part 8

4 0 0
                                    

Sudah genap dua bulan Ceisya berada di SMA KRAKATAU, banyak pula yang mengenal Ceisya baik itu Kaka kelas ataupun adek kelas. Nama Ceisya belakang ini memang sering jadi perbincangan panas para warga sekolah.

Karena keberanian dia kepada Three Devil lah yang membuat namanya melejit dikalangan siswa-siswi serta kenakalannya bersama Nolan. Ya Ceisya dan Nolan nampaknya makin dekat, bahkan mereka sudah menjadi patner dalam melakukan aksi. Tidak sama Nolan doang Ceisya makin Deket, ada Gibran dan Aydan juga yang makin dekat dengan gadis berparas bule itu.

Tak lupa juga Three Devil yang selalu menganggu Ceisya bila ada kesempatan, akhir-akhir ini memang hidup Ceisya dipenuhi dengan perbuatan tak mengenakan dari Three Devil.

Seperti sekarang ini, Ceisya dikurung ah ralat dikonciin di dalam gudang oleh Chiko dan Griffin. Aarish? Entah kemana pemuda itu. Ceisya tidak tahu, dan gak mau tau.

"Anjing emang si Chiko tai babi!" umpat Ceisya menendang bangku sampai patah. Dirinya sedang kesal sekarang ini.

Gelap, pangap, sumpek, itulah yang dirasakan Ceisya di dalam gudang ini. Untung saja kaki dan tangan Ceisya tidak diikat.

"Awas aja tuh bocah, bakal gue bales!"

Ceisya merasa bersyukur kala mendapatkan ponselnya yang berada disaku.

Segera membuka dan menelpon Nolan.

"Tolong gue! Gue dikonciin di gudang sama si monyet!"

Setelah mengucapkan itu Ceisya langsung mematikan telpon tanpa menunggu balasan dari Nolan.

10 menit kemudian pintu gudang terbuka, menampilkan tiga pemuda. Nolan, Aydan, Gibran.

Ceisya langsung saja keluar dengan pakaian seperti biasa yang ia kenakan, baju dikeluarkan, tidak memakai dasi, rambut dikuncir kuda. Kesan bad girl melekat pada diri Ceisya, walaupun pakaiannya sederhana tak membuat pesona Ceisya luntur.

Sebenarnya banyak yang mengira Ceisya anak beasiswa karena melihat penampilan Ceisya amat sederhana, serta hampir setiap hari dia menaiki kendaraan umum, membuat spekulasi mereka mengatakan seperti itu.

Kebiasaan emang warna plus enam dua selalu menilai seseorang dari cover.

"Bangsat tuh anak, pengen gue jadiin tumbal rasanya!" gerutu Ceisya di depan gudang.

"Lo gapapa?" tanya Gibran membolak-balikan badan Ceisya. Merasa semua beres

"Gue gapapa, cuma tangan gue aja yang gatel pengen nonjok si anak monyet!" Ceisya merampas minuman di tangan Aydan yang sisa setengah.

"Minuman gue," cicit Aydan pelan.

Membuka tutup botolnya, Ceisya dengan kesal meminum minuman Aydan hingga tandas, leher jenjang nan putih Ceisya bergerak naik turun membuat ketiga pemuda itu meneguk ludah kasar dan memalingkan muka dari leher menggoda milik Ceisya.

"Napa Lo pada? Terpesona Lo sama gue?" Seakan sudah biasa dengan tingkat kepedean seorang Ceisya mereka hanya mendengus.

"Yaudah yu mending ke kantin aja, lapar ni gue!" Aydan segera memimpin perjalanan yang langsung diikuti mereka.

Melewati koridor demi koridor tak sedikit pula yang menyapa mereka dan di balas senyuman oleh Ceisya dan Nolan, Gibran dan Aydan? Mereka hanya menampilkan wajah tanpa ekspresi.

Sampai di kantin yang ramai oleh para siswa-siswi mereka langsung duduk di meja biasa mereka.

"Siapa ni yang mesen?" tanya Aydan menatap Meraka satu persatu.

"Gue aja," jawab Ceisya. Sudah biasa mereka bergantian untuk memesan makanan tak terkecuali Ceisya.

"Sama gue Ce, Yo!" ajak Nolan menggandeng tangan Ceisya.

CEISYA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang