Matahari sudah mulai memancarkan sinarnya, panas tapi sehat. Banyak murid laki-laki sedang bermain bola dilapangan. Memang biasanya jam istirahat mereka pakai untuk bermain.
Zweitson dan teman-temannya sedang asyik mengoper bola. Pertandingan kecil antara IPA dan IPS. "Fenly, oper sini!" Pekik Zweitson.
"Nah kan, mau kemana lo?" Fiki menghadang Zweitson yang sedikit lagi mencapai gawang.
"Son, sini!" Zweitson pun mengoper bola ke Ricky dan dengan sekali tendangan, tim mereka mencetak gol.
"YES, GOL. HAHAHA MAMPUS, TRAKTIR KITA MAKAN!" Ucap Gilang kehebohan.
Iya, memang mereka main taruhan. Siapapun yang menang bakal ditraktir oleh tim yang kalah dan sekarang tim Fiki harus mentraktir tim Zweitson.
Dipinggir lapangan, seorang gadis melambaikan tangannya dan sudah dipastikan itu pacar Zweitson. Karena dari 8 orang yang main hanya Zweitson yang punya pacar. So sad.
Lagi-lagi yang sadar akan lambaian Jasmine adalah teman Zweitson. "Son, son. Tuh Jasmine!" Kata Fajri memberitahu Zweitson"Oiya, EH GUE KESANA DULU YA!" Zweitson pun pamit menemui pacarnya.
"Aduh, bucin, bucin!"
"BUCIN AKUT!"
Begitulah sahutan teman-teman Zweitson.
"Kamu gak kepanasan disini?" Tanya Zweitson ketika sudah dihadapan Jasmine, Zweitson merapikan rambut yang ada di pelipis Jasmine.
Hal kecil tapi berhasil bikin Jasmine tersenyum. "Enggak kok." Ucap Jasmine"Situ aja yuk, ngobrolnya sambil duduk." Zweitson mengajak Jasmine duduk dibangku pinggir lapangan.
"Jadi? ada apa?" Tanya Zweitson to the point
"Aku mau kasih tau kamu sesuatu, tapi janji jangan marah ya?" Ujar Jasmine
"Iya, enggak. Kenapa?"
"Janji dulu?" Jasmine mengangkat jari kelingkingnya
"Iya, iya. Janji." Zweitson membalasnya.
Jasmine menarik nafas dalam-dalam, "Aku keterima beasiswa di Perancis!" Ucap Jasmine dengan senyum yang lebar sembari memberikan amplop kepada Zweitson.
Zweitson tidak percaya, ia senang pacarnya diterima di salah satu universitas di Perancis tapi di satu sisi ia tidak bisa merelakan kepergian pacarnya ini."Kok muka kamu kaya gak suka gitu, kamu beneran gak seneng aku keterima?" Tanya Jasmine
"Hah, Eh, enggak kok. Aku seneng, cuma kaget aja hehe. Selamat ya, pacarku pinter banget sih!" Ujar Zweitson sembari mengacak rambut Jasmine.
"Hehe, yaudah deh, aku mau balik ke kelas lagi. Kamu mau bareng sama aku atau sama mereka?" Tanya Jasmine
"Aku bareng sama mereka deh, gapapa kan?" Ucap Zweitson
"Oke, aku ke kelas ya, bye."
Jasmine pergi dari hadapan Zweitson, dan sekarang Zweitson sedang termenung memikirkan yang baru saja terjadi. "Jasmine keterima di Perancis," lirihnya.
"Woi, Son! Ngelamun aja lo, kenapa?" Fenly membuyarkan lamunan Zweitson.
Zweitson hanya menggelengkan kepalanya, dan semua teman-temannya saling pandang kebingungan ada apa dengan Zweitson.
"Eh, lo kenal kita udah berapa lama sih, masih aja ditutupin, cerita aja Son." Kata Farhan
Zweitson menghela nafasnya, "Jasmine keterima di Perancis."
"HAH, PERANCIS?" Teriak mereka kompak.
"Gila, keren benget, terus muka lo kenapa ketekuk gitu kaya baju belum di sertika." Kata Shandy"Setrika."
"Gue seneng, tapi sedih juga, gue gak mau ditinggal pergi Jasmine." Ucap Zweitson
"LDR, Son. Apa yang harus diribetin sih?" Ujar Fajri
"Gue takut gagal."
"Yeh, bucin. Dicoba aja belum, udah nyerah." Kata Fiki
"Gini deh son, mending lo pikirin mateng-mateng, terus ajak ngomong Jasmine pelan-pelan, kalian musyawarah deh tuh enaknya gimana." Fenly memberi saran
"Hm, oke deh, nanti gue pikirin."
"Jangan terlalu dijadiin beban Son, Jasmine mau belajar bukan selingkuh." Ucapan Shandy sangat menohok
Zweitson kembali tenggelam dengan pikirannya, "LDR atau udahan?" hanya itu yang sekarang ada dipikiran Zweitson.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cita-Ci(n)ta [END]
Short StoryCerita dua sejoli dibangku SMA yang berpisah karena mengejar cita-cita. insp : 'baby' by UN1TY - jangan lupa vote !!