Jingga menoleh dari berkas yang sedang dipelajarinya saat pintu ruang kerjanya diketuk dan beberapa saat kemudian Susan, asistennya masuk untuk mengabarkan jadwalnya. Ia mendengarkan penjelasan Susan bahwa rapat siang ini diundur tiga puluh menit karena Kak Danu sedang menerima panggilan darurat.
Hal yang cukup aneh bagi Jingga, mengingat rapat bisa dimulai oleh sang Kakak. "Kakak- maksudku Pak Reno tidak hadir?" tanya Jingga pada Susan yang kembali dijawab singkat oleh asistennya itu dengan gelengan kepala. Jingga tidak perlu bertanya alasan sang kakak tidak hadir, lagipula Susan juga tidak akan tahu. Siapa di Relion yang bisa dengan pasti mengetahui jadwal Reno? Jingga menggelengkan kepala takjub, terkadang ia ingin sekali meminta sang Kakak untuk menaikkan gaji asisten pribadi pria itu. Namun tentu saja tidak dilakukannya, yang ada mereka akan kembali melakukan 'perang saudara'.
Ting!
Sebuah notifikasi muncul dari layar ponselnya dari nomor yang menjadi langganan tetap setiap hari memberi kabar padanya. Setelah mempersilahkan Susan kembali ke mejanya, Jingga sibuk membaca laporan dari private investigator-nya yang mengabarkan kegiatan Hera, adik Rio. Sebuah foto menarik perhatian Jingga diantara beberapa foto yang dikirim timnya, ia melihat Bu Wulan sedang bicara dengan Hera di pinggir jalan. Terlihat jelas Hera menabrak mobil Bu Wulan dari belakang, dan mereka berbicara singkat. Itu tadi jam sepuluh siang.
Tunggu, Bu Wulan tidak pernah pergi tanpa supir.
Jingga kembali menggeser layar ponselnya pada foto-foto selanjutnya, keduanya memilih berbincang di kafe tidak jauh dari situ. Di foto terakhir ia melihat Ella, gadis itu duduk diantara Bu Wulan dan Hera dan terlihat sangat gelisah. Apa sebenarnya yang terjadi? Memikirkan terlalu lama hal yang ia tidak mengerti bukanlah gaya Jingga, sehingga gadis itu pun menghubungi anak buahnya untuk menanyakan apa yang terjadi setelah foto terakhir.
"Mereka ada dimana?," Jingga mengulang pertanyaannya saat ia merasa mungkin salah dengar dengan informasi yang baru saja didapatnya. Bagaimana bisa Bu Wulan sekarang berada di kediaman Adhiguna? Ini semua tidak mungkin sebuah kebetulan semata.
Apa ketidakhadiran Kakak karena Ella menghilang?
Suara ketukan pintu membuat Jingga segera memutus sambungan teleponnya. Susan kembali mengingatkan bahwa saat ini sudah tiga puluh menit berlalu dan rapat segera di mulai. Ia ingin sekali menghubungi Reno saat ini, tetapi sang kakak tidak tahu apa-apa soal Hera dan bisa jadi semua hal yang dilakukannya sampai hari ini sia-sia kalau sang Kakak terlibat. Bayangan wajah pucat Reno masih menghantui benak Jingga, tidak! Ia tidak akan sanggup melihat sang kakak menderita lagi. Ia hanya perlu duduk selama dua jam lebih lama sebelum ia pergi menemui Hera.
***
Ella mengerjapkan matanya beberapa saat sebelum benar-benar menyadari dimana dia saat ini. Kepalanya pusing dan berdenyut. Ella mendapati dirinya di sebuah kasur dengan satu tangan terborgol di rangka tempat tidur. Borgol! Astaga, bagaimana bisa dia melepaskan diri dari besi? tali saja sudah cukup sulit.
"Sudah bangun?" Ella menoleh untuk melihat perempuan itu duduk diam di kursi baca pada sudut ruangan, menatapnya penuh kebencian namun menyunggingkan senyum terbaiknya. Benar-benar bertolak belakang.
Ella mencoba menggali isi kepalanya, berharap pernah melihat perempuan ini di suatu tempat selain hari ini. Sayangnya, setelah berdiam diri ia tetap tidak bisa mengingat siapa sosok dihadapannya ini selain perempuan yang tidak sengaja menabrak dia dan tante Wulan tadi. Seharusnya ia menolak ajakan tante Wulan untuk membahas perbaikan mobil, entah apa yang sudah dicampurkan mereka dalam minumannya tadi. Dimana tante Wulan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella's Beast
Storie d'amore*Sequel of Cinderella's Stepsister* Tujuh tahun sudah berlalu sejak ia mengetahui semua kebenaran tentang hidupnya, kini Ella yang genap berusia dua puluh lima tahun kembali ke negara asalnya setelah puas melarikan diri dari kenyataan. Berharap dapa...