↪ (07) ↩

764 152 5
                                    

◢✥◣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◢✥◣

Akan turun hujan di hari kelulusan-nya, di-lihat dari awan gelap di langit. Mungkin itu pertanda buruk. Setidak-nya hujan tidak turun sebelum upacara berakhir.

Takeomi menunggu Keizo lagi. Terkadang, dia ingin meninju teman-nya.

Dia memainkan payung-nya, bertanya-tanya apakah dia harus membuka-nya.

Langkah kaki ringan menyebabkan dia mendongak dengan cemberut yang memudar ketika dia menyadari bukan Keizo yang berjalan ke arah-nya.

Itu kamu.

Payung-mu terbuka.

"Hai," Pipi-mu merah muda, tangan gelisah, dan mungkin... Mungkin saja, kamu merasakan kegugupan yang sama dengan berdiri di depan satu sama lain, mengetahui bahwa ada sesuatu yang harus dikatakan.

Tapi mungkin itu hanya perasaan Takeomi. Bibir-nya melengkung membentuk senyuman.

"Hei. Akan turun hujan."

"Aku tahu," Kamu dengan ringan membenturkan kepala-nya dengan payung-mu. "Seperti-nya selalu hujan kalau ada kamu."

Senyum-mu kecil tapi cerah saat diri-mu mendongak untuk bertemu dengan tatapan Takeomi. "Terkadang, pada hari-hari seperti ini, aku bertanya-tanya apa arti hujan sebenar-nya."

Kau bermain dengan jari-jarimu, dan Takeomi memikirkan tetesan air hujan yang meluncur turun dari jendela di kelas. Dia memikirkan diri-nya sendiri, berdiri untuk membacakan jawaban-nya atas pertanyaan guru. Dia berpikir untuk tertidur di kelas Sastra yang penuh dengan opini yang membosankan dan bersatu.

Bukan untuk pertama kali-nya, dia mengingat kata-kata yang pertama kali membuat-nya tertarik pada-mu.

Dan Takeomi mengutip sambil tersenyum.

"Heh, 'Hujan adalah peluang yang hilang. Peluang emas yang tidak diambil. Ini melambangkan penyesalan seseorang.' Itu kata-mu."

Kau tertawa, dan mungkin ini akan menjadi selamat tinggal. Mungkin kamu akan pergi dan dia tidak akan pernah melihat-mu lagi. Mungkin kamu akan kuliah dan mencari orang lain.

Karena bahkan jika Takeomi mengeluarkan kata-kata, mengeluarkan 'Aku mencintaimu' , hal-hal mungkin tidak berjalan seperti yang dia inginkan. Namun dia menelan ketakutan-nya dengan hati di tenggorokan ini, karena dia lebih suka menghadapi penolakan daripada penyesalan. Takeomi membuka mulut-nya lagi, jantung meremas di dada-nya.

Pernyataan suka, cinta?

Apakah itu penting?

Yang Takeomi tahu adalah bahwa untuk pertama kali-nya, dia mengambil kesempatan ini.

◥✥◤

🎉 Kamu telah selesai membaca 𝑺𝒊 𝑯𝒖𝒋𝒂𝒏 ↪ 𝑨. 𝑻𝒂𝒌𝒆𝒐𝒎𝒊 🎉
𝑺𝒊 𝑯𝒖𝒋𝒂𝒏 ↪ 𝑨. 𝑻𝒂𝒌𝒆𝒐𝒎𝒊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang