Chapter 5 || Tentang Arga

14 5 0
                                    

"Di satu sisi gue ngerasa bersalah karena udah melanggar perintah Ayah sama Bunda, tapi di sisi lain gue gak enak sama Arga kalau harus putusin dia gitu aja. Menurut lo, gue harus gimana Nay?" Dara menghela napas sembari meletakkan ponsel. Tangan kanannya beralih menopang dagu.

Belum lama Dara meletakkan ponselnya, layar ponselnya berkedip, menandakan sebuah notifikasi. Dengan tangan kirinya, Dara melihat Ponselnya. Satu pesan dari sang pacar, yang justru membuat Dara kian merasa ragu dengan apa yang ia pilih. "Gue bingung banget Nay, menurut lo keputusan gue punya pacar virtual salah nggak, sih?" tanya Dara.

Nayla yang semula memainkan ponsel mendongak, sepenuhnya mengalihkan atensinya pada Dara. "Kalau menurut gue ya, lo jalanin aja dulu hubungan itu. Siapa tau dia emang cocok sama lo," jawab Nayla memberi saran sebisanya. "Masalah Ayah lo, kalau mereka tau lo punya pacar coba lo ngomong baik-baik sama mereka siapa tau mereka bisa ngertiin lo," lanjut Nayla.

"Tapi gue takut Nay, Ayah sama Bunda marah besar karena gue pacaran sama Reza. Gue takut kejadian itu terulang lagi." Dara menopang dagu menatap ke depan. Ia benar-benar bingung dengan situasi yang dialaminya sekarang.

"Dar, lo harus coba keluar dari lingkaran itu. Lo pengen ngerasain kayak yang lain kan? Yang pada punya pacar? Lo harus berani ambil resiko nya Dar. Gue yakin lo bisa ngejalanin hubungan ini."

•••

"Udah pulang, sayang? Sini makan dulu," sapa Bunda begitu melihat Dara membuka pintu.

"Iya Bund, aku ke kamar dulu ya buat ganti baju," pamit Dara kemudian melangkahkan kakinya menuju menaiki tangga menuju kamar.

Usai mengganti pakaian, Dara turun dari kamar untuk ikut makan siang bersama yang lain. Semuanya berjalan normal seperti biasanya. Namun, ketika Dara menyantap makan siangnya, tiba-tiba sebuah notifikasi muncul dari ponsel.

Dara menoleh, jemarinya bergerak memeriksa ponsel, ternyata notifikasi tersebut berasal dari chat Arga. Tanpa disadari, bibir tipis milik Dara tertarik. Ia tersenyum begitu melihat Arga menghubungi dirinya.

SrnArga

|| Udah pulang sekolah Dar?

Dara meletakkan sendok. Ia melupakan makan siangnya sementara untuk membalas pesan dari sang kekasih di seberang sana.

Udah, baru aja. Ini aku lagi makan. ||

|| Aduh, maaf ya.  Kamu makan dulu, deh. Lanjut nanti. Nggak baik makan sambil mainin hp gini.

Dara tertawa singkat. Namun, ia segera mengetikkan balasan pesan. Tak ingin Arga menunggu lama.

Gak papa kok, Ga. Santai aja. ||

|| Nggak baik, tau. Makan dulu ya sayang. Chatannya bisa nanti lagi. Oke?

Dala mengulum bibir. Ingin tersenyum, tapi ia sadar jika saat ini ia tengah bersama keluarganya. Tak ingin ketahuan, Dara memilih mengiyakan nasihat Arga. Itu mungkin lebih baik, pikirnya.

Setelah makan siang Dara kembali ke kamarnya untuk melanjukan komunikasinya dengan Arga.

"Enggak, lancar kok tes lisan hari ini." Dara menyandarkan tubuh di kursi meja belajar. Satu tangannya terlipat di perut, dan satu lagi menempelkan ponsel di telinga. Bibirnya tak berhenti tersenyum sedari tadi.

"Syukur, deh kalo gitu." Pemuda di seberang menyahut.

"Kamu masih di Singapura? Kapan pulang?" Satu tangan Dara tak dapat diam, tangannya bergerak mengambil pulpen dan memutarnya dengan jemari tangan.

Di seberang, Arga terdiam sejenak. "Mungkin akhir semester aku pulang," katanya ragu. "Btw, hobi kamu apa Dar?"

Dara menegakkan punggun begitu mendengar pertanyaan sakral dari kekasihnya. "Kenapa nanyain hobi?"

"Ya gak papa sih, pengen tau aja, hehe."

Dara membisu cukup lama. Ia ragu untuk mengatakan hobinya pada Arga. Takut pemuda itu akan merasa aneh atau bahkan ilfeel dengannya karena kegiatan yang ia gemari.

"Halo?" Arga bersuara karena Dara tak kunjung menjawab pertanyaan darinya.

Sungguh, Dara merasa ragu. Namun, menyembunyikannya pun tak baik. Ia berdehem singkat. "Hobi aku berburu."

"Serius berburu?" Terdengar nada terkejut dari seberang.

"Haha kenapa? Kaget ya?" Dara tertawa, menutupi perasaan cemas yang hinggap.

"Aku kira hobi kamu lebih feminim gitu, kayak baca buku, atau nonton film." Arga memperdengarkan tawa khasnya. "Tapi keren lho kamu. Jarang-jarang ada cewek yang suka berburu. Btw, hobby aku juga berburu."

"Kamu gak lagi nyoba biar hobby nya samaan kan?"

"Haha, ya nggak lah" Arga tertawa kecil. Tawa yang sama, yang mampu membuat jantung Dara berdebar tak karuan.

"Oke, kalau kamu emang hobby berburu. Senapan apa yang biasa kamu pake?"

"Aku sih lebih suka yang Goppul Night Furry." Jawab Arga di seberang sana.

"Sama dong, aku juga suka pake senapan itu."

"Hobby kita sama, senapan juga sama, tinggal buktiin aja siapa yang lebih pintar berburu. Gimana?"

"Boleh, kita buktikan aja. Aku atau kamu yang dapat buruan lebih banyak."

"Oke, ntar kapan-kapan kalau kita ketemu. Kita berburu bareng."

"See you cantik, selamat malam," ucapan Arga mengakhiri percakapan mereka.

Virtual Love BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang