•Arion•"Rion. Tumben kamu dapet nilai A, udah gitu banyak lagi."
Ucap seorang Ibu yang diketahui bernama Dewi pada anaknya yang baru saja sampai di akhir anak tangga sambil membawa jaket bomber bewarna army ditangan kanannya. Dari penampilan nya sepertinya remaja dengan nama asli Arion Putra Darmawangsa yang biasa dipanggil Rion itu hendak bepergian. Bahkan tanpa Dewi menoleh saja Ia sudah tau jika yang menuruni anak tangga adalah Arion, sebab Dewi sudah hafal betul dengan aroma parfum dari anak bungsunya itu.
Sebelah alis Arion terangkat, ia berjalan mendekati Ibunya yang sedang duduk santai disalah satu sofa ruang keluarga sambil meneliti buku besar yang ada dipangkuannya.
"Padahal Rion cuma ngitung kancing baju doang waktu itu."
Gumamnya saat berhasil mendudukkan bokongnya disamping Dewi. Dewi yang mendengar pernyataan dari anaknya itu sontak memukul pelan lengan milik Arion. Arion tidak bereaksi apa-apa selain sedikit menjauhkan tubuhnya dari Ibunya.
Dewi menyerahkan buku tebal dengan sampul hitam yang berisi kertas hasil akhir dari ujian yang tak lain dan tak bukan adalah rapot sekolah, kepada anaknya tersebut. Arion meneliti deretan angka dan juga predikat huruf yang ada di dalam tabel. Bola matanya sontak membesar saat membaca kesimpulan dari semua nilai yang ada.
"Mendapat peringkat 1 dari total 35 siswa,"
Gumam Arion sambil membaca tulisan kecil yang ada disalah satu tabel. Bukannya senang, Ia malah merasa ada yang janggal dengan kalimat yang baru saja Ia baca. Sepercaya diri apapun dia, Ia tidak pernah membayangkan jika akan mendapat peringkat utama didalam kelas. Terlepas dari itu, jumlah murid dikelasnya hanya berjumlah 30 anak saja, lalu darimana 5 anak lainnya itu?
Dewi yang tadinya sedang sibuk memindah-mindah Chanel TV menggunakan remot ditangannya sontak menghentikan gerakannya, kemudian dengan gerakan cepat merampas buku rapot dari tangan Arion.
"Ranking 1?! Mama nggak mimpi kan?!?"
Tanya Dewi sambil membolak-balik kan halaman rapot tersebut. Beberapa saat ia menunggu jawaban dari anaknya, namun Arion tak kunjung membuka suara. Dewi yang penasaran akhirnya menoleh kearah sang anak yang ternyata sedang menumpu kepalanya dengan salah satu tangan dan sorot mata tajam yang entah mengarah kemana."Heh! Ditanya... Kok malah bengong?"
Arion sedikit menjingkat, saat mendapat pukulan kecil dari Dewi dipunggung nya. Arion kemudian menoleh lalu menanyakan apa alasan ibunya menepuk punggung nya tadi. Dewi menutup rapot yang ada dipangkuannya sambil menghembuskan nafas pendek.
"Kamu lagi mikirin apa sih?....bla....bla....bla.."Lagi-lagi bukannya menjawab rentetan pertanyaan dari Ibunya, ekor mata Arion tidak sengaja menangkap sebuah nama yang tercetak tebal dibagian depan sampul rapot yang ada dipangkuan Ibunya. Arion memberi kode pada Dewi agar menghentikan ocehannya. Ia meraih rapot tersebut kemudian membacanya dengan seksama.
"Salma Radya Almira XII IPA 2..?"
Ucap Arion saat berhasil membaca nama yang tercetak tebal tersebut.
Kini semua pertanyaan yang ada didalam kepalanya sudah terjawab dengan adanya nama seseorang yang Ia yakini adalah salah satu siswi yang ada di sekolahnya. Dan tak salah lagi, dia pasti adalah siswi yang rapotnya tertukar dengan miliknya."Namanya bagus ya,"
Sahut Dewi dengan polosnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun sedetik kemudian ia membulatkan matanya. Arion hanya menatap malas kearah ibunya, dan dengan gerakan pelan Ia mulai menutup telinganya dengan telapak tangan. Ia sudah hafal dengan apa yang akan dilakukan ibunya setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARION
Teen FictionBermula dari rapot yang tertukar hingga berlanjut menjadi guru les privat-nya. Gadis berhijab dengan status adik kelasnya itu bernama SALMA. Bagaimana ARION mau menerima Adik kelas sebagai guru les privat-nya, sedangkan sebelum itu Arion sudah serin...