5. masalah

5 5 0
                                    

Di jam pelajaran yang sedang berlangsung, Fay meminta ijin untuk pergi ke toilet. Jena berinisiatif untuk mengantarnya, tapi ia menolak karena tidak ingin mengganggu waktu Jena sedang belajar.

Fay keluar kelas dengan berlari karena sudah tidak tahan ingin membuang air kecil, untung saja jarak toilet dengan kelasnya tidak terlalu jauh, sehingga dalam hitungan menit Fay sudah masuk ke dalam toilet.

"ahh, legaa" gumam Fay

Braaaaakk

Fay tersentak ketika seseorang membuka pintu toilet di sebelah dengan kasar.

"anjing, kasar banget bukanya"

Sayup-sayup terdengar suara orang sedang marah-marah, terdengar seperti sedang melabrak sambil memaki. Karena Fay cukup kepo, maka di intipnya dari celah pintu toilet.

"lo harusnya sadar diri, lontee!"

Fay melebarkan matanya ketika mendengar kata 'lonte' dari orang yang sedang marah-marah itu. Bisa-bisanya orang memaki orang lain dengan menyebut orang itu lonte. Memangnya se-sempurna apa dia?

"lo cupu! idiot! berani-beraninya lo bilang suka ke kak banyu" Fay mengkerutkan keningnya, lalu kembali menguping.

"kak banyu nggak bakal mau sama cewek kayak lo, dasar culun!" kata perempuan yang satunya

Aksi labrak-melabrak ternyata sebab dari si 'cewek' kacamata itu menyatakan perasaannya kepada Banyu. Karena merasa tidak senang, akhirnya si 'cewek' yang lainnya beserta kedua temannya menyudutkan si cewek berkacamata itu.

Itulah kesimpulan dari Fay. Yah, Fay memang mungkin tidak begitu suka bergosip, tapi ia suka menguping lalu menyimpulkan sendiri masalah yang terjadi. Tapi hanya ia yang tahu, yah paling-paling memberitahu Jena.

"banyu lagi kan—emang tuh bocahnya bikin anak orang pada musuhan aja" omel Fay di balik pintu toilet

Ketika perempuan yang melabrak itu ingin menarik rambut perempuan yang di labraknya, Fay segera keluar untuk menghentikannya.

"eh, eh, eh, apaan nih?!" tanya Fay pada orang-orang yang berada di situ, pura-pura tidak mengetahui apa-apa.

"oh, kalian pasti lagi labrak-labrakan, ya?" tebaknya seraya menyindir

"eh, tapi kok tiga lawan satu? nggak seimbang dong" lanjutnya

Ke-empat orang yang berada di sana hanya terdiam tidak menjawab sepatah kata pun dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Fay.

"gua tau, harusnya gua nggak ikut campur masalah kalian—tapi gua nggak bisa liat orang lain dirisak"

Dengan kekuatan secepat kilat tiba-tiba Fay berbicara dengan nada dingin, jurus andalan yang selalu dikeluarkan agar lawan bicaranya takluk.

"lo mau pergi sekarang atau mau gua sebarin ke orang-orang, kalo lo tukang bully?" ucap Fay

Meski terdengar seperti mengancam, namun Fay tidak akan benar-benar membeberkan hal yang terjadi. Fay berkata seperti itu, hanya untuk sebuah gertakan belaka saja.

Ketiga orang yang merisak gadis berkacamata itu akhirnya meninggalkan toilet dengan ekspresi kesal dan menghentak-hentakan kaki saat keluar.

"makasih, kak" lirih gadis berkacamata itu sambil menunduk gemetaran, lalu ikut keluar dari toilet.

"ck, ck, dia penakut tapi selalu ambil resiko—kayaknya gua harus belajar dari dia" kata Fay, berbicara dengan dirinya sendiri.

***

Fay menceritakan semua kejadian yang dilihatnya saat di kamar mandi tadi kepada Jena. Secara detail, berawal dari gebrakan pintu yang dibanting sampai umpatan-umpatan yang dikeluarkan adik-adik kelas itu.

Sedangkan, Jena mendengarkan Fay yang sedang bercerita dengan seksama. Mulutnya sedikit terbuka dan tangannya memutar-mutarkan sedotan yang di kelilingi es batu di dalam gelas.

"adek kelas sekarang nyeremin" ucap Jena

Sluurrppp

Fay menyeruput sisa-sisa es teh manisnya dengan sekuat tenaga hingga pipinya ikut mengempot.

"lebih serem daripada setan" celetuk Fay

"lagi ngomongin gua, ya?" tanya Banyu yang tiba-tiba duduk di sebelah Fay

"dih, lagu lu pede, nyet" sahut Jena yang mulai memasang wajah tak sedap

"hai, fay" sapa Edgar

Edgar duduk di sebelah Jena dan diikuti oleh Reon yang duduk disebelah Edgar. Senyuman Edgar membuat rawut wajah Jena agak memerah, Jena mulai salting dengan kehadiran Edgar.

"hai" balas Fay

"eh, Jena. Halo Jena" sapa Edgar kepada Jena ketika melihat keberadaan Jena di sampingnya

Jena menahan malu ketika Edgar menyapanya, kini dirinya semakin salah tingkah.

"hhmm, hai" sapa baliknya dengan agak malu

Mata Fay tertuju pada Reon yang sedang memainkan ponsel, lalu dirinya tersenyum. Pertanyaan yang sempat ingin ditanyakan pada Banyu, kini sedikit terjawab. Banyu, Reon, dan Edgar sepertinya memang sangat dekat. Terbukti, Fay melihat Banyu dan Edgar saling bergurau dan saling melempar candaan.

"kalian sedeket ini, ya?" tanya Fay mengalihkan candaan Banyu dan Edgar

"iya"

"tenang aja, fay. Gua ngga bakal ambil alih perhatian banyu buat lo, kok" ucap Edgar disambung dengan cengengesan

"kalo perhatian lo boleh buat gua nggak?" tanya Jena pada Edgar

"boleh, kok. Boleh banget" jawab Edgar sambil menatap Jena dan tersenyum genit

Fay bisa mengetahui bahwa Edgar hanya menganggap itu candaan, terlihat dari senyuman dan nada bicara yang dilontarkan Edgar.

"edgar, gua baper" celetuk Jena

"hah?" edgar tidak mendengar ucapan Jena

"l-laper. gua laper, ehehe"

Meskipun ketiga laki-laki yang berada di samping Jena dan Fay tidak mendengar apa yang di ucapkan Jena, namun Fay mendengar dengan jelas apa yang lontarkan Jena.

Fay mempunyai insting terhadap Jena, ia melihat ada hal lain dari tatapan matanya. Jena berkata bahwa dirinya hanya sekedar mengagumi Edgar, tapi Fay mempunyai firasat bahwa rasa kagum Jena pasti akan berbuah menjadi rasa lainnya.

********

Haii, haiii, haiii

selamat membaca para readers tersayang:)💗💗💗💗💗

waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang