Chapter 4 || Cerita Dara

30 5 1
                                    

"Nggak salah kan gue nerima dia?"

Tak lama lelaki asing itu meminta username Dara. Dara tak menolak. Ia memberikan username-nya tanpa pikir panjang. Bukankah wajar? Mereka sepasang kekasih kan sekarang? Walaupun Dara masih sulit untuk percaya.

SrnArga

|| Halo

Wait, kita pacaran tapi gue belum|| tahu nama lo ||


|| Arga, namaku Serano Arga
|| Namamu?

Adara Nadiva ||


|| Cantik
|| Namanya, maksudnya

"Modus," gumam Dara merasa lucu.

|| Aku nggak modus

Dara mengerutkan dahi. Darimana dia tau?

|| Tau lah

Eh? ||

Tak lama, pesan dari Arga kembali masuk. Bukan sebuah chat, tapi sebuah pesan suara. Dara menekan tombol play, mendengarkan apa isi dari voice note tersebut.

Kenapa? Kok gitu?

Hanya berisi pertanyaan singkat. Namun setelahnya, tawa kecil dari suara berat milik Arga terdengar selama beberapa detik. Tawa yang entah kenapa membuat jantung Dara berdenyut lebih kencang. Refleks, Dara memegang dada kirinya, disertai alis yang mengernyit. "Gue kenapa, sih?"

Tapi ketawanya adem banget.

Eh? Nggak-nggak. Suara Reza lebih bagus. Nggak ada tandingan pokoknya.

Tapi suara dia ... bagus juga.

No! Gue masih sayang Reza.

"Gue masih sayang Reza, tapi kita udah putus." Selanjutnya, Dara tertawa hambar. Rasanya begitu pahit ketika mengenang tragedi putusnya hubungan mereka. Penuh sandiwara yang memuakkan. Namun, sayangnya Dara tak bisa berbuat apapun untuk mencegah hal itu.

Bunyi notifikasi yang kembali terdengar dari ponsel di genggaman mengakhiri perbincangan batin Dara. Ia segera memeriksa, dan pesan dari pacarnya masuk untuk kesekian kalinya.

|| Mau telpon?

Hah? Apa-apaan, nih?

Matanya mengerjab pelan. Kepalanya menggeleng cepat. Dara merasa belum siap untuk sekadar berbincang dengan sang pacar melalui telepon. Mengingat reaksi jantungnya yang berlebihan, Dara memilih menolak untuk mengantisipasi kejadian serupa. Jemari Dara mengetikkan balasan, tetapi layar ponselnya tiba-tiba saja berubah. Tampilan sebuah panggilan masuk. Dan itu dari Arga. Ia menelpon tanpa persetujuan Dara.

Dara tak bergerak. Kedua mata miliknya terfokus pada layar ponsel. Membiarkan dering ponsel terus berbunyi tanpa ada niatan untuk menjawab panggilan.

"Astaga! Ini cowok ya! Seenaknya banget!" kesal Dara. Ia melempar benda canggih miliknya di ranjang.

Mengambil bantal, dan memukulnya pada ponsel. Dara kesal. Sangat kesal. Ia tak suka pada lelaki yang sesukanya sendiri. Apalagi mereka baru saja mengenal, tapi mereka juga sekarang sudah menjadi sepasang kekasih. Dara menyerah, ia tak paham dengan apa yang terjadi.

"Harusnya nggak usah nerima itu cowok tadi," omelnya lirih. Air mukanya masam. Ia menatap ponsel tanpa minat. Tapi, sebuah ide kecil muncul di kepalanya di saat Dara merasa frustasi dengan semuanya. Mendorong Dara untuk menarik senyum lebar. Tangannya gesit mengambil ponsel yang tergeletak begitu saja. Dan tanpa berpikir lama, ia menggeser tombol hijau. Panggilan pun tersambung.

Virtual Love BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang