Chapter 2

23 5 0
                                    

Sekarang gadis cantik dengan rambut panjang sehitam bulu gagak, bibir kemerahan, dan kulit seputih susu itu sudah siap dengan gaun berwarna baby blue lengkap dengan tiara yang berhias batu safir. Jika kalian berpikir kalau deskripsi dari sang gadis mirip seperti salah satu karakter fiksi Disney maka kalian benar. Dulu ketika ibunya hamil, sang ibu ingin sekali anaknya mirip seperti karakter itu yang berujung menjadi kenyataan, hanya saja itu tidak terlalu berefek untuk sang kembaran. Kembarannya, Arzi, memiliki kulit sedikit lebih gelap dengan bibir yang sedikit kecoklatan, namun untuk urusan rambut, keduanya sama. Sama-sama sehitam bulu gagak.

"berapa lama waktu yang tersisa sebelum acara pelantikan itu?" Tanya sang gadis dengan penuh wibawa agar sesuai dengan karakter yang sedang diperankannya, 'seorang putri'. Dia dan ketiga lelaki itu sudah sepakat untuk mengikuti alur terlebih dahulu.

"sekitar satu jam lagi yang mulia" sambil membungkuk, wanita paruh baya yang ternyata adalah pelayan itu menjawab.

"hmm, kalau begitu antarkan aku ke perpustakaan!"

"baik yang mulia"

Mereka pun beranjak, sang gadis alias Ken, mempersilahkan si pelayan untuk berjalan di depannya, tentu saja hal itu ia lakukan karena tidak tau letak perpustakaan yang dimaksud. Hanya saja perlakuan itu membuat si pelayan kaget.

"mohon ampun yang mulia, akan sangat tidak sopan jika saya yang memimpin jalan" tutur pelayan itu.


'shit!'


Inner Ken memaki.

"aku tidak peduli, pandu saja jalan ku!" ucap Ken sembari memasang wajah angkuh karena kehabisan akal.

"eh? b-baik yang mulia" jawab si pelayan sidikit bingung karena yang dia tau sang putri terakhir dari pemimpin kerajaan di negeri kelahirannya ini tak biasanya memasang wajah angkuh.



~o~



Dilain tempat, terdapat tiga kelaki yang sedang menelusuri taman entah di mana itu. Mereka berjalan tak tentu arah, dapat dilihat dengan jelas raut kebingungan yang dipancarkan oleh ketiganya sampai kemudian sebuah suara menghentikan mereka.

"yang muliah pangeran ke-4!" sahut seorang pria di belakang mereka. Mendengar itu, ketiganya sempat menghentikan langkah namun dilanjutkan lagi.

"yang mulia pangeran!! Berhenti!" sahut pria itu lagi. Ok, sekarang ketiganya benar-benar berhenti.

"siapa yang dia maksud?" Tanya Arzi berbisik kepada kedua temannya.

"tentu saja kau!" jawab Lei berbisik sambil menunjuk Arzi dengan kepalanya.

"sekarang aku meragukan kepintaran sang juara umum ini" tambah Acito dengan berbisik juga.

"hah~ yang mulia, sedari tadi aku mencari mu kemana-mana. Dari mana saja? Apakah yang mulia lupa tentang acara penobatan pangeran Apollo?" kata pria dari belakang mereka yang tadi menyahuti dengan nada terbata-bata karena lelah membuat ketiga remaja lelaki yang tadi sedang asik berbisik itu berbalik.

"oh hai~ aku tidak lupa kok soal itu, buktinya sekarang aku ingin kembali ke kamar ku untuk mempersiapkan diri" alibi Arzi dengan senyum kikuk.

"tapi yang mulia, ini bukan jalan menuju kamar anda" kata pria itu bingung. Ketiga lelaki itu membeku untuk sementara, terutama Arzi.

Lost in NeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang