Chapter 2

939 145 13
                                    

Osamu tidak banyak bicara padaku sejak dia akhirnya tinggal bersama kami. Dan tentu aku tidak mengharapkannya pula. Sepertinya dia sadar akan hal itu,karena itu komunikasi kami lebih banyak dilakukan via Chat.

Karena aku tetap bersikeras tidak mau sekamar dengannya,Papa memutuskan menggunakan kamar tamu yang memang jarang dipakai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena aku tetap bersikeras tidak mau sekamar dengannya,Papa memutuskan menggunakan kamar tamu yang memang jarang dipakai. Papa juga mendaftarkan Osamu di sekolah yang sama denganku karena sebelumnya Mama dan Osamu memang tidak tinggal di Hyogo.

Aku sudah mencari tahu tentang Chat karena hal itu mengusik rasa penasaranku sedikit. Dan dari yang kutahu,harusnya terkadang Osamu bisa kambuh kalau ada suatu hal yang memicunya. Sebenarnya,setiap kali kami chat aku sebenarnya gatal ingin bertanya apa saja hal yang memicu Little space nya tapi egoku menghalangi untuk dekat dengannya lebih jauh. Toh,meski aku tahu juga tidak akan ada gunanya. Dia bisa menjaga dirinya sendiri kan kalau sudah tahu penyebabnya?.

Karena itu,aku masih menganggap kehadiran nya tidak terlalu ada  dirumah ini.

=∆=∆=∆=

Hari ini adalah hari pertama kami masuk sekolah setelah libur masa duka. Untunglah saat ku periksa,Osamu berbeda kelas denganku. Jadi setidaknya kami tidak perlu sering bertemu di sekolah.

"Oi,Lu kalau di sekolah gausah sok dekat ya. Gua tau orang-orang bakal bisa nebak kita kembar. Tapi gua gamau lu ngganggu waktu gua di sekolah. Denger?" Kataku selagi memasang kaos kaki. Kami baru saja selesai sarapan,sedangkan Papa sudah berangkat kerja sejak pagi-pagi buta.

Osamu menoleh ke arahku. Dia sepertinya hendak mengatakan sesuatu tapi mulutnya kembali mengatup. Kembaran ku itu akhirnya mengangguk saja tanpa bicara. Bagus,lagian dia juga gaakan rugi kalau menjauh dariku selama di sekolah,kan? Tampang anak baik-baik gitu juga.

"Tsu- Atsumu..." Tiba-tiba saat aku akan membuka pintu rumah,Osamu membuka suara. Spontan aku  mengehentikan gerakan tanganku karena kaget. Sedikit berpikir,kapan terakhir kali aku mendengar dia memanggilku ya?
"Apaan?"
"Um... Nanti siangnya,boleh makan bareng?"

Huh?

Apa maunya?

"Perasaan gua udah bilang gausah sok dekat di sekolah kan? Lu kira makan bareng ga termasuk?"
Osamu menunduk saja tidak membalas perkataanku. Duh,kenapa kesannya seperti aku sedang merudungnya? Jangan pasang wajah begitu dasar licik.

Ah,bukan urusanku. Pokoknya jangan sampai dia satu circle denganku disekolah,mengganggu saja.
"...mungkin benar juga..." Ujar Osamu pelan.
"Udah ah,keburu telat gua ngeladenin lu." Kataku ketus kembali mengabaikannya dan bergegas keluar rumah disusul olehnya yang terdiam beberapa saat.

=∆=∆=∆=

"ATSUMU SUMPAH GUA KIRA LU TADI ADA DUA??!"
Nah kan,aku baru saja akan duduk di meja tercinta,Suna sudah menghampiriku dengan heboh. Sepertinya dia melihat kami berdua saat di gerbang tadi--karena setelah itu aku langsung mengambil jalan terpisah dengan Osamu yang harus menemui wali kelasnya lebih dulu.

"Lu bisa diem ga," Kataku malas menanggapi kehebohannya. Baru kali, ini aku berharap kelas cepat dimulai agar makhluk ini segera kembali ke tempat duduknya.
"Serius ege! Tadi gua liat di depan ruang guru ada elu tapi versi abu-abu gitu. Tau-tau pas balik kelas lah lu nya ada plus tetep pirang gini. Gimana ga kaget coba?!" Suna masih melanjutkan ceritanya. Tidak peduli dengan ekspresi ku yang keberatan mendengarkan ocehan lambe turah sepertinya.

"Trus? Intinya itu bukan gua. Jurig kali,buat ngingetin lu tobat jangan maksiat terus."
"Anjing lu,Tsum. Kalau jurig beneran gimana."
"Ya berarti lu disuruh tobat. Udh bel Sono kembali ke habitat." Aku menendang kakinya agar menyingkir dari mejaku.
"Dih ga asik lu,awas kalau barusan prank." Suna mengancam kesal tapi tetap berlalu pergi.

=∆=∆=∆=

Ternyata bukan cuma Suna, istirahat siang mulai berdatangan beberapa orang ke mejaku menanyakan hal yang serupa. Walau rata-rata berasal dari kelas nya Osamu yang asyik bertanya apakah cowok itu sungguhan kembaranku. Menyebalkan, jelas-jelas wajah kami semirip itu,kenapa masih bertanya? Aku buru-buru meninggalkan kelas sebelum manusia-manusia bodoh lainnya bertanya lagi, bisa-bisa panas telinga ku keseringan dipakai mendengar hal yang tidak berguna.

"Atsumu,lu punya kembaran ya?"
"Bisa ga kita bahas yang lain? Dari tadi orang-orang pada kek burung beo semua ngomong-nya itu-itu doang,Gedeg gua anjir." Seruku kesal. Baru saja hendak menikmati roti kantin,Suna lagi-lagi bertanya.
"Gua kepo doang elah,elu sih gamau jawab. Gimana orang ga nanya lagi."
"Ck,heboh banget sih soal kembaran doang. Kek abis dapat murid baru anak presiden aja."
"Ya kan orang-orang pada baru tau lu punya kembaran."
"Ya ga pernah ada yang nanya buat apa gua umbar-umbar. Punya juga ga ada untungnya. Ganggu."

Mendengar kalimatku,Suna mulai merasa ada yang janggal.
"Lu... Abis ngambek ama kembaran lu ya,Tsum?"
"Ngambek? Gua benci Ama dia,Sun. Gua aja ga Sudi dia satu sekolah Ama gua. Kalau bukan karena Bokap gua juga gabakal mau nampung dia dirumah."
Sejenak atmosfir disekitar kami terasa dingin. Aku sudah mengungkit hal yang paling kubenci.

Suna terdiam, sepertinya bingung hendak menjawab apa. Dia tentu tidak tahu masalah apa yang kuhadapi dengan si Osamu itu. Lagipula ini lebih baik,tidak ada lagi yang cerewet bertanya soal dia.

Sampai mataku menangkap sosoknya diantara kerumunan anak-anak lain yang hendak mengambil makan siang juga.
Sepertinya dia sudah dapat teman di kelasnya. Dapat kulihat dia bersama seseorang berambut keperakan yang kalau aku tidak salah namanya Ginjima. Mereka terlihat akrab meski Ginjima lebih banyak bicara dan Osamu hanya mengangguk-angguk tanpa senyum sedikitpun.

Osamu akhirnya menyadari tatapanku,segera saja aku mengalihkan pandangan. Mana mau aku ketahuan melihatnya padahal aku sudah mendeklarasikan kebencian ku.

Setidaknya baguslah dia sudah dapat teman,dia tidak akan menggangguku di sekolah.

=∆=∆=∆=

"Apa ada Atsumu disini??"

Sayup-sayup kudengar suara seseorang yang memanggil namaku dari pintu kantin. Aku yang sedang menikmati makan siang segera saja menoleh mencari siapa yang memangilku dengan nada panik begitu.
"Ginjima...?" Gumamku bingung menyebutkan nama orang tersebut. Kenapa dia mencariku? Bukannya tadi dia bersama Osamu?

Ginjima menyadari keberadaanku,dia berlari kearahku,wajahnya cemas.
"Atsumu,ikut gua cepetan! Osamu aneh sekarang!" Katanya panik menarik tanganku tanpa permisi. Jelas saja aku bingung.
"Bentar,apa maksud lu datang-datang narik gua... Osamu kenapa?"
"Aduh,gua juga gatau. Tadi di lorong mau ke kelas dia tiba-tiba duduk dilantai dong,terus sambil kek mau nangis gitu manggil-manggil nama lo. Gua gatau mau ngapain jadi cari lo aja. Toh elu yang dipanggil ama dia daritadi." Ginjima dengan buru-buru menjelaskan keadaannya secara singkat.

Langsung saja hanya satu yang terbesit di kepalaku,jangan-jangan Little space nya...

Ngomong-ngomong kenapa dia justru memanggil namaku,bukannya Papa atau mungkin...Mama

FRATERNITY (Haikyuu AU) (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang