Ruang Pertanyaan

13 5 3
                                    

"Kau ada diatas?"

Aku mengangguk.

"Kenapa kau ada diatas."

"Saya tadi ingin makan."

"Apa tidak ada tempat lain untuk makan siang? Bukankah sudah kami peringatkan kembali ke kelas."

"Pengumuman itu terdengar ketika saya sudah tiba di tangga. Lalu tiba-tiba saja tangga menjadi sangat ramai, semua murid berdesakan mau naik. Mau tak mau saya juga terbawa. Kalau saya tahu akan ada kejadian itu, saya tak akan mau ke atas." Aku menjawab datar, pertanyaan ini melelahkan.

"Bagaimana keadaaan atap ketika kau ke atas?"

"Sudah ramai."

"Apa kau tahu kronologisnya?"

"Tidak"

"Bagaimana nasib korban?"

"Sudah tewas."

Guru yang sedari tadi terus bertanya-tanya ini itu padaku terdiam sejenak.

"Kau melihat Re?"

Kali ini aku yang terdiam. Apa yang harus aku jawab?

"Apa dia pelakunya?" Aku memancing topik lain, bertanya seakan aku tak tahu apapun.

"Saksi melihatnya secara langsung. Ada setidaknya lebih dari tiga orang yang mengatakan Re adalah pelaku. Maka itu lebih dari cukup."

Aku menghela napas gusar. Apa resiko yang akan terjadi bila aku memberitahu guru ini jika aku melihat Re berlari ke bawah?

"Jadi, apa kau melihat Re, Cean?" Guru itu mengulangi pertanyaannya.

Aku menghela napas, aku tak punya pilihan sekarang. Berbohong tentu tidak akan jadi pilihan baik.

"Ya."

Guru itu mengangguk. Membenarkan posisi kacamatanya.

"Kemana arah perginya?"

"Ke arah tangga, lantai bawah."

Guru itu menatapku lamat-lamat. 

"Cukup mengherankan, dari semua murid yang ada di lokasi kejadian, semua mengaku tak ada yang melihatnya. Kecuali kau."

Aku menelan ludah.

"Kemungkinan ada dua. Mereka tidak melihatnya karena terlalu terfokus pada kejadian, berusaha mencerna semua hal, luput kalau pelaku sudah meminggalkan gedung. Lalu kau yang sering kali tak peduli apapun melihatnya berlari turun. Atau..."

Guru itu menggantung kalimatnya, menatapku lurus-lurus. Aku diam, tak berkomentar. Aku mengatakan yang sejujurnya, terserah guru ini mau bilang aku berbohong atau apa. Bisa-bisanya mereka berbohong. Padahal jelas, banyak sekali yang mengerubungi Re waktu itu –meski mungkin hanya untuk menyampaikan umpatan.

"Antara kau dan mereka yang berbohong."

"Aku mengatakan yang sejujurnya." Aku berkata datar.

Guru itu menaikan satu alisnya. Entah kenapa dengan orang-orang, semua jadi serba penuh curiga. Yang berbeda langsung di sosor dengan pertanyaan. Menggali seluruh informasi.

Setelah kondisi sekolah terkendali, semua murid dipulangkan. Sekolah masih menutup kasus ini, memulangkan murid dengan alasan rapat guru. Sedangkan murid yang masih berada di atap dan lapangan ditahan. Dimintai keterangan atas apa yang terjadi.

"Kalau Re tidak berlari turun –atau mau menyebutnya kabur terserah, alias masih di atap sana. Lantas ia kemana? Merasa bersalah, menyesal lalu ikut lompat? Kita tidak melihat dua mayat hari ini. Bersembunyi? Di atap tidak ada ruangan, disana ruangan terbuka. Alasan masuk akal apa yang membuktikan kalau aku berbohong mengatakan Re berlari turun?"

That Summer Is SaturatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang