-'13✩

133 26 0
                                    

Aku berjalan di lorong Hogwarts yang begitu ramai, di ujung sana aku melihat Hagrid yang berbincang dengan Cedric, Makayza melewatinya dan mendengar apa yang mereka bicarakan, Hagrid tersenyum saat melihat Makayza dan pamit pergi.

Sudah beberapa bulan sejak tantangan pertama para turnamen Triwizard, si cowok Diggory itu tidak ada henti hentinya mengucapkan terimakasih pada Makayza atas kebaikannya.

"Makayza Black!" Makayza menoleh, lelaki Diggory itu berlari kecil kearahnya dengan senyum lebar.

"Sama sama, Diggory" balas Makayza cepat sebelum lelaki itu mengucapkannya duluan, Diggory terkekeh

"Maaf, tapi, bukan itu" katanya "Apa kau... apa... sudahadapasangandansa?" tanyanya cepat, Makayza mengernyit bingung.

"Maaf? aku tak dengar"

"Ehmm.. apa kau sudah ada pasangan dansa?" tanya Diggory pelan, Makayza menggaruk pipinya yang tak gatal.

ia tak mau, bukan karena apa, dia hanya, tak pandai berdansa. lagi pula itu masih lama kan?

"Maaf, tapi aku sudah punya pasangan"
Bohong, Makayza belum punya. tapi ia tak mau menerima ajakan lelaki Diggory ini, takut di sangka memberi harapan palsu.

"Oh ya, tak apa apa. dengan siapa kau pergi?" tanya Diggory lagi. Makayza gelagapan, matanya melirik sekitar mencari siapapun yang namanya bisa ia sebut untuk pura pura.

dan Mattheo Lestrange, berjalan tak jauh darinya dengan sekumpulan Slytherin lainnya. dengan bodoh dan tak banyak berfikir, Makayza berkata bahwa

"Mattheo Lestrange!" ucapnya cepat, dia melirik waspada ke arah pemuda Lestrange itu, takut ia mendengar.

"Oh, benar. harusnya aku tahu itu dari awal, kalian terlihat cocok" balas Diggory dengan senyum aneh yang terpaksa.

"Oh ya betul, terimakasih. aku dan Mattheo memang cocok"

"Apa?" suara bariton itu menyadarkannya, Makayza tersenyum canggung dan menoleh kebelakang.

Mattheo lestrange, menatapnya dengan seringaian diwajahnya yang menyebalkan.

"Ya, selamat atas kencan kalian. kalau begitu aku pergi dulu"

pemuda Hufflepuff itu pergi, meninggalkan kecanggungan yang ada diantara Makayza dan para kelompok Slytherin itu. Makayza baru akan kabur tapi Mattheo sudah menahannya terlebih dahulu.

"Kau bilang pada cowo cantik itu kita berkencan?" tanya Mattheo

Makayza gelagapan, Mattheo dihadapannya tertawa aneh. pemuda itu menarik lembut lengan Makayza, membawanya kedalam hutan dimana mereka berciuman. tak ada yang banyak bicara, begitupula Makayza, dia asik menikmati ribuan kupu kupu terbang di perutnya. dia tak bisa bohong, dia suka kehangatan pemuda itu yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

seolah-olah kehangatan itu hanya memang diciptakan untuk Makayza Black seorang. dia tersenyum malu memikirkan betapa konyolnya dia saat ini, jatuh cinta pada seseorang yang selalu ia hindari seumur hidup. seorang lekaki yang orang tuanya membenci Makayza dan seluruh keluarganya, begitupula seluruh keluarga Makayza yang membencinya dan orangtuanya. hanya karena perbedaan cara pandang dalam status darah, Sirius Black diledakan dari pohon keluarga.

Hanya karena Sirius dan temannya mengalahkan pangeran kegelapan, mencuri kekuatannya, menghancurkan seluruh jiwa pangeran kegelapan. Bellatrix Lestrange membencinya. padahal Sirius sudah berbaik hati tidak menjebloskannya kedalam azkaban hanya karena Sirius memikirkan pemuda ini.

Sirius tidak mau begitu, dia juga mempunyai anak, dia tidak mungkin membiarkan anaknya sendirian tanpa arah yang jelas. itu yang Sirius harapkan dari Bellatrix, dia tidak mau ponakannya yang tidak bersalah itu menjadi hilang arah dan tujuan. walaupun sebenarnya Sirius ragu 90% akan cara mendidik Bellatrix, setidaknya anak itu masih memiliki orangtua dan Sirius yakin, Rodolphus tidak mungkin membiarkan Bellatrix menyakiti anak mereka, satu satunya anak tunggal penerus keluarga Lestrange.

"Kau menghindariku, tapi kau berkata pada orang lain bahwa kita berkencan" kalimat itu di lontarkan Mattheo pertama kali ketika keheningan menyelimuti keduanya di tengah hutan.

Makayza tak bisa menjawab, dia diam seribu bahasa memikirkan kalimat pas yang bisa dia ucapkan. tenggorokannya terasa kering, lidahnya terasa kaku, ia tiba tiba sulit berbicara.

"Kau masih marah karena kejadian waktu itu?" tanyanya, Mattheo menatap lurus kearah manik mata Makayza.

"Tidak!" sahutnya cepat, pemuda itu tersenyum jahil membuat Makayza segera merutuki dirinya sendiri. "Bukan, bukan itu. tentu saja aku marah! kau mencuri ciuman pertamaku!" lanjutnya, dengan pipi memerah.

"Ohya? berarti aku sangat beruntung, bukan begitu, Miky?" katanya dengan seringaian di bibirnya. Makayza mencebikan bibir, memalingkan wajah, kemana saja asal tidak menatap pemuda itu.

Keheningan menyelimuti mereka lagi, benar benar tak ada yang berbicara. Makyza berjalan kedepan, ke arah batu besar yang ada diujung jurang. susah payah dia memanjat batu itu dan duduk diatasnya, tak lama Mattheo menyusul.

Senyum lebar tercetak dibibir ranumnya, dia selalu suka alam bebas, dia suka keindahan ketika matahari terbit atau tenggelam, dia suka udara sejuk dimalam hari, ia suka melihat bintang dan bulan yang bersinar terang. Makayza, juga suka hujan. ia suka bermain dibawah derasnya air hujan, merasakan dirinya sendiri, mencoba lebih mengenal dirinya sendiri dan alam bebas yang ada di sekitarnya.

"Kau menyukainya?" tanya Mattheo, Makayza tersenyum manis, melirik sebentar kearah pemuda itu sebelum akhirnya menatap kembali pada keindahan sang surya.

Gadis itu terbawa suasana, dia menyenderkan kepalanya di dada bidang lelaki itu. tanpa nanti, Mattheo merengkuh pinggang gadis pirang disebelahnya, begitu erat, takut kalau gadis itu merosot kebawah atau mungkin sang surya yang jatuh cinta secara tiba tiba dengan paras indahnya dan membawa Makayza Black kedalam dunianya. tidak, Mattheo tidak mau itu terjadi.

"Pernah dengar cerita tentang Pangeran Matahari, Putri Bulan dan Raja Bintang?" tanya Makayza tanpa mengalihkan pandangannya.

"Tidak," sahut Mattheo "Ceritakan itu untukku"

Makayza tersenyum, mencari posisi yang nyaman dalam rengkuhan Mattheo.

"Dahulu kala, hiduplah seorang gadis jelita nan elok dari kerajaan timur. dia bukan hanya seorang putri, namun juga seorang kaisar perang terkuat di masanya. Ayahnya, Raja Murion. selalu meng-agungkan kecantikan dan kepintaran sang Putri, Ayahnya begitu mencintai Putri Bulan. Pada suatu ketika dalam pemburuan, Putri Bulan menghilang, Raja panik, begitupula seluruh rakyat. siapa yang akan menjadi pelindung mereka kalau sang putri menghilang?

Keesokan harinya, pasukan dari kerajaan utara datang. mereka membawa pesan untuk Raja Murion, pemimpin mereka Raja Cakrawala memberi tahu bahwa Putri Bulan saat ini menjadi tawanan mereka. Raja Murion sangat marah, dia mengebarkan bendera peperangan.

Para Pasukan kerajaan Utara kembali, membawa kabar bahwa Kerajaan Timur ingin peperangan. Kerajaan Timur lari kesebelah Selatan, meminta bantuan untuk menyelamatkan Putri Bulan. Sang Raja meminta imbalan, dan Raja Murion menyanggupi, apapun itu, asal sang Putri selamat.

Selama berbulan-bulan, kedua kerajaan itu membentuk pasukan. dan selama itu pula sang Putri dikurung dibawah tanah, seorang Pangeran dari kerajaan Utara itu jatuh cinta pada Putri Bulan.

- to be continue.
ku harapa gaada yang nyolong ya, ini cerita murni pemikiran ku sendiri.

NyctophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang