8. Earth Day

449 55 22
                                    

Ministry of Magic dan segala istilah yang digunakan di dalam cerita ini, milik J.K Rowling

! : typo

~~~

G o t c h a!

~~~

Segarnya udara pagi berhembus lembut menuju jendela kamar yang masih terbuka, membuat Win yang terduduk di tepi ranjang tersenyum tipis, menutup matanya sambil menikmati si sejuk yang mulai menari, mengisi pasokan udara di dalam hidungnya. Win memberhentikan kegiatannya, membuka mata untuk menatap langkah kaki seseorang yang mulai mendekatinya.

"Bisa bantu cat rambutku?" tanya Day pelan, membawa mangkok plastik dan sebuah kuas kecil di tangannya.

"Kakak mau mewarnai rambut? mau menyamar lagi?" Win mengambil mangkok dan kuas yang dipegang oleh Day tadi, lalu memasangkan sarung tangan plastik kepada jari-jari indah miliknya.

"Hm, biasanya Chica yang mewarnai rambutku," jawab Day seadanya, pria itu duduk di lantai di antara kedua belah kaki Win.

"Chica itu pacarmu ya kak?" Win menyisir rambut Day, setelah rapi, ia mulai memoleskan cat rambutnya dengan hati-hati.

"Chica? dia aromantik, gila saja dia menjadi pacarku." Day terkekeh geli, mengusap pangkal hidungnya yang tegelitik oleh angin dingin.

"Aromantik itu apa kak?" Win memberhentikan kegiatannya menunggu jawaban dari Day, jujur saja, saat ini ia dalam mode ingin serba tahu. Membuat mulutnya menanyakan semua hal yang sekiranya penting sampai yang tidak sekali pun.

"Aku juga tidak tahu jelasnya, tapi dia bilang kepadaku kalau dia tidak ingin menjalani hubungan yang romantis."

Win mengangguk paham. Memilih untuk melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

Tangannya dengan telaten mewarnai rambut milik Day.

Ya, kegiatan ini berlangsung sampai akhirnya, suara perut Win berbunyi, diiringi oleh rintihan kecil yang keluar dari mulutnya.

Win meringis, perutnya terasa sangat mual sekarang. "Permisi sebentar kak," ucapnya, berdiri dari duduknya lalu berlarian menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar itu.

Perutnya sangat ngilu dan mual. Efek dari semalam ia belum makan.

Win memuntahkan air ludahnya karena tak bisa mengeluarkan apapun dari dalam perutnya. Ia meringis sakit sambil memijat perutnya dengan tangan yang sedikit bergetar.

"Win! perutmu sakit lagi?"

Mendengar pertanyaan itu, Win hanya bisa mengangguk lemah, meraih tangan Mix yang membopong tubuhnya untuk berdiri.

"Sudahku bilang, makan itu gak boleh telat, kalau kayak gini kan yang sengsara tubuhmu sendiri," Mix bergumam kesal, mengusap punggung sepupunya itu dengan lembut. Sebenarnya, Mix sedari malam tidak tertidur, ia memilih duduk di dekat pintu kamar milik Day, mendengarkan percakapan kedua orang yang membuat hatinya sedikit teriris.

Ia masih ingat, ketika pandangan Win dan Day bertemu, sangat jelas dalam pancaran manik hitam kecoklatan milik Win yang sedikit berharap.
Mix sangat tahu, sepupunya yang berjarak beberapa bulan darinya itu masih belum bisa melupakan Bright.

Salah juga jika Mix sedikit berharap pada Day yang ia kira bisa mengobati rindu Win. Tetapi, saat keheningan subuh tadi, Mix mendengar perkataan Day yang menyebutkan bahwa pria itu membenci dunia sihir. Day juga menegaskan, jika urusan Win sudah selesai, pria itu ingin Win dan Mix segera pergi dari rumahnya.

Jelas, Bright dan Day berbeda.

Bright adalah air. Tenang, dan riak ketika ada masalah. Sedangkan Day adalah api, seseorang yang sombong dan selalu mengutarakan prinsip hidupnya.

Jika dalam asrama hogwarts, Bright itu Slytherin yang tenang dan Day adalah Ravenclaw pintar yang memandang rendah orang lain.

"Kenapa?"

"Dia telat makan. Day, apa boleh aku minta makanan yang ada di rumahmu? aku tidak punya uang yang sama seperti kalian, yang aku punya hanya galleons ini," ucap Mix lemah, mendudukkan Win di atas tempat tidur lalu menunjukkan beberapa galleons dari saku celananya.

"Jika tidak punya uang, kenapa lebih memilih kabur dari rumah?" tanya Day memicingkan matanya penuh selidik.

"Itu tidak penting, sekarang aku hanya meminta makanan, jika tidak ada, yasudah," Mix menghela napasnya, berniat keluar dari kamar itu untuk mengambil tongkat sihirnya yang ada di dalam tas, sebelum tangan Day mencekal pergelangan tangannya.

"Saya punya makanan, lihat saja di bawah, jika tidak ada, masak apapun yang kau mau, bahannya ada di dalam lemari es. Saya mau keluar dulu."

~~~

"Aku hanya heran, Win. Sifat Day itu berubah-ubah, aku mendengar kalian mengobrol dan dia bilang dia benci kita, lalu kenapa dia masih minta tolong dan mau memberikan isi lemarinya? dia sangat aneh kau tahu?"

Win terkekeh geli mendengar gerutuan yang keluar dari mulut Mix. Ia berniat mengambil sendok yang ada ditangan sepupunya itu.

"Setidaknya kita dibolehkan menginap sampai urusan kita selesai, Mix. Terima saja, sebelum kakek menjemput kita," balas Win dengan tenang, menyendokkan satu suap sup yang dibuat oleh Mix tadi.

"Perutmu sudah baikan?"

"Masih sedikit mual, tapi sudah tidak apa-apa, aku bisa menahannya."

Mix mengangguk, memperhatikan wajah sepupunya yang berusaha menahan sakit dan mual yang ia rasakan.

Sekian menit berlalu, sup yang dimakan oleh Win sudah habis, bersamaan dengan suara pintu yang terbuka, menampilkan sosok Day yang datang bersama dengan seorang pria yang membuat Mix terdiam membeku.

"Earth, berkasnya di dalam kamarku," ucap Day menunjuk ke atas tangga.

Benar, Mix tidak dapat menahan senyuman yang tercetak di bibirnya saat kedua bola mata hitam milik Earth menatapnya.
"Kau fans ku yang di pelabuhan bukan?" tanya Earth, membuat Mix dengan cepat memganggukkan kepalanya.

"Sudah lama tidak bertemu ya? siapa namamu sebelumnya?"

"Mix, Mix Sahaphap."

Win tersenyum melihat Mix yang nampak bahagia, sedangkan Day memilih tidak peduli. Pemuda itu berjalan menuju meja makan, meletakkan sebuah obat di depan Win.
"Minum, mualmu bisa hilang dengan itu."

Win tak tahu harus bersikap seperti apa, yang jelas. Ia hanya bisa tersipu malu, mengucapkan terimakasih lalu memalingkan wajahnya dari Day.

~~~

Mix sangat merasa beruntung bertemu dengan Earth sekarang. Di dalam hatinya, ia berusaha untuk tenang.

"Pekerjaanmu apa?"

"Dia penyihir."

Belum sempat Mix menjawab, Day lebih duluan bersuara. Membuat raut wajah Earth berubah seketika.

Mix menghela napasnya. Apa sekarang, Earth akan benci dengan dirinya?

Mix menundukkan kepalanya pasrah, memainkan jari-jari tangannya tanpa mau memandangi Earth.

"Oh? kau berteman dengan penyihir, Day? sungguh aneh." Earth tertawa kencang.

"Aku tidak berteman, mereka hanya menumpang," balas Day kesal. Pria itu lalu berjalan menuju dapur, mengambil sebuah sendok untuk obat penurun asam lambung yang sempat ia beli tadi. Jujur saja, memandangi Win yang hanya menatap botol obat itu dengan bingung, membuat darahnya sedikit naik. Untuk itu, ia punya inisiatif untuk menyuapkan 2 sendok obat penurun asam lambung itu ke dalam mulut Win.

"Sekali lagi makasih Day, maaf merepotkanmu."

Day menganggukkan kepalanya dengan ekspresi wajah datar. "Jika merasa direpotkan, segera pergi dari sini."

~~~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

🔞 Gotcha-Black Heart Book 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang