Clairine dan Farell bertatapan ragu, mobil Clairine sudah berhenti di pinggir jalan. Entah apa yang terjadi Jeslyn menelepon dan meminta dijemput, yang mengkhawatirkan adalah Jeslyn mengatakannya dengan menangis.
"Kak," panggil Jeslyn di seberang telepon dan masih terdengar isakannya.
Panggilan Jeslyn seolah membuat Clairine dan Farell melepaskan tatapan mereka.
"Iya, kamu send lokasi kamu sekarang ya," jawab Farell kemudian menutup telepon.
Clairine hanya memilih diam dan menatap hiruk pikuk di luar. Sedangkan Farell masih menenangkan diri dengan situasi yang terjadi.
"Rin, lo nggak apa-apa?" tanya Farell secara implisit.
"Jemput aja, lagian kalo gue nggak ngebolehin lo mau gimana?" tanya Clairine balik dengan sangsi.
"Gue bisa pesen grab car," jawab Farell yang sebenarnya ragu juga siapa yang akan menerima pick up di tengah jalan seperti ini menjelang tengah malam.
"Udah jalan aja," jawab Clairine cuek yang kemudian memasang airpodnya.
...
Clairine memandang ke luar dengan malas. Melihat Farell yang sedang menenangkan Jeslyn dan memeluknya. Clairine benci dengan dirinya sendiri yang terbiasa dengan perasaan saat ditinggalkan dan merasa tidak diinginkan. Clairine sudah melewati masa seperti itu berkali-kali. Tidak menyangka Farell yang baru dikenalnya beberapa hari akan memberikan sakit yang sama.
Kenapa? Kenapa Clairine harus merasa seperti itu, jangan bilang dia mulai merasa terikat terhadap pria itu.
Clairine menghembuskan nafas keras, menggelengkan kepalanya pemikiran yang ada di kepalanya. Kemudian dengan sukarela pindah ke jok belakang.
Jeslyn tampak terkejut melihat Clairine duduk di jok belakang menyapanya dengan senyum tipis. Sementara Farell terlihat kaget melihat Clairine berpindah ke jok belakang. Clairine hanya mendengus kecil mengira lelaki itu sudah lupa ada dia.
Perjalanan diisi dengan keheningan, Clairine sendiri juga tidak berniat membuka percakapan. Clairine mengrenyit kala lagu yang diputarnya berhenti dengan adanya panggilan masuk.
Panggilan dari Abyasa. Satu-satunya orang yang tidak memberikan sakit yang sama—sebelumnya. Clairine menatap dua orang yang ada di depan dengan ragu, kenapa dia ada di situasi serba salah sih.
Ah masa bodoh
Abyasa lebih penting dari kedua orang di depan, Clairine akhirnya mengangkat panggilan dengan airpods masih terpasang.
"Kenapa by?" tanya Clairine tanpa berniat menurunkan volume suaranya membuat kedua orang yang di depan sedikit melirik ke belakang, Clairine masih cuek.
"Hah? Bentar gue masih di luar."
"Iya, masuk aja ke kamar gue," ucapannya mengundang lirikan lagi.
"Jangan ganggu kevin lo, dia capek abis tryout kemarin." Perintah akhirnya menutup panggilan.
"Abyasa?" tanya Farell.
"Iya," jawab Clairine pendek tanpa berniat menjelaskan.
...
"Lo kenapa sih?" tanya Clairine yang baru datang. Abyasa diam saja tidak menjawab sibuk memainkan game dan tiduran di atas kasur Clairine.
"By jawab napa," ucap Clairine kesal. Abyasa masih diam saja.
Clairine yang kesal akhirnya mengambil bantalnya memukulkannya ke badan Abyasa berkali kali.
"Ampun ampun rin," ucap Abyasa menghentikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
May-Be
RomanceSahabat yang dia sukai sejak lama tiba-tiba berpacaran. Clairine menemukan teman baru yang sama sedang patah hatinya. Mencoba hal baru dan mendapat masalah baru juga. "The Only Certainly is Uncertainly" Clairine tahu itu, tapi dia tidak tahu perasa...