Chapter 1 || Tragedi Putus

69 13 1
                                    

"Hati-hati, Dara!" Reza melambaikan tangan. Senyum lebar terukir indah, menambah kadar kemanisan Reza yang sejujurnya sudah di atas rata-rata.

Dara ikut menarik bibir, membuat senyum cantik di wajahnya. Menghilangkan raut jutek yang biasa dilihat orang-orang. "Iya. Dah!" Tangannya melambai kecil pada Reza. Sungguh, Dara sangat bersyukur memiliki kekasih tampan dan perhatian yang diidamkan banyak perempuan, seperti Reza contohnya.

Dara bergerak menaiki ojek online yang dipesannya. Tak lupa mengenakan helm. Ia terus memandangi Reza di belakang, bahkan ketika motor sudah melaju. Remaja lelaki itu masih saja melambai padanya. Dara menunduk, menyembunyikan rona merah yang menjalar di pipi.

Namun, Dara tidak tahu saja. Driver ojol yang ditumpanginya sedari tadi memperhatikan dirinya dari spion motor. Menahan senyum geli. "Anak muda sekarang kalo lagi kasmaran kayak si eneng gitu, ya," celetuk sang driver ojek online-yang merupakan seorang pria paruh baya dengan tahi lalat kecil di hidung.

Dara melotot lebar. Tangannya membekap mulut. Merasa malu dengan driver ojol yang memboncengnya. "E-eh?" Dara tertawa gugup. "Ya gitu lah, Pak. Biasa, anak muda, hehe." Setelahnya, dia meringis kecil. Ingin rasanya segera menghilang dari jangkauan driver ojol yang satu ini.

Beruntung sekali. Dewi fortuna tengah berpihak pada Dara. Jalanan tidak terlalu ramai, hingga dirinya dapat cepat sampai di rumah. Dan segera enyah dari penglihatan driver ojol yang telah membuatnya merasa malu.

Kaki Dara baru saja menapak di undakan depan rumahnya. Namun, suara Ayah dan Bunda di dalam terdengar dari luar. Dara mendengar perdebatan mereka, walaupun tidak begitu jelas di telinganya. Hal itu mendorong Dara untuk segera masuk. Melihat apa yang terjadi.

"Tadi ayah liat Dara jalan sama cowok, ayah gak mau ya kalau Dara pacaran, dia tuh masih belum cukup umur." Ayah melipat koran yang telah habis dibaca. Dengan raut tak suka, beliau mengadu pada Bunda atas apa yang telah dilihat tadi siang sepulang bekerja.

Bunda mendudukkan diri di sofa setelah meletakkan kopi untuk Ayah di meja. "Ayah tenang ya, nanti biar bunda yang bicara sama Dara supaya dia putusin pacarnya," balas Bunda halus. Beliau tidak ingin ada keributan karena putri sulungnya berpacaran.

Seketika Dara menghentikan langkah saat mendengar ucapan sang Bunda. Perkataan yang terasa tidak mengenakan baginya.

"Maksud bunda apa? Dara gak mau putus sama Reza!" sahut Dara. Ia berdiri di ambang pintu dengan raut sebal.

Kedua orang tua tersebut menoleh. Mendapati putri mereka bersungut-sungut karena obrolan yang sensitif di rumah itu. "Kamu harus fokus sama sekolah kamu dulu Dara, belum saatnya untuk pacaran!" tegas Bunda.

"Tapi Bunda," Dara menggigit bibir, melirik tak suka pada remaja lelaki yang berdiri di anak tangga. Melihatnya sembari memakan es krim dengan santai, "Farrel juga nggak papa pacaran, kok aku nggak boleh?" hardik Dara dengan nada tinggi.

"Farrel itu cowok, Dara, ayah yakin dia bisa jaga diri, sedangkan kamu itu cewek," jawab Ayah geram karena Dara terus saja membantah ucapan orang tuanya.

"Ayah nggak adil." Dara tersenyum kecut. Ia melangkah lebar menuju kamarnya. Melewati remaja lelaki yang sedari tadi diam. Itu adiknya, Farrel.

Di anak tangga terakhir, Dara menghentikan langkah. Tanpa berbalik, ia berujar, "Aku juga mau ngerasain kehidupan remaja pada umumnya, kayak temen-temen yang punya pacar ... sedangkan aku? Apa-apa nggak boleh. Semuanya dibatasin. Aku juga pengen kayak mereka." Suaranya bergetar, membuat yang lain terdiam.

•••

"Sial, hape gue mana?!'

Semuanya berantakan. Buku, pakaian, sprei tergeletak tidak pada tempatnya.

Virtual Love BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang