07-TENTANG RASA

9 5 0
                                    

Lagi mood+lancar ngarang, gaslah 3 part sehari:v

Happy reading. Don't forget to vote,okay??


07. TENTANG RASA

Nathan menyambar kunci mobilnya, hari ini ia memantapkan niatnya untuk menyatakan rasanya pada Fanesha.

Selama seminggu ini ia bergelut dengan otaknya. Hatinya berkata untuk menyatakan cintanya pada Fanesha. Sedangkan logikanya berkata bahwa Fanesha akan menolaknya mentah-mentah, jangankan Fanesha, satpam SMA Pelita saja tahu kalau Nathan playboy cap kadal.

"Gue bakal terima resikonya," gumam Nathan kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Fanesha menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Sore ini memang sangat dingin, awan hitam nan tebal sepertinya memberitahukan sebentar lagi akan turun hujan deras.

Tok tok tok

Fanesha menatap jendela kamarnya, "Siapa orang yang bertamu lewat jendela? Pasti iseng doang," gumam Fanesha dan memilih untuk tidak menghiraukan ketokan itu.

Tok tok tok

"Ck!Sebentar" Fanesha beranjak hendak membuka jendela kamarnya.

"Kalau datang itu ucapin salam dulu. Lewat pintu dep--" Fanesha menjeda ucapannya ketika melihat siapa orang di depannya saat ini.

"Nathan?! Ngapain lo kesini?" tanya Fanesha tak santai.

"Kalau tamu datang itu dipersilahkan duduk. Jangan malah marah-marah," Nathan meniru gaya bicara Fanesha yang diikuti tatapan maut dari cewek itu.

"Ngapain lo ke sini dan darimana lo tau rumah gue?"

Bukannya menjawab, Nathan malah melompat masuk ke kamar Fanesha.

"ZAHRAAAA," Nathan memanggil Zahra, adik Fanesha.
Fanesha memelototkan matanya, darimana jamet ini tau rumahnya dan nama adiknya.

"BANG NATHAN!" Zahra berlari kegirangan, lalu memeluk erat tubuh Nathan.

"Yang saudaranya gue apa dia sih," gumam Fanesha tak terima.

Flash back on

"LEPASIN GUE!TOLONG,TOLONG!!" seorang gadis berseragam putih biru itu berteriak sekeras-kerasnya. Namun di gang sepi ini sepertinya tidak ada siapapun selain dirinya dan dua pria botak berbadan atletis yang ingin menodainya.

Bugh bugh

Seorang cowok berperawakan tinggi dan berseragam putih abu-abu ber name tag 'Nathaniel G. Adinata' datang dan langsung memberi dugeman mentah pada dua pria botak itu.

"Arghhh," sebuah tusukan mendarat pada perut Nathan, darah segar mengalir lancar mengotori bajunya.

"Mundur!" suruh Nathan pada siswi SMP ber name tag 'Zahra Lazuardi'

Dengan sebelah tangan yang menahan cucuran darah pada perutnya, Nathan mencoba melawan dua pria itu.

Bugh
Nathan menendang keras barang pusaka milik salah satu pria botak itu, lalu merebut pisau tajam itu.

"Arghh!bangs*t!" umpat pria itu ketika lengannya dirobek oleh pisau itu.

Kini Nathan beralih pada pria yang satulagi, menancapkan pisau itu pada dadanya,lalu menggores ke bawah menciptakan robekan yang sangat parah. Darah mengucur deras, brukk pria itu tergeletak lalu meninggal.

Sedangkan pria yang lengannya robek, menghilang entah kemana.

Zahra yang melihat adegan itu, meringis dan muntah-muntah. Ia juga takut pada Nathan meskipun Nathan menolongnya.

"Cari taksi,bawa gue ke Adinata Hospital"

"Kelamaan kak, mending pake motor lo aja, gue bisa bawa kok." ucap Zahra seraya membantu Nathan berjalan.

Sejak saat itu, Nathan dan Zahra menjadi sangat akrab. Nathan menyayangi Zahra layaknya Adik, begitu juga sebaliknya.

Flash back off

"Ini bang Nathan yang sering gue ceritain,"

"Ja-jadii... Dia yang nolong lo dari penculikan itu?" Fanesha menatap kaget dua orang di depannya itu.

"Dia juga yang nolong waktu gue hampir ditabrak truk rem blong, kalau dia telat sedetik aja narik gue, udah kelindes jadi bubur."

Fanesha menatap penuh arti cowok didepannya itu. Siapa sangka, cowok yang dia anggap sangat menyebalkan adalah orang yang dua kali menyelamatkan nyawa adiknya.

"Ara setuju gak, kalau Bang Nathan pacaran sama Kak Fanesha?" tanya Nathan. 'Ara' panggilan khusus yang ia beri pada Zahra.

"Setuju lah masa enggak," jawab Zahra lalu keluar dari ruangan itu.

"Adik lo aja setuju, masa lo nggak?" kini Nathan beralih menatap gadis di sampingnya itu. "Kali ini gue serius Fan, gue bakal jadiin lo pacar satu-satunya"

"Gue bakal terima lo jadi pacar gue, setelah lo penuhi semua persyaratan dari gue," Fanesha tersenyum menyeringai.


Kalian bingung sama alurnya? Sama gue juga.











FANESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang