Chapter 2 || Flashback

37 8 0
                                    

Perang dingin antara ayah dan putri itu telah berlangsung selama dua hari berturut. Dara sama sekali tidak mengindahkan Ayahnya yang mengajaknya berinteraksi.

"Dara," panggil Ayah di sela mengoperasikan laptop beliau.

Dara diam. Menoleh pun tidak. Ia sedang merajuk karena ponselnya disita.

Bunda menegur tingkah tidak sopan Dara pada Ayah, "Dara! Nggak boleh gitu, nggak baik."

Dara melengos. Ia beranjak dari duduknya. Kegiatannya menonton televisi selesai sudah. Mood-nya pun terasa lenyap entah kemana. Ia melangkah lebar, sesekali kakinya sengaja dihentakkan. Menimbulkan bunyi gedebuk kencang.

Ayah menggeleng pelan. Bunda menghela napas. Mendekati Ayah yang tengah mengurus pekerjaan kantor dari rumah.

"Nanti biar Bunda yang bicara." Bunda mengelus bahu Ayah pelan, sembari tersenyum lembut.

Ayah tertawa kecil. "Biarin aja lah, Bun. Nanti juga selesai sendiri ngambeknya." Dengan suara yang sengaja dikencangkan. Ayah sesekali melirik ke lantai atas. Arah putrinya pergi.

Brak!

Bunyi berdebum nyaring terdengar. Suara pintu yang ditutup kasar. Ayah tak terkejut, karena memang itu tujuannya.

"Ayah, ini nggak berlebihan buat Dara?" Bunda mulai merasa resah dengan tingkah laku putri sulungnya yang semakin harinya kian merajuk.

"Enggak. Bunda tenang aja. Biar Ayah yang atur semuanya," tutur Ayah menenangkan.

"Aku pulang!" seruan riang dari arah pintu depan menarik atensi Ayah dan Bunda.

Farrel berdiri di sana dengan senyum lebar. Dapat ditebak jika remaja lelaki itu tengah bersenang hati. Ia berjalan sembari bersiul, membuat Ayah dan Bunda menggelengkan kepala melihatnya.

"Abis darimana kamu?" tanya Ayah berbasa basi.

Bunda menahan senyum saat melirik Ayah.

"Abis nge-date lah, Yah." Farrel mengedipkan sebelah mata.

"Baru putus sama Brigita, udah ada partner nge-date aja." Ayah tertawa ringan. "Sama siapa?"

"Sama Adela, temen sekelasku waktu kelas sepuluh," sahut Farrel cepat. Ia bergerak gesit untuk duduk di dekat Ayah dan Bunda. "Dia cantik loh, Yah, Bun. Mana kalem orangnya. Pokoknya poin plus plus deh buat jadi calon mantu."

Ayah dan Bunda spontan tergelak.

"Halah, udah ngomong mau jadiin dia calon mantu Bunda. Nanti aja giliran ada yang lebih cantik kamu malah berpaling," gurau Bunda.

"Iya tuh. Kamu kan playboy," timpal Ayah mengejek.

Kedua orang tua tersebut saling melirik, lalu melakukan tos ala anak muda. Merasa bangga karena berhasil membuat Farrel merasa terpojok.

Sedangkan remaja lelaki itu sendiri membuang muka ketika dirinya merasa dipojokkan oleh kedua orang tuanya sendiri.

Brak!

Bunyi gaduh dari lantai atas membuat ketiga anggota keluarga itu terdiam. Mereka saling melirik, lalu sama-sama bergegas untuk naik ke atas dan memeriksa.

"Suaranya dari kamar Dara," gumam Ayah pelan, tetapi Bunda dan Farrel mendengarnya. Mereka berjalan bersama menuju kamar Dara.

Pintu kamar tertutup. Mereka terdiam di depan pintu. Tidak ada lagi suara gedebuk nyaring.

Ayah mengetuk pintu kamar putrinya. Lama tidak mendapat respon. "Dara! Kamu ngapain di dalam?" Akhirnya Ayah memilih bersuara.

Namun, tetap saja, tidak ada jawaban dari sang pemilik kamar.

Virtual Love BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang