"Transfigurasi adalah cabang sihir paling rumit, bagi siapapun yang mengacau akan ku keluarkan dari kelasku dan takkan pernahku izinkan masuk. kalian sudahku peringati." kata Profesor McGonagall ketika ia masuk kedalam kelas.
aku duduk bersama Hermione Granger, well, dia cukup pintar dan begitu ambisius, sedikit terkejut. kepribadiannya lebih cocok untuk Slytherin.
setelah Transigurasi, Ramuan adalah kelas berikutnya. 2 jam Ramuan bersama Slytherin. aku bertemu pemuda itu lagi, Mattheo Lestrange. dia tersenyum angkuh begitu melihatku, aneh, dia adalah manusia paling aneh.
"Black, sedikit terkejut melihatmu masuk Gryffindor" katanya, aku hanya menatapnya datar, memangnya aku harus bereaksi gimana?
"Hei, kalian menghalangi jalan" Draco Malfoy, dengan dua lelaki besar di belakangnya mendorongku masuk ke dalam kelas.
"Terimakasih, Draco" delikku kesal, dia tersenyum menyebalkan begitu menatapku
"Sister!" pekiknya cukup keras, membuat beberapa orang menatap kami "Oh, sungguh aku sangat merindukanmu" lanjutnya, memelukku begitu erat, Draco sialan.
"Lepas!" Ucapku, sambil mendorong dadanya. dia menekuk wajahnya, sebelum bibir sialannya berucap aku sudah berjalan duluan meninggalkannya dan memilih duduk disebelah Hermione Granger dan Harry Potter.
Profesor Snape masuk kedalam kelas, lelaki hidung bengkok dengan rambut minyak, begitu melihatnya aku sudah tidak menyukainya. tak tahu kenapa, aku juga tidak suka ramuan.
yang menyebalkan adalah Mattheo Lestrange terus berusaha untuk berbicara padaku dan Profesor minyak itu memberi test ulangan di hari pertama, sungguh, aku ingin menghilang saja.
"Ayo, waktunya makan siang" ucap Hermione, merangkulku kesusahan karena tasnya yang begitu berat.
"Hei, muggle! jauhkan tangan kotormu dari Black!" aku menoleh begitu pula Hermione. Draco Malfoy dan Mattheo Lestrange berdiri dengan angkuh di belakang kami, tatapannya begitu menghina begitu melihat Hermione. kurang ajar, mereka mencari perkara dengan temanku sama saja dengan mencari perkara denganku juga!
"Apa maksudmu?" tanya Hermione ketika dua pemuda itu jalan mendekat.
"Dasar Mudblood, kau mengotorinya!" tambah Draco, aku melotot kaget, dengan segera aku maju dan menarik rambut pirang klimis nya
"Bajingan kau Draco! bisa bisanya kau mengatakan yang buruk tentang sahabatku!" pekikku kesal, tak perduli berapa banyak yang menonton kami, manusia keparat ini benar benar kurang ajar
"Makayza! aduh aduh, lepaskan dong kau brutal sekali" katanya, mencoba menjauhkan tanganku dari rambutnya.
"Tidak akan! kau pirang sialan rasakan ini!" dan aku semakin menjambak rambutnya dengan keras.
"Makayza, sudah! Profesor datang kemari!" Hermione menarikku menjauh, aku melepaskan jambakannya tepat dengan datangnya paman Regulus
"Ada apa ini?" tanyanya, menatapku, Draco, Mattheo dan Hermione bergantian
"Profesor, Black baru saja menjambak rambutku!" adu Draco dengan wajah yang dibuat-buat.
"No! paman Rex, dia yang memulai si pirang sialan in—
"Makayza Bahasa," tegur paman Rex "dan aku Profesor Black." lanjutnya
"Kau juga pirang" sahut Mattheo, aku tak menatapnya, menyebalkan.
"Kembali ke aula sekarang juga, bukan kah sekarang waktunya makan siang?" tanyanya, aku segera menarik Hermione mengabaikan tatapan aneh dari para murid.
"Terimakasih, sudah membelaku sebegitunya" ucap Hermione
"Ya, tak perlu heran, aku ini sahabatmu Mione, sudah pasti aku akan selalu ada untuk menolongmu" balasku, dan kami saling tersenyum.
≫❁──*:・゚✧* ──❁≪
"Black, kau diminta untuk pergi keruangan Profesor Dumbledore" aku tersenyum sebagai ucapan terimakasih pada anak kelas 3 itu.
Aku berjalan menuju ruang kepala sekolah ditemani Hermione, karena, yah, aku tidak tau dimana letak ruang kepala sekolah itu.
sesampainya disana sudah ada Daddy dan Mama, Daddy tersenyum senang begitu melihatku dan Hermione.
"Anakku! Makayza, keren keren sungguh luar biasa" ucapnya, aku mengernyit, menahan malu.
"Ah, anak ini, siapa namamu nak?" tanya Dad pada Hermione.
"Hermione Granger, Mr.Black" ucap Hermione sopan.
"Terimakasih sudah mengantarkan anakku sampai sini, Granger, ku yakin kau juga tau arah jalan kembali ke asrama kan?" Ucap Mum, dia menarikku dan kami masuk menaiki tangga berputar menuju ruang kepala sekolah
Profesor Dumbledore, Draco Malfoy dan kedua orangtuanya berdiri disana menatap kami.
"Ohh, iparku dan anaknya yang tidak sopan, Makayza Black" ucap Lucius, ayah Draco "Persis seperti orangtuanya yang brandalan" lanjutnya.
aku tersenyum mengejek menatap Draco
"Oh you said, my father will hear about this!" ucapku, Draco menatapku kesal.
"Dad! lihat, dia benar benar keterlaluan" adu Draco pada ayahnya.
"Miss Black, aku ingin mendengar versi mu" ucap Profesor Dumbledore.
"Draco memanggil Hermione 'Mudblood'" kataku singkat, orangtua ku nampak terkejut mendengarnya.
"Apa? dia berkata seperti itu?" tanya Mum, aku mengangguk "Dan kau hanya menjambak rambutnya?! Oh ayolah Makayza! kau membuat ku malu, setidaknya patahkan hidungnya!"
"Marlene!" pekik Dad "Jangan hanya hidungnya! kau harus patahkan juga kakinya biar dia tidak bisa jalan sekalian!" lanjut Dad, aku terpaku menatap keduanya, suami istri ini.
Astaga keren sekali orangtuaku!
"Maaf sekali kau benar benar menganggu waktu bekerjaku, Lucius. ku harap kau bisa mendidik anakmu lebih baik lagi" ucap Mum
"Benar benar penghianat Black" sahut Lucius.
"Terimakasih untuk pengakuannya, Lucius. setidaknya putriku lebih pintar menjaga dirinya dari pada anakmu yang apa apa bisanya hanya merengek dan mengadu. Profesor Dumbledore, kalau anda tidak keberatan aku dan istriku izin pamit karena pekerjaan kami lebih mendesak" kata Dad, dan Mum menarikku keluar dari ruangan kepala sekolah dan mengantarku sampai lukisan Nyonya gemuk.
"Anak pintar, Daddy sangat bangga denganmu. lain kali kalau ada orang yang menjahatimu jangan hanya kau jambak! patahkan apapun yang bisa kau patahakan entah tangan, hidung atau kakinya, dan jika dia makin kurang ajar, kirimi kami surat Dad akan datang saat itu juga dan memberinya pelajaran" Kata Dad lagi panjang kali lebar
"Minggir, aku ingin memeluk putriku yang hebat" delik Mum, Dad mendengus sebelum akhirnya menyingkir. Mum mengecup kedua pipiku. "Baik baik oke, jangan terlalu nakal seperti kami" lanjutnya, setelah menghilangnya mum dan dad. aku segera memasuki lukisan dan berjalan kearah kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyctophile
Teen Fictionbuku ini di dedikasikan kepada pecinta Makayza dan Mattheo di buku sebelumnya (Im Black). beberapa bagian cerita ini merupakan hasil pemikiran pribadi, alur cerita tidak seperti buku Harry Potter yang asli.