↪ (04) ↩

698 174 2
                                    

◢✥◣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◢✥◣

Takeomi mengobrak-abrik tas-nya, mencari satu hal yang bisa menyelamatkan-nya dari basah oleh hujan. Setelah menelusuri-nya untuk ketiga kali, dia menghela nafas dan menerima kenyataan bahwa dia harus menunggu sampai Keizo selesai berurusan dengan para berandalan lain.

Lagi.

Entah menunggu Keizo, atau berlari menembus hujan. Dia mungkin sebenar-nya lebih suka yang terakhir.

"Akashi-san?"

Suara-mu mengagetkan-nya. Dia menyadari bahwa dia bisa mengenali diri-mu sekarang.

"Apakah kamu lupa membawa payung-mu?"

Kamu ingin memberi dia payung tetapi ujung payung tersebut terkena kepala Takeomi dengan keras.

Dia meringis, dan kamu tertawa.

Ini mencerahkan kelas lebih dari lampu yang pernah bisa. Takeomi pikir itu mungkin suara terindah yang pernah dia dengar.

Dia pun menghela nafas dan mengayunkan tas-nya ke atas bahu. "Aku akan lari ke stasiun kereta aja."

"Uh, kita bisa berbagi payung. Aku akan pergi ke stasiun kereta juga. Agak kecil tapi aku tidak ingin kamu basah. Maksud-ku! Jika kamu mau-!"

Pipi-mu berubah menjadi merah jambu.

"Kalau begitu, aku akan menyerahkan diri-ku dalam perawatan-mu."

"O-Oke!" Kamu tergagap, sudut bibir Takeomi terangkat membentuk senyuman.

Ini pertama kali-nya dia merasa bersyukur atas hujan.

◥✥◤

𝑺𝒊 𝑯𝒖𝒋𝒂𝒏 ↪ 𝑨. 𝑻𝒂𝒌𝒆𝒐𝒎𝒊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang