permulaan hidup Kalil yang baru

1.1K 108 7
                                    

GUNDUKAN tanah merah disalah satu tempat pemakaman umum tengah menjadi pemandangan utama seorang Kalila Widyananda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GUNDUKAN tanah merah disalah satu tempat pemakaman umum tengah menjadi pemandangan utama seorang Kalila Widyananda. Sudah kebas jemarinya mengusap tetesan air yang membasahi pipi tirus pucat miliknya, maka saat ini Kalila hanya berpasrah kepada hujan. Kalila sedikit bersyukur karena mereka datang saat dirinya kelelahan menghapus bukti kesedihan.

Tidak disangka, bapak dan bunda pergi secepat jemari dijentikkan. Memori terakhir yang menampakkan senyum sahaja milik keduanya masih menguarkan cahaya, Kalila dan keempat adiknya masih dirundung bahagia. Namun dalam hitungan jam, jiwa mereka dicabut dengan paksa guna meninggalkan raga serta keluarga.

Kalila tak berpaling sedetikpun.

Tidak terbayangkan bagaimana rasanya ketika bapak dan bunda menghadapi maut. Pastilah mereka menolak untuk ikut, ada tanggung jawab serta kewajiban yang belum selesai dituntut. Ada Kalila, Gemi, Madha, Hilal, serta Rayyan. Ada anak-anak yang menanti kepulangan bapak dan bunda. Kepulangan jiwa raga mereka tentunya, bukan sekadar jasad yang tak lagi dapat mengucap syukur serta berceloteh pasal kicau koran dipagi hari. Bukan, bukan seperti itu yang mereka mau.

Ternyata takdir Tuhan memang seperti itu, berjalan dengan lucu. Menertawakan satu dua korban yang ditinggalkan tanpa salam dan kecup haru. Mereka bekerja tanpa kita tahu, seperti apa akhirnya, semendadak apa datangnya.

Kalila tahu tidak ada gunanya berdiri sembari memegangi sisa bunga tabur di keranjang yang kini menyusut dan layu. Lebih baik jika pulang, menenangkan Hilal dan Rayan yang sering kali hilang kendali. Iya, ibu ini-yang tidak Kalila ketahui namanya benar juga.

"Harus kuat ya, anak pertama harus bisa ngemong adik-adik. Kalil boleh ke rumah Bude seumpama butuh apapun, inshaallah Bude bantu semampu Bude."

Kalila mengangguk, dengan berat hati tentunya.

"Ikhlas ya?"

Kalila melupakan sesuatu, pada dasarnya manusia selalu seperti itu. Kepada manusia lain yang tengah mendapatkan pilu, mereka cenderung menguatkan dengan sedikit bumbu paksaan. Seperti kalimat yang barusan, 'harus kuat, harus ikhlas' seolah-olah Kalila tidak dipersilahkan untuk melampiaskan. Alih-alih membiarkan dirinya jatuh sebentar lalu membimbingnya menemukan cahaya kehidupan, manusia-manusia ini terus memaksa Kalila buat teguh berdiri dan gagah berani.

Kehilangan mengoyak segala mimpi dalam kepalanya menjadi serpihan kecil yang berhamburan.

Kalila Widyananda dibesarkan oleh tangan-tangan hangat yang selalu menyediakan segala untuknya. Bapak, bunda, Gemi, Madha, Hilal, dan Rayyan. Semua anggota keluarganya adalah kumpulan manusia-manusia terbaik, Kalila sayang mereka.

Namun, karena sebuah insiden, Kalila diharuskan melepas bapak dan bunda dengan ikhlas. Lantas saat ini Kalila dipaksa bertahan hidup sendiri dalam peliknya suasana ibu kota bersama keempat adik lelaki yang usianya tak jauh dari dirinya.

Kalila tidak memiliki opsi lain lagi. Sebagai anak perempuan pertama, Kalila harus menjadi pondasi bagi tiang-tiang yang sempat roboh diterpa bencana yang datangnya tiba-tiba. Kalila harus kuat, ia dipaksa untuk hebat, demi empat adik yang masa depannya terancam tamat.

Lantas ... sesuatu terlintas.

Bapak, bunda, kalau Kalila tidak sanggup, adik-adik bagaimana?

***

Halo, ini Jul. Ada cerita baru.

Aku ikut event menulis bersama penerbit stora media, doakan semoga bisa tamat ya!

Kayaknya aku hampir nggak pernah punya tokoh utama perempuan... Kalila, kamu the first hehehet.

Buat visualisasinya terserah... Kalilanya siapa aku juga enggak tahu, tapi pas lihat haechan rookies, aku kepikiran Yerim, terus bikin cover pakai foto dia deh. Buat adek-adeknya 00line. Aku pengin bikin cerita mereka jadi saudara, kan biasanya temenan, se-geng, se-tongkrongan, hehehehet. Semoga sesuai ekspektasi.

Teman-teman, apa kabarnya? Semoga sehat selalu ya. Jaga kesehatan. PPKM level empat, hemmm yah semoga lekas membaik negeri kita.

Salam damai, sampai jumpa!

Jul, 18.37

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang