Tok tok
"Liona" panggil Arvan sambil mengetuk pintu. Terdengar suara isakan-isakan kecil dari dalam kamar Liona. Perasaan Arvan menjadi tambah bersalah dan khawatir, ia meraih handel pintu kamar Liona ternyata tidak dikunci.
"Abang masuk ya...." Izin Arvan, kemudian segera membuka pintu kamar Liona.
Terlihat Liona yang sedang duduk di samping tempat tidurnya dengan memeluk kakinya sambil menangis.
Arvan segera menghampiri Liona dan duduk di samping Liona kemudian memeluk Liona.
"Abang minta maaf" ucap Arvan.
Liona meronta dalam pelukan Arvan ia memukul dada bidang Liona. "Abang jahat!" Kata Liona dengan nada lumayan.
"Abang nggak bisa sayang Liona hiks" ucapnya lagi.
"Abang sayang sama kamu" ucap Arvan.
Liona melepas paksa pelukan Arvan. "Sayang Abang bilang?" Tanya Liona yang sudah terlanjur emosi.
"Abang yang selalu bentak Liona, marah-marah sama Liona kalau Abang lagi ada masalah yang Liona sendiri nggak tau apa masalah Abang!" Bentak Liona mengeluarkan unek-uneknya selama ini.
"Abang ta_" ucap Arvan terpotong oleh Liona.
"Abang apa? Abang dari dulu emang nggak pernah sayang sama Liona, cuma dia yang selama ini sayang sama Liona!" Sela Liona sambil menunjuk foto seseorang yang ada di atas nakas samping tempat tidur Liona.
"Cuma dia! Yang selalu ada buat Liona! Cuma dia! Abang mana pernah, Abang selalu sibuk sama urusan Abang! Sampai Dia_" belum selesai Liona bicara Arvan sudah menyela ucapan Liona sambil berdiri.
"Cukup! Liona, Cukup! Abang nggak bisa seperti DIA dan nggak akan bisa seperti DIA!" bentak Arvan kemudian ia membanting foto yang ditunjuk oleh Liona.Ia sudah terlanjur semakin emosi dengan perkataan Liona.
Liona tersentak kaget dengan bentakan Arvan karena baru kali ini Arvan membentaknya dengan nada setinggi itu.
Adi dan Tiara yang mendengar kericuhan dari anak-anaknya langsung menyusul ke kamar Liona.
Sesampainya dikamar Liona, Tiara melihat Liona yang menangis dan Arvan yang sedang mengepalkan tangannya menahan amarah. Tiara segera menghampiri Liona dan memeluknya.
Adi hanya berdiri di samping Arvan dan mengelus pundak Arvan.
Arvan hanya diam kemudian keluar dari kamar Liona, beberapa saat kemudian terdengar suara mobil Arvan pergi.
"Liona takut ma" rancau Liona didalam pelukan Tiara. Bedangnya bergetar.
Tiara mengusap punggung Liona, "Udah sayang, mungkin Abang kelepasan" ucap Tiara menenangkan.
"Abang jahat" ucap Liona lagi. Tiara mengusap punggung Liona yang bergetar.
"Liona takut Abang hiks" rancau Liona lagi.
Adi yang mendengar rancauan anaknya merasa sakit hatinya. Ia segera mendekati Liona dan Tiara kemudian memeluknya.
"Liona kangen Kakak hiks, Liona mau ikut kakak hiks" ucap Liona lagi.
Airmata Tiara dan Adi tak dapat dibendung lagi.
"Dek, nggak boleh bilang gitu" ucap Adik mengelus kepala Liona.
"Cuma kakak yang sayang Liona, yang selalu ada buat Liona, yang selalu ngertiin Liona, nggak pernah marahin Liona, Li_" belum selesai Liona bicara, ia sudah tak sadarkan diri.
Adi dan Tiara panik karena anaknya tiba-tiba diam dan ketika melepaskan pelukannya ternyata Liona sudah pingsan.
"Liona, sayang" Tiara menepuk-nepuk pelan pipi Liona yang terbaring dipangkuan Adi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVELIONA
Teen FictionPersahabatan yang sesungguhnya adalah dia yang tetap bersama, bukan yang menghancurkan karena sebuah perasaan yang bernama cinta