prolog

39 6 3
                                    

......

Seorang gadis culung berdiri di trotoar sambil membawa tumpukan buku tugas dari teman sekelasnya, senyum di bibirnya tidak pernah lepas, hari ini dia akan mendapatkan banyak uang dari buku buku yg dia kerjakan, lumayan untuk membantu sang mama yang berjuang mencari pundi pundi rupiah demi dia dan adiknya anina yang masi duduk di bangku SMP,

Selang beberapa saat gadis itu sampai di depan gerbang sekolah bergensi yang dia tempati menimba ilmu dua tahun terakhir ini, ada rasa bangga di hatinya karena yang bisa masuk di sekolah besar ini hanya orang orang kaya, tapi meskipun dia bukan dari keluarga ber ada dia bisa menggunakan otaknya untuk bisa bergabung di sekolah bergensi ini,

"Pagi pak mamang" sapa gadis itu pada pria yg memakai seragam hitam putih yang tak lain adalah satpam di sekolah itu,

"Pagi juga neng Amira, semangat belajarnya ya " jawab pria dengan kumis lebat itu,

"Siap pak"

Melewati gerbang sekolah, Amira si gadis culung itu nampak bersemangat, berjalan ke ara kelas dua belas A, yang terletak di lantai tiga,

"Hai morning guys" sapa Amira dengan suara yang bergelar, teman teman yang sudah sejak tadi dikelas hanya melirik sekilas kemudian pokus ke kegiatan awal yaitu melanjutkan tidur sambil menunggu bel berbunyi,

"Mir lama banget si Lo Dateng nya," ucap kanza sang penguasa kelas,

"Kenapa, nungguin ya, atau rindu sama gue" jawab Amira dengan pdnya di sertai kedipan mata genit,

"Ha ha, gak lucu ya, mana buku gue," sarkas kanza merampas buku yang di pegang Amira hingga jatu berceceran,

"Tukan jatu....... kanza sih," Amira dengan nada manja memukul lengan kanza,

"Apasi gak usah pegang pegan, jijik tau gak, oh iya bayaran Lo nanti kalau jawaban Lo bener semua" Tampa merasa berdosa laki laki tampan itu pergi Tampa membantu Amira.

"Ngapain Lo mir jongkok di situ" tegur Anya satu satunya teman Amira yg selalu mengerti dirinya,

"Berak ay" jawab Amira dengan santainya. "Ya mungutin buku ini, abis di perkosa sama si kanza itu" lanjutnya dengan nada santai tanpa peduli reaksi Anya,

"Amira yang cantik imutnya gak ketulungan plis jangan nodai otak berharga lu dengan kata kata prontal kaya tadi" Anya memperingati sambil membantu gadis itu membawa beberapa buku ke meja.

"Buset dapet brapa lu dengan buku sebanyak ini" tanya Anya sambil menghitung buku buku tugas yg bertumpuk. Di atas meja.

"Lumayan gw dapet limaratus ribuan soalnya gw naikin harga untuk kelas kimia" dengan bangga Amira menyilang kedua tangannya di dada.

"Wii pake tehnik marketing ape lu sampe mereka nurut aja soal harga yang lu kasi" mendengar pertanyaan Anya Amira tersenyum simpul, mengingat bagaimana dia mengancam akan melapor kepada guru jika dia di paksa mengerjakan tugas mereka,

"Ada deh" lanjutnya kemudian duduk di kursi sambil merebahkan kepala menghadap ke ara ketos dingin yang di ganrungi cewek cewek junior,

Bukan hal rahasia lagi jika Amira suka dengan cowok tulen berdara Tiongkok itu, hampir setiap hari gadis lugu nan culun itu mendekati Nhataniel yang merupakan ketos dingin walau selalu mendapat penolakan dan hinaan.

Amira sadar, dirinya memang tidak pantas dengan Natan yang memiliki latar belakang terpandang, namun bukan berarti tidak bisa, mungkin hanya perlu mendekati nya lagi, lagi dan lagi, agar lelaki itu terbiasa dengan kehadirannya, tapi kenyataan berbeda dari yang dia pikirkan, sudah setahun lebih dia mendekati nya tapi tetap saja pria itu tidak menunjukkan ketertarikan apa apa padanya, Mala semakin gentar mengeluarkan kata kata yang menusuk hati sampai ketulang tulangnya,

"Cupuuuuuu" teriakan menggelegar itu mengalihkan pandangannya semua siswa ke arah pintu di mana seorang gadis cantik berdiri bersama bubuhannya, semenit kemudian semua siswa mengalihkan pandangannya ke ara Amira,

Mereka semua sudah tau kedatangan gadis cantik itu, untuk menjadikan Amira babu di kantin, selama dua tahun Amira terkenal dengan sebutan babu Karina di mana ada kekacauan Karina di situ ada Amira sebagai kambing hitamnya, tapi anehnya meskipun gadis itu di bully habis habisan tetap saja tidak ada trauma ataupun perubahan sikap, selalu seperti biasa ceria dan malu maluin

"Amira lu gak budek kan, Karina manggil lu, Mala bengong dasar cupu" bentak Clara salah satu bubuhan Karina,

"Ye maaf abisnya, kalian tumben tumbenan Dateng sepagi ini biasanya kan nge cht langsung nyur ke kantin" bela Amira sambil menunduk di hadapan gadis peraih gelar princess school itu,

"Jangan banyak gaya, lu itu cuma babu miskin, bertingkah sok akrab tidak cocok untuk orang rendahan seperti lu" singgung Karina terang terangan, lagian siapa yang berani melawan anak investor seperti dia,

"Maaf" ucap Amira menunduk, hatinya remuk tapi tidak bisa berbuat apa apa, karna pada kenyataannya dia bukanlah apa apa di hadapan Karina, yg cantik bergelimang harta,

Karina tidak menjawab permintaan maaf Amira, gadis sombong itu memilih pergi sambil menyenggol bahu Amira yg berdiri menghadap nya,

Amira yang baru saja di hina kembali menampakkan senyum lebarnya, terlihat biasa biasa saja walau hatinya sedang kacau dan remuk, tapi dia tidak peduli, tidak apa, dia terima semua perlakuan buruk orang orang selagi masi bertahan di sekolah bergensi ini, untuk melanjutkan mimpinya mendapatkan beasiswa Harvard university,

Ada banyak hal yang sudah di rencanakan untuk kedepannya dia tidak boleh mengacaukan nya hanya kerna masa kecil seperti tadi, hanya ini cara paling efektif untuk merubah dunianya, merupakan pandangan orang orang terhadap keluarganya, dan mengangkat kasta ke tingkat paling tinggi,

"Mir udah gak usah di masukan hati ya, ayo masuk bentar lagi guru mapelnya tiba" ucap Anya buru buru menarik tangan Amira masuk kelas,

"Lo yang sabar ya, bentar lagi kita lulus kok, dan tidak ada lagi tu si Karina Karina di hidung Lo" suport Anya dengan candaannya

Meskipun wajah Amira tidak menujukka kesedihan tapi Anya tau bahkan sangat tau jika saat ini Amira hanya pura pura agar tidak terlihat menyedihkan,

"Udah gak usah ngelihat gw kaya gitu, gue ini kuat jadi jangan berpikir yang tidak-tidak tentang gue" tegur Amira saat melihat pandangan mata Anya penuh rasa kasihan, Amira tidak suka di tatap seperti itu,

Tuhan tau apa yang terbaik untuk mahluk nya, jika bukan hari ini dia tidak menerima tekanan dari orang orang bagaimana bisa dia bertahan dengan tekanan yang lebih besar untuk kedepannya, ininya Amira menerima semua dengan ikhlas apapun yang tuhan takdirkan untuk nya dia hanya mengikuti alur,

"Udah deh mir gak usah pura pura kuat, gue tahu apa yang lo rasain," Amira diam percuma berakting di depan Anya,

"Maaf ya mir, gue gak bisa bantu banyak, lu tahu sendiri kan bokap gue partner kerja sama bokap Kirana" Amira tersenyum simpul lagi pula gadis itu tidak berniat melibatkan Anya dalam masalahnya.

Next.....

Langit AmiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang