Chapter 4

11 3 1
                                    

Paviliun Phlox, tempatnya berada di bagian selatan dari istana pusat. Paviliun itu di penuhi oleh berbagai bunga phlox, itulah kenapa dinamakan paviliun phlox, kata pelayan yang senantiasa menemaninya sejak kemarin. Menurut Ken, nama phlox itu terdengar aneh. Jangankan terdengar, diucapkan saja rasanya benar-benar aneh. Entah karena dia baru mendengar nama bunga itu atau apa tapi yang jelas itu aneh.

Ken sudah sampai di paviliun phlox sejak lima menit yang lalu, hanya saja ia perlu melangkahkan kakinya lagi ke tempat tujuannya yang lebih spesifik, karena tujuan mereka sebenarnya bukan benar-benar di pavilun phlox, melainkan taman yang ada di paviliun phlox.

Taman di paviliun phlox ini benar-benar dipenuhi oleh bunga phlox dengan berbagai warna, ia pikir ada variasi dari bunga lain juga jika di taman, ternyata tidak. Ken menjadi curiga, jangan-jangan di paviliun wisteria yang disebutkan Samy kemarin juga dipenuhi dengan berbagai warna dari bunga wisteria. Semoga saja disini tidak ada yang dinamakan paviliun beringin.

Setelah sampai di taman, Ken mendudukkan dirinya di samping Arzi, kemudian meminum teh yang sudah disediakan di sana. Mereka sedang menunggu kehadiran Lei, entah apa yang membuat pria itu lama, semoga saja dia tidak tersesat.


"menunggu ku?" tanya Lei yang baru saja tiba.


Semua mata tertuju kepada Lei, namun tak membuatnya terganggu. Mengambil duduk di kursi yang masih kosong kemudian melakukan hal yang sepertinya yang dilakukan Ken sebelumnya, yaitu meminum teh yang sudah disediakan. Pertanyaannya yang tadi dilontarkan Lei hanya untuk basa-basi, tidak lebih. Mereka berlima sekarang duduk melingkar di meja bundar seperti sedang cosplay melakukan konferensi meja bundar yang sebenarnya oval itu.

"ceritakan apa yang kau tau!" perintah Arzi kepada Samy, sepertinya pria itu enggan untuk berbasa-basi

"yang ku tau adalah jiwa kalian berempat bukan berasal dari sini dan aku juga pernah bertemu dengan seseorang dengan kasus yang sama seperti kalian dulu" kata samy.

"oh si pelayan dari paviliun wisteria yang kau ceritakan kemarin" Ken menyahuti.

"lalu dimana dia sekarang?" Lei bertanya.

"sudah meninggal, sekitar lima tahun yang lalu, bunuh diri. Aku juga tidak tau bagaimana kronologinya, yang jelas ia di temukan dalam keadaan tewas oleh pelayan-pelayan di paviliun wisteria"

Mendengar jawaban dari Samy, sontak saja membuat Arzi, Ken, dan Lei memalingkan pandangan mereka ke arah Acito yang sedari tadi menikmati teh dan biskuitnya. Merasa di pandang, ia pun melakukan gestur bertanya kepada mereka.

"orang yang mengalami hal sama dengan kita sudah meninggal" kata Lei kepada Acito.

"aku tau, aku juga mendengarnya tadi. Jadi, kenapa kalian menatap ku seperti itu?" tanya Acito.

Tidak mendapat jawaban melainkan pandangan dari ketiga temannya, Acito pun paham apa maksud dari pandangan ketiga temannya itu. Sepertinya ia perlu mengelilingi paviliun wisteria hanya untuk mencari si pelayan itu. Cih, memikirkannya saja sudah dapat membuat kepala Acito pusing. Semoga hantu-hantu di paviliun itu sebaik hantu-hantu di aula istana pusat dan bisa diajak kerja sama juga. Karena baik belum tentu bisa diajak kerja sama.



~o~



Konferensi mereka tadi menghasilkan misi yang harus mereka lakukan. Tetapi mereka semua tidak bisa melakukannya dalam waktu dekat karena ada beberapa hal yang harus dilakukan mengingat posisi mereka sekarang ini bukanlah anak sekolahan yang bisa rebahan sepuasnya di atas kasur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lost in NeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang