Part 2

9 0 0
                                    

Ceisya langsung merebahkan diri ke atas kasur yang sudah lama tidak ia tiduri, nuansa kamarnya masih sama seperti dulu. Tidak ada perubahan sama sekali.

"Gila pegel banget badan gue, pasti gara-gara ketiduran di pesawat tadi," gumam Ceisya setengah menguap.

Hawa dingin menyentuh kulit Ceisya, membuat rasa kantuk kian mendatang, kedua mata dengan spontan memejam merasakan hawa dingin, kini rasa ngantuk menguasai diri Ceisya. Dan akhirnya ia berselancar bebas di alam mimpi.

                                    ••|••|••

Aktar dengan tergesa memarkirkan motor sport dipekarangan rumah, tak perduli tatapan satpam di pos yang memandangnya aneh. Pasalnya baru pertama kali ia melihat wajah anak majikannya tersenyum sepanjang jalan. Biasanya hanya ada tatapan datar nan menusuk.

"Kerasukan jin kali ya den Aktar," pikir satpam.

Kaki Aktar terus melangkah memasuki rumah dengan senyum senantiasa terpatri di wajahnya.

Saking semangat melangkah Aktar sampai tidak menyadari ada seseorang duduk di bangku dengan senyum geli.

"Salamnya mana ganteng?" Aktar memberhentikan langkah, menengok ke asal suara.

"Assalamualaikum," ujar Aktar berjalan menghampiri seseorang yang tak lain adalah sang mami---Rosela, dan segera menjulurkan tangan bermaksud menyalimi.

Rosela terkekeh pelan tak urun tangannya menyambut tangan sang anak. "Saking semangatnya mau ketemu sama adikmu sampai lupa mengucapkan salah eoh?"

Aktar hanya berdehem singkat, Rosela sudah biasa dengan sifat dingin anaknya yang sudah melekat sejak kecil.

"Dimana?"

"Kamar." Setelah mendengar jawaban dari Rosela, Aktar langsung bergegas menuju tempat yang diucapkan Rosela.

"Dasar anak itu," gumam Rosela melihat siluet Aktar kian menghilang dari pandangan.

Kembali lagi kepada Aktar yang sekarang ini sudah masuk ke dalam kamar, tentunya bukan kamar dia.

Senyum Aktar makin mengembang melihat siluet orang yang dia tunggu selama ini tengah tertidur pulas di atas kasur, Aktar segera menghampiri ke atas kasur setelah melepas kemeja menyisahkan kaos hitam polos pas body, menampilkan bentuk tubuh kekar milik Aktar.

"Miss you," lirih Aktar memperhatikan wajah damai Ceisya yang tak lain adalah adiknya.

Jari-jari Aktar bergerak pelan menyusuri wajah damai Ceisya, dari mulai kening, alis tebal, mata, hidung, dan yang terakhir pipi.

Aktar mengusap pipi Ceisya dengan pelan serta hati-hati, Ceisya yang merasakan sesuatu berkeliaran di wajahnya segera membuka mata.

Pandangan pertama yang tertangkap di mata adalah wajah tampan Aktar dengan senyum penuh akan kerinduan. Tiga tahun Aktar harus merelakan Ceisya tinggal di Amerika bersama sang nenek, itu bukan waktu yang cepat, hampir setiap hari rasa rindu mendatangi Aktar.

"Sayang?" Panggil Ceisya, ya Ceisya dari dulu memanggil Aktar yang notabennya adalah abangnya dengan sebutan sayang.

Alasannya? Sangat klise, Ceisya bilang biar dia tidak kelihatan jonesnya.

Ceisya langsung memeluk Aktar dengan erat, begitupun Aktar membalas dekapan Ceisya tak kalah erat. 

"Kangen..." Aktar membenamkan wajah ke ceruk leher Ceisya, menghirup aroma yang ia rindukan tiga tahun ini.

Aroma tubuh Ceisya bener-bener seperti nikotin, membuat Aktar candu.

"Keras banget dadanya." Dengan kurang ajarnya Ceisya menekan-nekan dada Aktar sesekali mengelus dengan gerakan abstrak.

Aktar hanya diam membiarkan adiknya itu berbuat sesukanya, dia hanya pokus menyalurkan rindu pada adik tercinta.

"Sayang lepas dulu, engap banget gue." Ceisya menepuk pelan punggung Aktar, bermaksud untuk meminta dilepaskan pelukannya.

"Nanti."

Berdecak kesal, Ceisya segera menarik  rambut Aktar yang membuat dia meringis hingga melepaskan pelukan mereka.

Aktar menghela nafas seakan tak terima, dia masih ingin memeluk Ceisya, bila perlu sampai pingsan.

"Apa!" Delik Ceisya melihat muka datar Aktar memandangnya lekat.

'huft'

"Pengen peluk, Abang masih kangen," seru Aktar mengusap lembut tangan Ceisya.

"Engap tau ga si, Lo nya juga bau," ucap Ceisya membuat Aktar repleks mengendus dirinya sendiri. Tidak bau, dan masih wangi.

"Wangi gini, bau apanya coba." Aktar menjitak Ceisya pelan, merasa di bohongi, dia pikir badannya beneran bau, ternyata tidak.

"Bau tau, bau azab." Dengan tidak berperasaan Ceisya mendorong tubuh  Aktar agar tidak dekat-dekat dengannya.

Tubuh Aktar terdorong sedikit, ga banyak, tetapi Aktar segera mendekat lagi dan mendekap Ceisya kedalam pelukannya.

"Tidur, kamu masih cape kan!" perintah Aktar, Ceisya yang emang masih mengantuk hanya mengagguk mengiyakan perintah Aktar, tak lama Ceisya tertidur kembali dengan tangan Aktar yang senantiasa mengusap-usap rambut Ceisya.

                                         ••|••|••

CEISYA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang