka kenal. Tapi belum sempat dia menyebutkan namanya, napasnya sudah berhenti berhembus dan matanya menutup sempurna.
Sungguh, hal ini benar-benar membuat King Allardeo kalut. Bahkan pria itu kini tengah terbaring lemah dikamarnya. Semua yang berkaitan dengan kerajaan tengah dipegang Prince Victor dan Prince Jay.
"Hormat kami Yang Mulia," hormat para pengawal.
King Allardeo membalasnya dengan mengangkat telapak tangan.
"Bagaimana? Apa kalian telah menemukan jejak putriku?"
"Sebelumnya hamba mohon maaf yang mulia. Dari penyelidikan yang telah kami lakukan.. kami belum mampu untuk menemukan tuan putri. Mereka sepertinya bukan orang biasa. Bahkan sejengkal jejak bukti pun sengaja mereka hilangkan agar kami kesusahan dalam mencari," jelas komandan pengawal.
"Lalu kau pikir aku peduli?! Cepat temukan putriku atau nyawamu menjadi taruhannya Albert!!!"
****
Princess Arlisa tampak tersenyum penuh kemenangan setelah berhasil mencuri pistol salah satu pengawal. Dasar bodoh. Mereka terlalu mudah untuk dikelabuhi. Bagaimana bisa mereka menculik Princess Arlisa?
"Theo..Theo.. kau harus mati ditanganku."
Tiba-tiba Princess Arlisa meringis karena perutnya terasa nyeri untuk beberapa saat. Sontak Princess Arlisa mencengkeram perutnya erat-erat.
"Dasar bayi sialan! Kau pun harus mati. Aku tidak sudi benih pria brengsek itu tumbuh dalam diriku," ujar Princess Arlisa pada perutnya. Katakan saja dia gila. Karena pada nyatanya Prince Theo lah yang membuatnya semakin tidak waras seperti ini.
****
"Kau gila Theo? Apa yang sebenarnya terjadi bodoh? Kau?! Bagaimana bisa kau menculiknya? Katakan padaku Theo! Kau mencintainya?!"
Sungguh Princess Nathalie tak habis pikir. Apa yang sebenarnya sedang direncanakan Prince Theo? Pria itu mulai tidak waras. Bukankah Princess Arlisa bukan seleranya? Lalu apa yang membuatnya semenarik itu hingga Prince Theo nekat menculiknya?
"Ini bukan urusanmu," balas Prince Theo sambil membuka surat-surat dari negeri seberang.
"Apa kematian Tender adalah ulahmu juga Theo?" tanya Princess Nathalie.
Kematian Tender? Itu hanya sebuah ketidak sengajaan. Lagi pula kenapa memilih berurusan dengannya. Jelas-jelas dia pengganggu bagi Prince Theo.
"Itu tidak sengaja."
Plakk
"Bajingan kau Theo! Katakan padaku sekarang juga! Apa kau mencintai jalang sialan itu Theo?"
Prince Theo terdiam beberapa saat menunggu panas bekas tamparan Princess Nathalie menghilang. Setelahnya dia justru menampilkan senyum miringnya membuat Princess Nathalie mengernyit bingung.
"Apa kau masih mencintaiku Nathalie? Kau terlihat munafik dengan bertingkah seperti ini. Berhentilah menggali lubang dosamu sendiri. Kau dan aku saudara," ujarnya lalu kembali fokus pada tugas-tugasnya.
Sedangkan Princess Nathalie mencengkeram gaunnya erat-erat.
Lihat saja kau Arlisa! Aku tidak akan diam.
****
"Berhenti!"
Deg..
Princess Arlisa menghentikan langkahnya seketika.
Prince Theo yang bersuara barusan. Pria itu berjalan perlahan tapi pasti dan berhenti tepat dihadapan Princess Arlisa. Matanya menyorotkan pandangan menyelidik dan tangannya dengan perlahan meraba rahang Princess Arlisa dan dalam hitungan detik dia mencengkeramnya kuat-kuat.
"Kau ingin menipuku Arlisa? Aku tidak sebodoh itu. Berhentilah bersandiwara. Kau tidak akan bisa kabur dari jangkauanku," bisiknya ke telinga Princess Arlisa.
Princess Arlisa yang mendengar itu mengetatkan rahangnya dan menatap balik mata pria itu dengan nyalang. Selanjutnya dia mengumpulkan air ludahnya dan...
Cuih...
"Jangan harap Theo. Syukurlah kalau kau tau kebohonganku. Rupanya selama ini aku salah paham. Ternyata kau masih memiliki otak untuk berpikir. Ya... setidaknya berpikir tentang hal kecil seperti ini," balas Princess Arlisa sambil menampilkan senyum puasnya.
"Sialan kau jalang!"
Plakk..
Satu tamparan berhasil mendarat mulus di muka Princess Arlisa. Cukup keras hingga sekarang mengalir darah segar dari sudut bibirnya.
"Kau milikku. Tidak ada yang bisa mengambilmu dariku. Aku yakin kau sekarang berniat membunuhku. Jangan mimpi Arlisa, segeralah bangun dan nikmati siksaanmu," jelas Prince Theo penuh penekanan disetiap katanya.
Senyum Princess Arlisa menghilang seketika. Tangannya yang masih kosong meraih pistol yang dia selipkan di bagian tengah dadanya.
Prince Theo langsung melotot menyaksikan kenekatan Princess Arlisa. Dan sepersekian detik kemudian pistol itu sudah menempel tepat dipelipis Prince Theo.
"Kau harus mati ditanganku bajingan."
Bukannya menyingkirkan pistol itu Prince Theo justru mengambil pistol disaku celananya. Kemudian dia mengarahkan pistol itu ke pelipis Princess Arlisa.
"Kalau begitu kau harus mati terlebih dahulu ditanganku sayang..."
Mereka terus menatap dengan pistol menodong ke arah pelipis bergantian. Namun tiba-tiba...
Dorrr...
Dorrr...
Dan setelahnya hanya ada suara teriakan yang saling bersahutan.
####
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed (Taeyong × Lisa) [End]
Rastgele"Lepaskan aku bodoh!" -Princess Arlisa Aqueliqueae de Lufas - "Wow, rupanya mulutmu sangat manis tuan putri. Apakah ini yang diajarkan raja dan ratu pada anak gadisnya ini? Baiklah tuan putri, pangeranmu ini siap untuk membimbingmu. -Prince Theodore...