Jiwamu telah pergi, namun kenangan darimu meninggalkan luka di dalam hati
Happy Reading:)
.
.
.Ia baru saja menyelesaikan kelasnya pukul 4 sore. Dirinya tengah berjalan di koridor kampusnya dengan sesekali mengecek ponselnya, mencoba menghubungi sang kakak untuk minta dijemput. Langkahnya menggema di sepanjang koridor kampus, mengingat kampus kini telah mulai sepi.
Perlahan langkahnya melambat ketika melihat sosok yang sangat ia kenal, postur tubuhnya yang tinggi membelakangi dirinya. Laki-laki itu memegangi dua helm di kanan kiri tangannya. Ketika dirasa jaraknya sudah cukup dekat dengan laki-laki itu, ia memanggilnya.
"Chan," panggilnya pelan.
Laki-laki yang dipanggil 'Chan' itupun menoleh ke arah belakang, mendapati seseorang yang sejak setengah jam lalu ia tunggu-tunggu.
"Sab, udah kelar kelasnya?" tanya Chandra seraya tersenyum tipis, Sabrina hanya mengangguk lalu pandangannya tertuju ke arah helm yang di pegang oleh laki-laki itu.
Menyadari tatapan Sabrina yang memerhatikan tangannya lantas Chandra tersenyum, "Sab, pulang sama aku ya? mendung, nanti kamu kehujanan."
Sabrina ingin menolak karena tadi ia sudah menguhubungi kakaknya untuk minta di jemput, tapi ia tidak enak. Mengingat Chandra adalah pacarnya ia pun mengangguk meng-iyakan.
Chandra kembali tersenyum kemudian mengajak Sabrina menuju parkiran, dimana letak motornya berada.
Benar apa yang dibilang oleh Chandra, langit mulai mendung dan hawanya terasa dingin. Chandra yang menyadari ekspresi Sabrina yang tampak sedikit kedinginan langsung melepaskan jaket yang ia pakai kemudian memakaikannya pada Sabrina.
Sabrina sedikit terkejut, "Chan gak-"
"Dingin Sab, nanti kamu demam," sela Chandra cepat, ia tidak ingin Sabrina kedinginan dan berakhir jatuh sakit.
Sabrina hanya diam, bahkan ketika Chandra tengah memakaikannya helm dengan telaten. Matanya tak berani menatap manik legam milik Chandra. Sebelum melajukan motornya meninggalkan parkiran kampus, Sabrina menepuk bahu laki-laki itu pelan.
"Chan, nanti mampir ke toko bunga sebentar ya? habis ke sana, nanti aku mau ke tempat itu."
Mendengar perkataan Sabrina, hatinya sedikit merasakan sesak. Ia jelas tahu tempat apa yang dimaksud oleh pacarnya, maka ia tidak bisa menolak. Ia hanya mengangguk lalu melajukan motornya meninggalkan pelataran kampus.
Selama perjalanan, tak ada kata yang terucap dari keduanya. Selalu seperti ini. Keduanya memanglah sepasang kekasih, namun untuk mengobrol panjang saja mereka hampir tidak pernah. Tidak seperti pasangan-pasangan lain yang ketika jalan berdua akan tercipta obrolan yang menarik dan menyenangkan, pasangan ini memilih untuk saling diam. Bukan karena keduanya sedang bertengkar, namun salah satunya membiarkan pasangannya untuk berdamai dengan masa lalu.
Chandra sempat berpikir apakah Sabrina bosan menjadi pacarnya. Dirinya yang monoton dan tidak dapat membuka obrolan, membuatnya beberapa kali memiliki pemikiran untuk mengakhiri hubungannya dengan Sabrina. Bukannya Chandra tidak tahu, Sabrina menerimanya sebagai pacar bukan karena cinta, melainkan kasihan. Chandra tahu, gadisnya itu belum berdamai dengan masa lalunya. Kerap kali Chandra memberitahu gadisnya bahwa ia begitu mencintainya, tapi jawaban yang ia dengar cukup membuatnya sadar diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabrina & Nocturne
أدب المراهقين❛️️️️❛Sabrina, aku bakal tetep sabar nungguin kamu.. Aku gak akan nyerah demi cinta dari kamu.❞ ❛️️️️❛Chan, jangan hilang ya? aku mau berusaha untuk mencintai kamu..❞ ❛️️️️❛Chandra.. Terima Kasih ya sudah antarkan Sabrina pulang.❞ Aku salah. Tidak s...