"Ini buat Tsumu,aku baik kan! Tapi nanti ganti dengan onigiri!"
Samu menyodorkan Chūtoro sushi yang disimpannya di saku dada sekolah yang jelas saja sudah berantakan,tidak lagi mirip dengan sushi . Meski begitu karena aku tahu alasannya,aku hanya bisa mengangguk mengucapkan terima kasih.Tidak kusangka dia masih mengingat makanan kesukaanku. Disaat aku bahkan hampir lupa apa yang pernah dia sukai. Well,Kenapa aku harus ingat hal-hal seperti itu sementara aku tidak yakin punya kesempatan untuk memberikannya? Percuma.
Tak lama kemudian Osamu mulai menguap. Sepertinya dia sudah mengantuk-hal yang sudah kutunggu-tunggu sedari tadi. Begitu akhirnya Osamu benar-benar memejamkan mata,aku segera menghubungi Papa kalau aku akan kembali ke sekolah. Sudah jam 2 siang,setidaknya aku masih bisa mengikuti sisa pelajaran dan mengembalikan mobil Suna.
"Tsumu,makasih udah mau temenin Samu lagi."
Dapat kudengar gumaman Osamu sesaat sebelum dia terlelap. Membuatku terdiam sejenak di tempat,menatap Chūtoro yang masih ada ditanganku tak berbentuk,kemudian beralih menatap wajah terlelap Osamu di sofa. Aku menghela napas kembali.
Tidak,jangan biarkan penampilan anak kecil sepertinya membuatku berubah pikiran. Bagaimana pun itu sikapnya 9 tahun yang lalu,bukan sekarang yang bagaikan orang asing. Aku segera berdiri,tidak ingin lebih lama lagi bersamanya.
...Tapi sebentar,setidaknya dia butuh selimut...
=v=v=v=
"Jadi lu bisa cerita ke gua soal tadi siang?" Tanya Suna ketika aku mengembalikan kunci mobilnya sepulang sekolah.
"Perasaan gua udah bilang dia kambuh?"
"Lu kira yang kayak gitu penjelasan? Dia ga keliatan sakit tuh,tadi aja nyapa-nyapa orang di ruang guru kek bocil."
"Nah iya itu yang kambuh. Kambuh mode bocil."
Suna menatapku setengah bingung. "Maksudnya?"
"hah... Gini,lu pernah dengar little space? Atau sindrom peterpan? Kalau belum liat aja di google. Itu penyakitnya." Aku melambaikan tangan malas menjelaskan. Lagipula aku sedang tidak ingin membahas apapun yang berhubungan dengan dia. Sudah cukup banyak pertanyaan dikepalaku soal itu.Kalimatku berhasil membungkam ocehan Suna dan berganti membuat cowok itu memeriksa hape nya untuk memastikan. Aku bersiap untuk pergi sebelum dia kembali menanyaiku macam-macam.
"Tsum,bentar deh."
Terlambat,Suna sudah lebih dulu menghentikanku. Kecepatan membaca tukang ghibah ini luar biasa. Aku menghela napas,terpaksa menoleh kembali. Bertanya lewat ekspresi wajah Kenapa?
"Kalau yang lo bilang beneran,berarti kembaran lu punya trauma gitu kan? Yang memicu dia buat punya little space?"
"Kalau ada emangnya napa,sih? Kan bukan urusan lu juga Sun." Aku sudah terlanjur kesal karena lagi-lagi yang kami bahas adalah si Osamu itu.
"Gua gatau juga,gua cuma... Kasian ama dia? Lu gatau aja dari liat dia pertama kali aja gua ngerasa dia kesepian."
"Tau apa lo-"
"Atsumu,gua gatau apa masalah lo sama dia,cuma sebagai sodaranya,harusnya lo bantu dia kan ngadepin trauma nya?"Aku mendelik,memangnya Suna tau apa soal masalahku dengannya? Mau dia punya trauma atau tidak itu kan urusannya. Mau cerita atau tidak biar dia yang urus sendiri. Buat apa aku memaksa orang yang tidak membutuhkanku.
"Lu terlalu ikut campur,Sun. Urusan gua ama dia biar gua urus sendiri. Kalau merasa bertanggung jawab mending lu aja deh yang jadi sodara dia. Gua juga ga minta jadi kakaknya. Duluan." setelah berkata begitu,aku segera pergi meninggalkan Suna yang tertegun mendengar ucapanku.Walau tidak bisa kupungkiri,Aku sedikit kepikiran soal trauma itu sungguhan atau tidak...
=v=v=v=
Osamu sudah tidak ada di sofa saat aku sampai dirumah. Mungkin dia sudah sadar,baguslah.
Saat melewati ruang tengah,aku dapat mencium aroma masakan yang harum dari dapur. Langkahku terhenti,pertama kalinya aku mencium bau harum makanan dari dapur setelah sekian lama. Biasanya Papa membelikan makanan dari luar,atau ada tetangga yang memberi kami makanan sesekali. Aku dan Papa sama-sama tidak bisa masak-aku bahkan pernah membakar langit-langit dapur tanpa sengaja. Jadi,siapa yang memakai dapur sekarang kalau bukan ,dia."Hai,Atsumu..." Osamu-yang masih memakai seragam sekolah-menyadari kehadiranku yang menuju dapur,menyapa pelan. Aku hanya membalas dengan anggukan,tidak ada niatan menyapanya balik.
"Masak apaan?" Sejujurnya aku sedikit canggung menyakan hal semacam ini. Karena dari awal kami jarang berkomunikasi,saat bicara langsung dengannya kurasakan betapa susahnya walau sekadar menanyakan apa yang sedang dia lakukan sekarang.
Osamu diam beberapa saat,tapi kemudian dia menjawab pelan. "Chutoro..."Ah,seketika aku teringat chutoro yang juga dia berikan padaku siang tadi.
"Lu...gamau bikin yang lain aja gitu?"
Osamu memiringkan kepalanya,menatapku tidak mengerti.
"Maksud gue... Ah,lupain aja. Kalau udah selesai bilang. Gua tunggu di ruang tamu. Ada yang harus kita bicarain." Setelah berkata begitu,aku segera berbalik pergi dari dapur. Buat apa juga tadi aku berniat mengatakan untuk memasak makanan kesukaannya saja daripada chutoro? Siapa tau dia membuatnya bukan karena itu makanan kesukaanku kan? Bisa-bisanya aku salah paham."Oke..." Balas Osamu lantas kembali sibuk dengan masakannya.
Tak lama kemudian,kami berdua duduk berseberangan dalam diam di sofa ruang tamu. Osamu hanya menunduk sambil memainkan ponselnya sementara aku dengan gelisah melihat kemanapun asal bukan kearahnya. Ah,sial. Kenapa susah sekali mengajaknya bicara.
"..,Oke,gua mau bahas soal little space lu." Akhirnya setelah beberapa menit hanya diisi keheningan,aku memutuskan untuk membuka pembicaraan. Toh,tadi aku yang memanggilnya.
"Ah,iya. Maaf udah ngerepotin buat ngantar pulang..." Osamu segera berkata dengan cepat tepat diujung kalimatku. Aku terkejut.
"Hoi,bukan itu maksudnya. Lagian mo gimana juga,Papa gabisa jemput lo. Jadi gua emang terpaksa nganterin. Gausah minta maaf,percuma juga." Kataku diiringi helaan napas. Meski aku tahu kata-kataku mungkin akan menyinggung perasaannya,tapi aku tidak mau ambil pusing. Kenyataannya aku memang terpaksa.Osamu tertegun mendengar penuturanku. Dia tidak membalas,hanya mengangguk kecil dengan wajah tertunduk.
"Gini,gua udah nyari tau dikit soal little space. Dan gua gamau kejadian kayak tadi siang terjadi lagi. So,kasih tau gua,apa aja yang bisa bikin lo slip." Jelasku.
Osamu tidak langsung menanggapi perkataanku,dia terlihat bimbang. Heh,ini kan demi dia juga,kenapa mesti sok ga enak gitu,sih? Apa aku bakal terlihat merepotkan kalau tahu? Menyebalkan.
"Lu mau cerita apa nggak nih?" Desakku tidak sabaran. Osamu terlihat mengetuk-ngetuk pelan ponselnya ke meja sebelum akhirnya berkata;
"Aku... Biasanya bakal masuk slip kalau keingat masa-masa pas masih kecil. sekitaran sampai kelas 2,sebelum Mama Papa cerai..."
"Terus... Ada lagi?"
"... Kalau aku dibentak,sama 'diperlakukan kasar'..."Apa...?
Aku terdiam. Ini tidak seperti yang aku pikirkan,kan?
"...Apa maksud lu 'diperlakuin kasar'...?"
Osamu diam saja.
"... Lu sebenarnya... Sama mama selama ini... Diapain?"
Kali ini Osamu berhenti memainkan mengetuk-ngetukkan ponselnya. Dia menarik napas pelan lantas menatapku dengan wajah tanpa ekspresi khas-nya. Yang kini dapat kulihat sedikit tersirat kesedihan yang sangat menusuk dibaliknya.Sepert... Seseorang yang sudah mengalami trauma dalam hidupnya. Aku tidak yakin,tapi setidaknya itu yang kurasakan dari tatapan Osamu sekarang... Dan untuk pertama kalinya,Osamu berbicara lebih dari 10 kata padaku.
"Aku mungkin sempat bilang sewaktu slip tadi siang kan? Setiap Mama bawa cowok-cowok bajingan itu,Aku selalu di titipin sama paman tiriku dirumahnya. Dia adik dari suami baru Mama-yang bahkan aku gatau lagi keberadaan si bajingan yang ninggalin Mama itu,yang buat Mama jadi kayak orang lain. Dan kamu tahu,Tsum. Paman tiriku ga kalah bajingannya dengan cowok-cowok pelarian Mama itu. Bahkan lebih."
Wajah Osamu terlihat memerah,perkataannya tadi seolah telah meluapkan semua amarah yang sudah dia tahan sampai detik ini. Cowok itu bahkan tanpa dia sadari sudah mematahkan sumpit yang dia genggam dengan erat itu.Aku jelas tidak tahu harus membalas kalimatnya dengan apa. Hanya bisa diam sembari menunggu kembaranku itu melanjutkan ceritanya. Entahlah apa aku akan sanggup mendengarnya sampai akhir...
Tatapan kosong penuh luka itu,kini kutahu artinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRATERNITY (Haikyuu AU) (END)
Fiksi PenggemarMIYA TWINS AU (No pair) "FRATERNITY" -Atsumu yang akhirnya bertemu lagi dengan Osamu setelah 9 tahun lamanya. Bukannya senang,dia justru membenci kehadiran kembarannya itu lagi dalam hidupnya.- Silahkan pake playlist sedihnya saudara2,biar lebih men...