6. Memory

54 9 0
                                    

Kita tak akan pernah tahu nilai sebuah kejadian sampai ia menjadi kenangan

٠٠٠𖥸٠٠٠

Untuk sejenak, ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya kasar. Langit sudah tampak berubah menjadi jingga dan beberapa mahasiswa mahasiswi masih tampak sibuk untuk mempersiapkan pensi tahunan minggu depan. Rapat kepanitiaan telah usai sejak bermenit-menit yang lalu, dan disinilah ia sekarang. Duduk di bangku di bawah pohon .... dengan menyandarkan punggungnya lalu memejamkan matanya sejenak. Sejak keluar dari kantin dirinya memilih untuk sibuk mengurus persiapan pensi dari pada harus mengingat apa yang ia lihat tadi siang.

"Mana?" Chandra mulai penasaran.

"Tadi dia kesini Chan gue serius! keknya duduknya di deket situ deh," ucap Aji seraya menunjuk tempat Sabrina berada.

Chandra pun akhirnya melihat keberadaan Sabrina di kantin ini, namun ada satu yang membuatnya sedikit mengerutkan alisnya.

"Tapi Sabrina gak sendirian Chan, dia sama--"

"Erick.."

Ada perasaan berat di hatinya ketika ia harus melihat Sabrina duduk berdua bersama Erick. Katakan saja bahwa dirinya kekanak-kanakan tapi ia agak cemburu. Kenapa harus Erick? Bukankah Sabrina seharusnya pergi makan ke kantin bersamanya, apa Sabrina se-tidak mau itu makan bersamanya, apa Sabrina malu mempunyai pacar seperti dirinya? Dan lagi-lagi Chandra hanya bisa menghembuskan nafas berat.

"Chan!"

Merasa namanya di panggil lantas Chandra membuka matanya dan melihat Gandhi sedang berjalan ke arahnya, terlihat Gandhi sudah berganti pakaian menjadi pakaian yang biasa laki-laki itu pakai untuk bermain futsal.

"Kok lo masih di sini? katanya mau maen." Gandhi beralih duduk di sebelah Chandra.

"Gue sibuk Gan, pensinya mau di majuin. Jadi hari ini gue lembur, maaf banget gabisa kasih tau lo tadi soalnya ga sempet pegang hp." Gandhi menghela nafas pelan kemudian menepuk pundak Chandra dan memberikan temannya itu sebotol minuman ion.

"Kasian gue liat lo, lemes banget kek habis melahirkan." Ucapan Gandhi membuat Chandra sedikit terkekeh kemudian beralih membuka minuman tersebut dan menenggaknya hingga setengah.

"Makasih." Gandhi hanya mengangguk-angguk kemudian bangkit dari duduknya. "Gue duluan ya udah di tungguin soalnya."

Lalu Gandhi berlalu dari sana dan kembali meninggalkan Chandra sendirian di sini. Pikirannya mulai sedikit ringan setelah Gandhi memberikan minuman ion tersebut. Sebelumnya kepalanya terus di penuhi dengan Sabrina dan juga Erick, membuat kepalanya hampir ingin pecah rasanya. Ia merasa seperti pecundang.

Chandra mengambil ponselnya dan membuka room chat untuk mencari nama Sabrina. Ia ingin memastikan jika Sabrina benar-benar pulang bersama Karina nanti.

> Sabrina♡

Sab, pulangnya sama Karina kan? |
Maaf hari ini gabisa anter pulang, soalnya masih sibuk |
17.50

Tak lama setelah Chandra mengirimkan pesan tersebut, Sabrina tampak sedang mengetikkan balasan membuat sudut bibir Chandra sedikit tertarik untuk membuat senyum.

Sabrina & NocturneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang