Clairine menatap dirinya sedih berada di sudut toko buku. Dia sudah mengirim pesan kepada Abyasa untuk meninggalkan dirinya saja. Farell membuatnya merasa bersalah jika ia masih pulang dengan Abyasa. Hasilnya dia meminta Kevin untuk menjemputnya, bisa dimarahi dia, jika pulang dengan taksi.
Clairine menatap buku di depannya tanpa minat, padahal dia ingin sekali minum smoothie. Smoothienya dibawa oleh Abyasa dan tidak mungkin dia kembali ke gerai smoothie, dia takut Farell dan Jeslyn masih disana.
"Ngapain lo kaya orang gila," ucap Kevin, adiknya yang ternyata sudah datang.
Clairine mendengus kesal. Ya dia terlihat menyedihkan di sudut toko buku memegang tas belanjaannya sendiri—untung tidak dibawa Abyasa dan wajahnya yang kelihatan suram.
"Tumben cepet," ucap Clairine mengejek.
Kevin menarik buku di depannya, "Tadi gue lagi main deket sini terus lo nelfon yaudah."
"Lo belanja itu aja?" tanyanya pada Clairine.
Clairine mengangguk, "Yaiyalah kan buat gala dinner katanya."
"Kartu mama lo bawa?" tanya Kevin yang dijawab anggukan.
"Yakin mau beli itu aja? Nggak hoodie, jeans, crop top?" Tanya Kevin lagi menyebutkan barang kesukaan kakaknya itu.
Clairine mendongak, "Emang boleh?" tanyanya pasalnya mamanya selalu mengkritik fashionnya yang tidak ada anggun-anggunnya.
"Beli aja paling nggak dicek, yang penting dressnya udah," ucap Kevin memberikan ide nakal. Ya itung-itung menghibur kakaknya yang sedih ini.
Clairine kemudian tersenyum semangat menyeret Kevin, "Ntar gue traktir baju paling cakep dan mahal," ujarnya sombong menunjukkan kartu milik Mamanya.
Kevin hanya mengangguk, lagipula dia dan kakaknya satu selera dalam fashion.
Clairine mendesis saat melihat Farell dan Jeslyn berjalan dari arah berlawanan. Sedikit terkejut melihat Clairine dan Kevin. Melihat itu Clairine tersenyum miring semakin mengeratkan pegangannya pada Kevin.
Mereka pikir dia hanya punya Abyasa saja apa. huh.
...
"Senyum Clairine, nggak akan ada yang suka sama kamu kalau gitu. Lihat kakakmu!" perintah mamanya saat mereka tiba di tempat pesta.
Clairine menoleh ke kakaknya-Steffany yang mengulas senyum lebarnya sudah menyapa temannya. Kevin sudah pergi bergabung dengan teman sekolahnya. Clairine? Dia tidak pernah datang ke acara seperti ini, orang-orang bahkan lupa keluarganya memiliki tiga orang anak, yang mereka ingat hanya Steffany dan Kevin si sulung dan si bungsu.
Akhirnya Clairine mengulas senyum tipis, mengikuti langkah orang tuanya. Seperti biasa respon orang kaget dan terkejut melihatnya. Dia bahkan disangka sebagai adik Kevin— kalau itu salahkan postur tubuhnya yang kecil.
"So, how are you sis?" tanya Kevin yang menghampirinya setelah selesai menyapa temannya.
Clairine yang mengambil dessert di depannya menatap Kevin malas, "Same as before, I'm still not belong here."
Kevin mengangguk, "Too bad, kali ini lo harus sendirian, pangeran lo ini nggak bisa menemani, gue harus mengejar cinta gue," lirik Kevin pada seorang gadis di ujung arah berlawanan.
Clairine menggeleng heran ini sudah keberapa kalinya, "Yang keberapa ini vin? Dah sana lo pergi aja."
Kevin akhirnya pergi setelah menepuk kepala Clairine—yang membuatnya semakin disangka sebagai adik Kevin. Clairine menoleh melihat ke sekelilingnya, Steffany sedang dikerubungi oleh ibu-ibu sosialita, sementara Abyasa daritadi menatapnya minta maaf karena memang harus ikut orang tuanya untuk menyapa siapa saja yang hadir.
KAMU SEDANG MEMBACA
May-Be
RomanceSahabat yang dia sukai sejak lama tiba-tiba berpacaran. Clairine menemukan teman baru yang sama sedang patah hatinya. Mencoba hal baru dan mendapat masalah baru juga. "The Only Certainly is Uncertainly" Clairine tahu itu, tapi dia tidak tahu perasa...