Chapter 3 || Virtual

45 7 0
                                    

Dara terduduk lemas begitu Reza pergi. Kalimat putus dari bibir Reza terus saja terngiang di kepala. Bibirnya bergetar. Air mata pun lolos dari pelupuk mata.

Kita putus.

"Kita putus. Kita putus. Kita ... putus, Reza." Dara terisak kencang. Ia meremas erat lengan baju.

"Ciee yang udah putus." Farrel kembali dengan sekaleng susu dingin. Remaja lelaki itu duduk di sofa. Sama sekali tak ada niatan untuk menenangkan sang kakak.

"Harusnya lo bersyukur, Kak."

Dara melirik Farrel tak mengerti dengan kedua matanya yang memerah sembab.

"Lo harus bersyukur. Akting gue bagus banget, kan tadi? Sampe Reza mutusin lo." Setelahnya, Farrel tergelak kencang.

Dara berdecak. Ia mulai bangkit dan mengusap kasar kedua pipi yang basah.

Baru saja Dara melewati dua anak tangga, suara nyaring Farrel kembali terdengar. Remaja lelaki itu menyambut Ayah dan Bunda yang sudah kembali.

"Yah, Bun. Tau gak, sih? Kak Dara udah putus sama pacarnya."

Dara menggigit bibir. Kedua netra itu kembali basah karena seruan Farrel.

Dara berani bersumpah jika Farrel adalah adik paling sinting di dunia yang sialnya adalah adik kandungnya sendiri.

"Kok bisa sih? Kak Dara udah gak marah lagi?" tanya Bunda kepada Farrel sembari melihat ke arah tangga, di mana Dara berada. Merasa sedikit heran dengan perubahan sikap remaja itu.

"Iya, Bund. Soalnya pacarnya kak Dara liat kita ciuman," jawab Farrel santai.

"Kalian ciuman?" Ayah menoleh kepada Farrel dengan raut terkejut.

"Eh, nggak Yah. Kak Dara yang nyium aku, aku aja kaget," elak Farrel cepat.

Dara melotot mendengar hal itu. Udah sinting, cepu juga lo ya, batinnya menjerit tertahan.

"Bener, Dara?" Ayah memicing pada sang putri.

Dara berbalik. Ia tak tahu harus menjawab apa. Namun, berbohong pun tiada guna. "Iya, Yah."

Tak disangka, Ayah justru tersenyum lebar. "Gitu dong! Anak ayah harus akur." Ayah merangkul bahu Farrel, membuat remaja itu tersentak, lalu tertawa gugup.

"Tapi kamu beneran udah putus sama pacar kamu, kan?"

Dara menarik senyum tipis, lalu mengangguk pelan.

Bunda dan Ayah saling pandang. Mereka mengedipkan sebelah mata.

• • •

Jari tangan itu terus saja menggulir layar ponsel. Matanya bergerak-gerak melihat video yang tayang di layar ponselnya. Mulai video konten lucu hingga tarian tidak jelas terus digulir Dara. Tanpa sengaja, ia melihat konten sepasang kekasih, hal itu spontan membuatnya menghela napas. Kalau saja ia masih berpacaran dengan Reza, Dara pasti akan mencoba hal tersebut pada kekasihnya. Pasti akan menyenangkan. Namun apa daya. Dara juga tak ingin mengecewakan mereka lebih lama lagi.

Jemari Dara kembali menggeser video-video itu. Hingga sebuah video yang ditontonnya berupa konten chat berpacaran virtual. Dara mengerutkan kening. Pacar virtual? Aneh-aneh aja ni orang. Dara menggidikkan kepala. Merasa heran dengan orang-orang zaman ini yang mau-mau saja LDR bersama orang tak dikenal.

Selanjutnya, video trik-trik merayu pasangan membuat Dara terpingkal. Simpen ah, kali aja bisa dicoba nanti.

• • •

Bosan.

Hanya itu yang Dara rasakan. Ayah dan Bunda pergi keluar untuk makan malam bersama rekan kerja Ayah. Farrel, lelaki itu juga pergi keluar. Sekadar kumpul-kumpul bersama teman-temannya. Dan Dara, merasa terlantar di rumahnya sendiri.

Virtual Love BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang