3. Bubur Ayam

58 9 0
                                    

Happy Reading:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading:)

.
.
.

Walaupun butuh waktu 30 menit perjalanan menuju rumah Sabrina, Chandra tidak keberatan. Sejak pukul 06.30 tepat, Chandra membelah jalanan Bandung dengan motornyaㅡmotor pemberian sang Ayah.

Jalanan yang tidak terlalu ramai membuatnya sedikit menaikkan tingkat kelajuan motornya agar cepat sampai di rumah sang pujaan hati. Bibirnya terus menyunggingkan senyum tiada henti, mengingat akhirnya dirinya akan menjemput Sabrina untuk pergi ke kampus bersama-sama. Gadis itu tidak pernah pergi ke kampus bersamanya karena merasa tidak enak dan takut menyusahkan dirinya. Padahal Chandra biasa saja dengan hal itu.

Setibanya di depan pagar rumah Sabrina, Chandra tak langsung turun dari motornya melainkan melirik kaca spion motornya untuk membenahi tatanan rambutnya.

"Sip udah kece," pujinya pada diri sendiri.

Lalu Chandra turun dari motor sambil menenteng helm untuk Sabrina.

"Assalamualaikum," Chandra mengucapkan salam sambil mengintip ke sela-sela pagar besi itu. Terdengar suara sahutan salam dari dalam dan tak lama muncul seorang wanita berumur yang tak lain adalah bundanya Sabrina.

"Eh nak Chandra!"

"Bunda hehe, aku mau jemput Sabrina bun," ucap Chandra cengengesan kemudian menyalimi sang bunda.

"Sabrinanya tadi ke tempat potocopy-an di depan nak, bunda gatau kalau kamu tadi mau jemput," ucap bunda merasa tidak enak.

"Gapapa bun, nanti aku susul. Aku pergi dulu ya bun."

"Iya nak, hati-hati ya."

Chandra mengangguk, "Assalamuaikum."

"Waalaikumsalam."

Kemudian Chandra memakai kembali helmnya lalu mengangguk pada bunda yang masih berdiri di depan pagar, dan melajukan motornya.

-☹︎☻︎☹︎-

"Sab."

Merasa ada yang memanggil namanya, Sabrina pun menoleh, "Chandra.."

"Kenapa gak bilang ke aku kalau mau ke tempat potocopy-an? kan bisa aku temenin," ujar Chandra yang ikut duduk di sebelah Sabrina.

"Aku bisa sendiri Chan."

"Berapa lembar kamu potocopy-nya?"

"Cuma 2 lembar," Chandra hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Mbak ini potocopy-annya," ucap salah satu karyawan tempat itu.

"Oh iya mbak, terima kasih."

"Udah Sab?" tanya Chandra.

"Udah." lalu keduanya berjalan menuju motor Chandra yang terparkir di depan.

Chandra menyerahkan helm satunya untuk Sabrina, dan membantu memasangkannya, membuat beberapa pejalan kaki yang melintas sedikit terbawa perasaan dan tidak sedikit pula yang menampilkan raut wajah julid.

Sabrina & NocturneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang