Part 1

10 0 0
                                    

"pagi papa, mama, abang!" Teriakan seorang gadis berpakaian rapi, celana kulot putih dengan kemeja Lilac juga pashmina putih yang baru saja turun dari tangga dan menghampiri keluarganya.

Kenalin, dia Liona Hermawan. Anak perempuan satu-satunya dari pasangan Adi Hermawan, seorang pengusaha sukses, dan Tiara, pemilik WO ternama di Jakarta.

Liona gadis berpawakan tinggi, berbadan ideal, putih.

Liona duduk di samping kakak tertuanya kemudian memakan roti yang sudah ada di piringnya.

"Ini rumah, bukan hutan, nggak usah teriak-teriak" ucap Arvan datar, dia kakak Liona. Arvan adalah seorang dokter spesialis paru-paru, tipe cowok mapan dan tampan tapi omongannya pedas dan dingin.

"Mulut-mulut gue, ya terserah gue lah" jawab Liona.

"Hmm" jawab Arvan.

"Eh iya bang, Lo anter gue ke kampus ya?" Ucap Liona.

"Nggak" jawab Arvan singkat padat dan dingin.

Tapi bukan Liona namanya kalau belum ganggu singa pms. "Plis deh bang, anterin Liona sekali aja" mohon Liona.

"Nggak ya nggak! Lagian kenapa sih Lo itu manja banget, gue nggak bisa manjain Lo! Ngerti?" Bentak Arvan.

"Bang, jangan gitu dong sama adek" tegur Tiara, mamahnya.

"Biarin aja mah, bang Arvan emang gitu, bang Arvan emang nggak pernah ngertiin Liona, apalagi sayang sama Liona" Liona mengeluarkan unek-uneknya hingga hampir saja ia menangis.

"Liona bisa berangkat sendiri, Liona harus mandiri, udah nggak ada yang bisa manjain Liona" Liona menaruh rotinya yang masih utuh kemudian beranjak dari tempat duduknya. "Liona berangkat dulu pah mah"

"Kamu mau naik apa?" Tanya Hermawan, papa Liona.

"Naik taksi, ojek, kalau nggak jalan kaki juga bisa, Liona bisa PERGI SENDIRI!" Liona menekan kata 'pergi sendiri' sambil melirik Arvan. "Assalamualaikum"

Liona berjalan cepat keluar rumah, berjalan menelusuri jalan, matanya mencari tukang ojek yang sedang mangkal atau taksi yang lewat. Hingga sebuah motor ninja merah berhenti didepannya.

Cowok itu turun dan melepas helmnya. "Mau bareng nggak?" Tanya Cowok tadi.

Kenalin, dia Arendra Marvelleo. Cowok yang sudah lama suka dengan Liona dari masa-masa mereka jadi maba, tapi Marvel cuek-cuek aja, bukan karena nggak punya nyali untuk mengungkapkan (demo aja yang paling terdepan) tapi Marvel takut jika Liona menjadi ilfil padanya.

Oke, back to topic.

"Gue bisa berangkat sendiri, gue bukan cewek manja" jawab Liona yang masih emosi.

Marvel yang nggak tau apa-apa udah disemprot aja pagi-pagi hanya bisa diam aja,  membiarkan cewek didepannya marah-marah.

"Gue nggak mau ngerepotin orang lain, gue nggak mau jadi benalu, gue mau mandiri" lanjut ocehan Liona.

"Udah?" Tanya Marvel dan dijawab Liona dengan anggukan.

Marvel mengambil helm yang dicantolkan di jok belakang motornya kemudian memberikan helm itu pada Liona.

"Nih, dipakai helmnya, naik ke motor gue, kita berangkat ke kampus bareng kalau nggak mau terlambat" jelas Marvel.

Liona hanya menuruti keinginan Marvel.

Marvel melakukan motornya dengan kecepatan sedang.

"Kenapa perasaan gue dag dig dug ser gini sih, pake detak jantung gue kenceng banget lagi" teriak suara hati Liona, tapi Liona bersikap biasa aja. Menurut Liona cewek suka sama cowok duluan itu iuuuh banget.

"Kalo mau teriak, teriak aja, biar Lo lega" ucap Marvel berteriak.

"GUE BENCI BANG ARVAN, GUE NGGAK SUKA SAMA BANG ARVAN, BANG ARVAN NGGAK SAYANG SAMA GUE, BANG ARVAN BUKAN KAYAK ABANG GUE!" teriak Syila.

Marvel hanya tersenyum mendengar teriakkan hati Liona.

Setelah beberapa menit Liona tidak berteriak, mereka sudah sampai ditempat parkir.

Liona turun dan memberikan helm yang tadi ia pakai kepada Marvel. Marvel menaruh kedua helmnya di motor.

"Meski Lo nggak suka sama sikapnya bang Arvan, mau Lo benci sama bang Arvan, bang Arvan tetep Abang Lo, ada satu hal yang pasti Lo suka sama bang Arvan yaitu duitnya, gue yakin bang Arvan pasti selalu ngasih Lo duit kan" jelas Marvel.

Liona hanya diam, yang dikatakan Marvel benar. Selama ini Arvan selalu mengirim uang di ATM Liona setiap bulan.

"Udah, nggak usah dipikirin, kita masuk ke kelas, sebentar lagi pak botak masuk" Tanpa sengaja, Marvel menggandeng tangan Liona.

Liona terkejut, melepaskan tangannya dari tangan Marvel, jantungnya berdetak kencang, "ini apaan lagi sih, lama-lama jantungan gue" ucap Liona dalam hati.

Begitu juga Marvel "kenapa gue jadi bego gini sih, kan bisa ketahuan kalau gue suka sama Liona" sesal Marvel tentang apa yang telah dilakukan.

"Eeee, gu-gue duluan ya" ucap Marvel gugup.

"Ngoke" jawab Liona santai, padahal jantungnya udah nggak karuan.

Liona berjalan menyusuri koridor kampus menuju kelasnya. Tiba-tiba ada yang memegang pundaknya dari belakang, sontak Liona menoleh.

"Hai" sapanya sinis.

Terdapat satu trio ciwi-, lebih tepatnya trio cabe-cabean kampus. Kenalin mereka Vania si ketua geng, anaknya pak dekan, make up-nya kek tante-tante, rambut lurus sebahu, sok cantik tapi emang lumayan cantik. Terus ada Zea dan Tania dayang-dayang Viona. Yang tadi itu Vania.

"Iya" jawab Liona.

"Lo nggak usah sok cantik, nggak usah genit jadi cewek bisa?" Ketus Vania.

"Ngapain gue sok cantik, orang gue emang cantik" jawab Liona.

"Songong ya Lo" Vania semakin geram.

"Udah Van, laporin aja sama bokap Lo" kompor Zea.

Liona tertawa sumbang "masih jaman pake lapor bokap ya?" Sinis Liona.

"Awas aja ya Lo, tunggu habis kelas, Lo bakal dipanggil ke ruang dekan" ancam Vania.

Liona hanya tersenyum kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelas.

***

MAULINA FITRIA
01 JANUARI 2022

MARVELIONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang