4- pengganti orang mati

1K 195 28
                                    

Tugas ku didunia hanya menggantikan posisi seseorang yang harusnya udah mati.
___________________________________

.

.






"Donorin ginjal kamu untuk yamaguchi ya? Shoyo?!" Laki laki paru baya itu tersenyum , satu tanganya terangkat mengelus surai orange milik hinata.

Hinata menggeleng keras , dia tidak mau memberikan ginjalnya kepada yamaguchi , cukup selama ini dia selalu mendonorkan darah, mendonorkan sebelah matanya dan disiksa akibat yamaguchi , selebih nya dia tidak mau memberikan apapun miliknya untuk kakaknya.

Hinata berlari keluar rumah menggunakan kaki nya yang masih sakit akibat pukulan ayahnya tadi siang. Dia berusaha berlari menjauh dari monster berkedok ayah yang mengejarnya dari tadi.

Laki laki paru baya itu juga tidak kalah cepat dalam berlari, ia berhasil menangkap hinata. Dan menariknya memasuki mobil.

Hinata menggeleng , ia berusaha menarik tanganya dari cengkeraman sang ayah, namun cengkeraman sang ayah terlalu kuat.

Laki laki paru baya itu sangat geram dengan tingkah laku anak bungsunya itu, ia melayangkan Satu tanparan kasar mengenai pipi putih hinata, membuat bekas memar merah terlihat jelas dipipi putih hinata.

"Hinata! Kamu sadar dong! Kamu hidup selama ini hanya sebagai pendonor kakak kamu yang sakit dan membutuhkan sesuatu dari diri kamu. Selebih nya kamu tidak berguna! Ayo kita pergi kerumah sakit. Operasi akan dimulai pukul tujuh malam nanti.

Hinata bungkam , pandanganya hanya kosong , dia lupa bahwa selama ini tidak ada yang menginginkan kelahiranya didunia , dia hanya ditugaskan mendonorkan seluruh organ tubuh nya yang sehat untuk kakaknya yang penyakitan. Dia hanya bertugas memberikan nyawa kedua untuk yamaguchi. Dia lupa itu.

Ia hanya pasrah saat tangan nya ditarik menuju mobil sang ayah , hinata tidak lagi memberontak. Dia sadar , Dia tidak mempunyai hak hidup didunia. Seharusnya hinata tahu jika hidupnya hanya untuk memberikan seluruh organ nya kepada kakak nya. kenapa dia lupa?.

•••

Tangan hinata bergetar ketika seorang suster menyuruhnya menandatangani berkas persetujuan operasi. Ia menatap takut kertas itu. Sungguh hinata sangat takut, Dia tidak mau, dia tidak ikhlas. Tuhan engkau dimana? Tolong hinata.

Wanita paru baya yang berada disebelah hinata menarik kasar pergelangan tangan hinata kemudian membuatnya menandatangani surat persetujuan. "Tanda tangan disini!! Cepat!!" Ujar wanita itu tegas.

Hinata terkejut mendengar suara tegas sang ibu , tanganya reflek menanda tangani berkas yang berada didepanya. setelah itu sang dokter menyuruhnya berbaring dibrankar , dan mengenakan pakaian rumah sakit.

Hinata menatap sendu lampu rumah sakit. bau obat obatan menyeruak rongga pernafasanya sungguh mengaggu dirinya, dia takut , dia sangat takut. Tapi kenapa tidak ada yang mendengar suaranya?.

Dokter itu berhenti mempersiapkan alat operasi disaat melihat luka memar dan luka basah ditubuh hinata. "Nak. Ini kenapa?,Ada yang memukul kamu? Kamu benar benar siap untuk operasi kan? Jika tidak saya akan mengundurkan jadwalnya melihat keadaan mu yang seperti ini." Ucap dokter itu, suaranya sedikit merendah.

SufferingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang