Diffa P.O.V
"Terimakasih untuk para hadirin yang sudah datang di acara ulang tahun anak saya yang ke 18" ucap ayah tya menggunakan microfon dan orang-orang bertepuk tangan
"Selain acara ulang tahun anak saya, saya akan meresmikan hubungan tya dan diffa" ucap ayah tya.
Wait. Apa yang ayah tya ucapkan tadi? Meresmikan? Meresmikan apa? Maksudnya nikah? Eh gakmungkin. Gue sama tya bertatapan bingung, shock, kaget, dan gatau harus ngapain
"Hanya sekedar meresmikan biasa kok nak" ucap papa yang tiba-tiba ada di samping gue
"Apa gak kecepetan pa?" Tanya gue dan dibalas dengan senyuman oleh papah.
Sebenernya seneng orang tua mau meresmikan hubungan gue, seenggaknya setelah pindah ke belanda nanti tya ga akan ngelirik bule-bule disana.
"Saya gak setuju" ucap seorang laki-laki dari arah paling belakang, sepertinya ia baru sampai
"Siapa kamu?" Ucap ayah tya menggunakan microfon
Dan saat dia maju.....
"ARDI!" ucap gue dan tya bersamaan
'Masalah baru muncul' batin gue
"Lo ngapain kesini? Siapa yang ngundang lo!" Ucap tya dengan nada setengah teriak
"Ya ngebatalin pertunangan kamu lah sayang" jawabnya enteng
"Lo bilang apa barusan?" Tanya gue dengan wajah yang berapi-api
"Punya kuping kan? Gue mau ngebatalin pertunangan kalian. Gue tuh pacarnya tya! Gue sayang banget sama dia! Gua cinta sama dia! Jadi mulai sekarang lo gaboleh deket-deket sama tya!!! Ngerti?!" Ucap ardi dengan nada yang berapi-api juga
"Heh! Sejak kapan gue jadi pacar lo? Pacar gue cuman diffa! Lo siapa! Gue baru kenal sama lo! Udah ngaku-ngaku aja jadi pacar gue. Ternyata lo cuma bagus di fisik doang ya hati lo gabagus alias busuk! Pergi sana lo gangguin acara orang aja" ucap tya
"Tya jadi kamu anggap selama ini aku apa?" Tanya ardi
"Ya temen lah. Mending lo pergi dari sini dan jangan muncul di hadapan gue lagi" ucap tya
"Oke gue ngalah. Kali ini lo menang dif, suatu saat nanti gue bakalan rebut dia dari lo!" Ucap ardi kemudian pergi meninggalkan pesta
Tya P.O.V
Ayah meminta gue dan diffa untuk naik ke atas panggung, setelah ayah bicara panjang lebar dan gue gak ngerti omongan ayah. Diffa tiba-tiba merogoh sakunya, mengeluarkan kotak yang berisikan cincin yang indah.
Jujur gue deg-degan banget. Haruskah secepat ini? Bahkan belum lulus udah harus tunangan kaya gini?
Diffa memasukan cincin itu ke jari manis gue, begitupun sebaliknya. Setelah itu banyak orang-orang yang bertepuk tangan.
Ini sekedar meresmikan aja, dan memberitahu bahwa nanti ketika sudah waktunya diffa lah yang akan menjadi pasangan seumur hidup gue. Gue salut sama kedua orang tua gue karna udah yakin diffa adalah yang terbaik. Gue berharap sih diffa emang yang terbaik, dan gak macem-macem tentunya.
Gue ditarik sama diffa menuju meja yang khusus untuk dua orang.
"Aku tau ini terlalu buat kita, tapi gak ada salahnya kan kalau ada ikatan benang merah diantara kita. Aku terikat sama kamu, kamu pun terikat sama aku. Mungkin maksud dari orang tua kita itu baik, mereka sadar kita sudah besar dan gak main-main dalam menjalani hubungan jadi mereka seperti itu. Kita jalanin sesuai alur aja ya sayang. Aku ada selalu untuk kamu, dan aku akan jagain kamu." Ucapnya panjang lebar dan itu membuat gue fly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl or Football
Teen FictionKisah yang tidak pernah jelas. Kisah yang datang tiba-tiba. Kisah yang pergi tanpa pamit. Namun cinta di dalam kisah itu tidak pernah pergi, walau banyak rasa sakit yang didapat. Berjalan lah kedepan, lihatlah sekeliling, berusaha menjadi yang terba...