13

526 37 8
                                    

13

[NOVA]

AKHIRNYA SATU MANUSIA barat .... Oh bukan, Deryck Campbell, kan, Gargoyle. Dia bukan manusia. Tapi setidaknya, tidak dikelilingi wajah Korea lagi.

"Agak ke kiri, ke kiri!" perintah Nova agak panik sambil mengibaskan telapak tangan kiri ke kiri.

Deryck berusaha mengendalikan kendali, dia sangat serius menatap langit berkabut, "sedang kuusahakan—"

"Astaga!" pekik Nova.

Di depan mereka tiba-tiba terlihat atap rumah. Tanpa bisa oleng, mereka terpaksa menabrak atap tersebut. Di belakang terdengar suara jeritan Minu. Namun benturan tersebut tidak menggencarkan Deryck, dia tetap mengambil kendali sampai akhirnya mereka merapat ke arah kanan, hampir menubruk rumah orang lain di sebuah perumahan.

Helikopter berhenti bergerak setelah menggesek jalanan sampai membekas di jalan. Tak heran, perumahan yang jarang ditinggali ini tidak ribut mendengar helikopter mahal baru saja mendarat—mendarat lumayan tidak mulus.

Nova turun. Di belakangnya keempat yang lainnya ikut turun.

"R-rumahku ...! Rumahku hancur separuh—"

Nova mendengking, bokongnya baru saja ditendang oleh seseorang.

"Bagus! Helikopter mahal ini hampir saja membunuh kita hanya untuk mengambil tongkat bisbol sialanmu, yang sudah mementungku sampai pingsan!" geram Eva, sekali lagi menendang bokong Nova.

"H-hentikan! Aduh!" Nova menyingkir, dia mengelus bagian yang ditendang, "maaf. Tapi tongkat itu adalah senjata andalanku," keluhnya sembari berjalan.

"Sudah kubilang aku masih menyimpan revolver! Kalau kamu sebegitu ingin punya senjata, akan kuberikan!" hardik Eva.

"Nggak mau! Aku tidak suka senjata yang membunuh!"

"Tapi tongkat bisbol itu juga bisa membunuh dasar idiot!"

Nova berbalik, baru menyadari Eva sedari tadi mengikutinya sampai masuk rumahnya yang sudah ambruk sebagian, akibat Deryck yang masih belum bisa mengingat lancar cara mengendalikan helikopter. "Iya deh, iya, terserah! Sekarang, kenapa kamu ikut?"

Eva berkedip, ikut berhenti jalan. "Entah. Tadi aku keasyikan marah padamu."

Nova tertawa, tertawa sungguhan, bukan mengejek. "Dasar lugu."

"A-aku nggak—!"

"Sst!" Nova mengulurkan tangannya ke belakang, membekap mulut Eva sambil menaruh jari telunjuk di depan bibir. Matanya bergerak ke kanan dan ke kiri.

"Aku dengar ...."

"Aku juga dengar," kata Eva yang masih dibekap.

Nova menoleh ke belakang. Dari balik tudung Eva, ada dua kuping kucing mencuat, berkedut berusaha mencari asal suara. Tapi Nova tidak bisa konsentrasi. Telinga kucing berbulu cokelat senada dengan rambut Eva membuatnya terlihat semakin manis, lucu. Nova murni bermaksud memuji, tapi dia malah berusaha menahan tawa sampai hampir menyembur.

"A-apa yang kau tertawakan?" tanya Eva agak galak, telinga kucingnya menaik.

"Telinga barumu itu ... pft ... lucu ...."

"Hey!"

"Nah itu dia orangnya!" suara pria dari luar tiba-tiba muncul. Nova dan Eva menoleh ke seluruh penjuru. Tapi untungnya Eva tidak ambil waktu lama. Dia langsung berlari ke arah kamar bekas penyanderaannya sambil menarik tangan Nova, lalu bersembunyi di balik tembok.

"Berapa orang yang mengincarku sih?" keluh Nova pada Eva.

"Maksudmu, mereka kawan-kawanku? Bukan!" protes Eva.

Message from Ragnarok [2015]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang