1. pemanis

10 5 0
                                    

Suasana ricuh yang berasal dari teriakan-teriakan para siswi SMA Swasta Abadi memenuhi lapangan karena pertandingan bola basket yang sedang dilangsungkan antar kelas. Pertandingan mulai sengit ketika kelas 12 Ipa 1 dan 12 Ipa 3 mendapar skor yang seimbang.

'ah gila kak banyu keren banget woii'

'calon imam, Masyaa Allah'

'Subhanallah jodoh orang'

'shalawatin biar dijabah'

'gapapa deh dijadiin yang kedua juga kalo cowonya kayak ka banyu'

Banyu yang mendengar celotehan-celotehan dari para siswi yang mengangguminya itu tersenyum. Siswi mana yang tidak kenal dengan Banyu si sang ketua basket dari SMA Jaya Abadi. Banyu sengaja tersenyum ke arah siswi-siswi itu dan memberikan wink, betapa histerisnya teriakan mereka ketika mendapatin wink yang diberikan Banyu.

'rasanya mo meninggoy'

'aduh damage nya'

'pak kepsek aku mencintai salah satu muridmu'

Siswi-siswi yang sedari tadi meneriaki namanya dibuat klepek-klepek. Bagaimana tidak? Banyu bermain basket dengan sangat keren. Ketampanan Banyu bertambah ketika keringat menguasai pelipis jidatnya ditambah dengan kaos putih yang dipakainya yang sudah banjir oleh keringat.

Detik-detik berakhirnya waktu pertandingan tiba-tiba salah satu siswi berlari ke tengah lapangan. Banyu yang juga saat itu sedang berlari mundur dan berhasil menangkap bola tidak sengaja menabrak siswi tersebut. Banyu dan siswi itu sama-sama terjatuh. Bola basket yang dipegang Banyu terlepas dan kacamata milik siswi tersebut pun ikut terpental.

'apasih tuh cewek'

'anjir kesempatan enak'

'yaelah pengen banget ditabrak banyu'

'ahh nggak suka, gelay'

Siswi itu langsung berdiri kembali lalu menunduk ketakutan. Banyu yang masih terduduk sambil mengepalkan jari-jarinya karena kesal dirinya harus kehilangan poin terakhir yang disebabkan oleh siswi tersebut menatap siswi itu dengan tajam. Lalu Banyu ikut berdiri dan menghadap ke arah siswi itu. Siswi itu masih tetap menunduk karena rasa takut dan ditambah dengan cacian dari para siswi yang lainnya.

"maaf" ucap siswi itu dengan lirih

"maaf?! poin gua ilang gara-gara lo! masih berharap maaf?!" bentakan Banyu menambah ketakutan pada siswi itu

"a-anu i-itu -" siswi itu berucap terbata-bata

"mau bilang nggak sengaja?!" Banyu memotong ucapan siswi itu yang terbata-bata

"basi!" bentaknya

Orang-orang yang berada di sekitar lapangan tersebut hanya melihat aksi bentak Banyu pada siswi tersebut tanpa ada yang mau menolong siswi itu dari rasa ketakutannya.

Dari arah tak jauh seorang siswi yang lainnya berjalan dan mengambil kacamata siswi itu yang tadi terpental karena bertabrakan dengan Banyu. Diambilnya kacamata tersebut lalu ia menghampiri Banyu dan siswi itu yang berada di tengah lapangan.

Tubuh siswi itu bergetar tidak berhenti, mukanya pucat, matanya memancarkan rasa ketakutan dan tidak berhenti melirik ke kiri dan ke kanan berharap ada seseorang yang datang untuk menghentikan rasa takutnya.

"ini punya lo kan?" tanya siswi yang tadi mengambil kacamata sambil melihat sekilas tangan siswi itu yang tidak berhenti bergetar

"ambil nih, ditungguin temen lo tuh di pinggir lapangan" ucapnya lanjut sambil tersenyum dan memberikan kacamata itu

Siswi itu pergi malangkah menjauh dari hadapan Banyu dengan tangan yang masih gemetaran. Dan siswi yang satunya menatap siswi itu yang perlahan mulai menjauh hingga siswi itu hilang dari pandangan.

Setelah siswi itu tak terlihat lagi, barulah siswi yang satunya menatap Banyu yang sedari tadi menatapnya dengan dingin. Ia menarik bibir atas dan bawahnya hingga membuat lekukan senyum ke arah Banyu, hal itu membuat Banyu kesal karena tidak bisa marah kepada ia. Banyu memejamkan matanya sejenak lalu menghela nafasnya dengan kasar.

"kenapa dibiarin gitu aja sih, fay?" Siswi yang dipanggil olehnya dengan nama Fay itu menatap dirinya.

"urusan gua sama dia belum kelar" Fay masih tetap menatap dirinya, suatu kelemahan bagi Banyu jika ditatap oleh Fay seperti itu.

Faynara, siswi di sekolah yang terkenal baik hati, sabar, lembut, dan juga memiliki paras yang menawan. Fay memang tidak terlalu cantik layaknya peran utama dalam cerita romantis. Namun Fay memiliki beberapa kelebihan yang jarang dimiliki siswi lain. Senyumannya yang manis misalnya, atau wajahnya yang tidak pernah bosan untuk dipandang.

Dan kelebihan Fay yang lain juga yaitu salah satu orang yang bisa menjinakkan Banyu, atau biasa disebut pawang kebuasan Banyu. Jika Banyu bisa menghajar orang-orang yang menganggu ketenangannya, maka Fay juga bisa menenangkannya. Jangankan untuk menghajar, melihat Fay terluka sedikit karena goresan pisau saja Banyu tidak bisa.

"Banyu Mahendra Attharize!" Fay memanggil Banyu dengan nama lengkapnya.

"apa?"

"lo liat nggak sih dia udah ketakutan?"

Banyu tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Fay. Kini mereka berdua saling menatap satu sama lain sampai akhirnya di antara mereka berudua harus ada yang memulai berbicara terlebih dahulu.

"Ananda Faynara!" Kini Banyu yang memanggil Fay dengan nama lengkapnya dan mengikuti gaya berbicara Fay yang tadi memanggil nama lengkap dirinya.

"apa?"

"dia pantes dapetin itu, anggap itu hadiah dari gua karena dia udah ngilangin point terakhir yang harusnya gua dapetin"

Mata Fay melirik ke kiri dan ke kanan, dirinya sadar ternyata para penonton pertandingan tadi belum meninggalkan tempatnya masing-masing. Justru sekarang lah dirinya dan Banyu yang menjadi pusat perhatian karena berada di tengah lapangan, terlebih oleh lagi para fans Banyu.

"gua pernah ngelakuin kesalahan yang menurut lo itu salah banget, tapi nggak pernah lo bentak—sedangkan dia cuma ngelakuin kesalahan kecil, why?"

"karena dia bukan lo"

Fay mengerutkan keningnya dan matanya menyipit, "tapi dia perempuan" ucap Fay

"terus?"

"perasaan perempuan itu sensitif, ngertiin lah"

"oke gua minta maaf" ucap Banyu yang mengalah pada Fay, "tapi gara-gara dia gua nggak dapet point terakhir" lanjutnya

"ini bukan lomba, nggak perlu berlebihan"

"fay, kita tuh harus ngejar sesuatu dari hal-hal kecil dulu" ucap Banyu sambil menatap Fay.

"yeah, i know, but.."

"but?"

"gatau deh, males ngomong sama lo" Fay memutarkan kedua bola matanya

"gua cuma mau dapetin apa yang gua mau"

"terserah deh" balas Fay dengan malas

Fay yang sudah malas menanggapi Banyu tidak menggubris ucapannya. Dirinya menjauh dari hadapan Banyu dan meninggalkan Banyu yang masih berdiri di lapangan tanpa sepatah katapun. Banyu menatap Fay melangkah yang semakin menjauh darinya.

"termasuk diri lo Fay" batin Banyu

************

Hai-hai-haiiiiiiiiii

Cerita anget-anget banget, kaya bakwan yang baru diangkat jadi jenderal ehhh salah maksudnya baru diangkat dari penggorengan eheheheh

Yukkkkkk baca dan ikutin terus ceritanyaa yaaakkkk

Salam hangat,
Author

waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang