Pagi yang cerah. Mungkin orang-orang sedang menikmati secangkir kopi sambil duduk di bangku luar rumahnya, atau anak-anak sedang sarapan dan berangkat sekolah. Namun pagi ini berbeda bagi penghuni rumah BlackVelvet.
"Kak Seulgi,anter gue ke Chanwoo yuk." Yeri menarik-narik tangan Seulgi yang sedang menyiapkan tasnya.
"Ngapain, Yer? Gue mau masukin barang-barang dulu."
"Minjem sarung tangan tinju! Buat nonjok!"
Seulgi menghela nafasnya pelan, dalam hati dia bertanya apakah dia supir di rumah ini? Dari kemarin selalu saja dia yang mengantar saudara-saudaranya.
"Yaudah, naik motor. Lo siap-siap dulu sana."
"Yeay!"
Di dapur, sudah ada Rose,Lisa dan Irene yang sedang memilih-milih per-bumbuan.
"Bawa merica!" Saran Rose. "Bubuk cabe juga!"
"Oh tentu saja udah gue masukin ke tas,tambah apalagi nih?" Lisa sedang menjinjing tas nya yang berisi 'amunisi'
"Lada sama micin,bawa juga." Irene memberikan botol lada dan sebungkus micin merk Salsa kepada Lisa.
"Ternyata kak Irene percaya kalau micin bisa bikin ogeb." Celetuk Lisa.
"Mitos itu!" Sambar Rose tak terima.
"Kalem,war kalem! Canda doang."
Kelima orang itu sedang menyiapkan senjata masing-masing untuk melakukan rencana mereka hari ini. Apalagi? Kalau bukan datang ke rumah Suga,dan meminta penjelasannya,lalu menyerangnya dengan berbagai 'senjata'? Tentu saja mereka tidak akan mengurungkan niat untuk benar-benar membuat Suga babak belur apabila perbuatannya terbukti benar.
Sementara itu Joy dan Jisoo diminta untuk mengawasi Jennie di ruang tengah. Tugas ini diberikan oleh Irene,sengaja agar kedua orang itu tidak ngerusuh,ditambah Jisoo yang kembali 'normal'. Tugas ini membosankan sekali menurut Joy dan Jisoo karena hanya memperhatikan Jennie yang tidak berbuat apa-apa,lebih baik mereka menyabotase berbagai peralatan rumah agar bisa dipakai sebagai senjata.
"Sampe kapan kita ngeliatin Jennie yang diem mulu daritadi?" Tanya Joy sambil memangku dagunya.
"Gak tau,gue bosen,mening ngurus Gopur,atau ngeracik racun buat si Kampret."
"Anjir,kak Jisoo psycho."
"Bukannya orang kayak begitu harus di 'sadarkan' ?"
"Iya sih,gue setuju juga sebenernya. Baguslah kak Jisoo ada kemajuan enggak se server sama Rose atau kak Seulgi mode ngebug, walaupun somplaknya masih ada."
"Kejadian kemarin,cukup jadi dorongan sih."
"Mangkanya nih,kak Irene malah nyuruh kita ngaawasin Jennie. Buat apa coba? Mening Rose atau kak Wendy sekalian aja yang duduk berdua disini ngawasin Jennie. Kok malah kita?"
Sedari tadi mereka berdua uring-uringan dan protes kepada Irene,bodohnya mereka secara langsung bicara di depan Jennie dan tidak ada sensor sama sekali dari kata-katanya,seakan Jennie benda mati yang dipajang di sebelah mereka.
"Kabur aja yuk." Ajak Jisoo.
"Boleh lah,tapi kita harus nyari kak Wendy dulu,minta tolong jagain Jennie." Jawab Joy.
"Emangnya kak Wendy kemana?"
Disaat ketujuh sahabatnya sedang mempersiapkan penyerangan mereka ke rumah Suga, Wendy sendiri sudah berada di depan rumah Suga sejak semenit lalu. Dia ingin jadi agen lapangan. Toh masalah ini punya kaitan erat sama dia kan? Gak mungkin cuma duduk di kursi dan nyimak semuanya lagi rusuh nyiapin 'amunisi'. Oh tidak,tentu saja Wendy ingin menjadi orang pertama yang baku hantam dengan pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly "Stories of Blackvelvet Friendship"
Fiksi PenggemarSatu rumah 9 penghuni? Gimana jadinya? Ribut? Tentu. Rusuh? Apalagi. Isinya anak-anak Blackvelvet yang gila+receh+laknad+gada ahklak+barbar. Mau lihat cerita mereka ber-9? Baca yuk disini!