"Ampun Tuan... ampun... jangan bunuh kami."
Ratapan memelas ini meluncur dari dua orang laki-laki berpakaian bangsawan. Sambil berkata demikian, mereka berlutut dan menyembah-nyembah pada seorang laki-laki setengah baya berpakaian serba hitam. Tak jauh dari mereka, sebuah kereta kuda tampak hancur berantakan. Masih di sekitar tempat itu, seorang gadis dalam keadaan tak berdaya didekap seorang laki-laki bertampang bengis.
"Percayalah, Tuan. Kami tidak punya apa-apa lagi, selain yang berada dalam kotak itu...!" tegas salah seorang berpakaian bangsawan itu dengan suara mantap.
"Hahaha....! Aku Kaswa Tama, Kepala Gerombolan Singo Garong tentu saja percaya dengan ucapanmu, Orang Kaya. Hahaha...!" sahut laki-laki berpakaian hitam, dengan tubuh tinggi tegap.
Wajahnya angker dan hanya mempunyai sebelah mata. Dia tadi mengaku bernama Kaswa Tama.
"Cambuk mereka!"
Tiga orang serentak maju ke depan begitu mendapat perintah Ketua Gerombolan Singo Garong ini. Cambuk mereka langsung terayun, dan menghantam kedua bangsawan ini.
Ctar! Ctarrr...!
"Aaakh...!"
"Jangan..., jangan kalian sakiti saudara-saudaraku...!" ratap gadis yang berada dalam dekapan seorang anggota Gerombolan Singo Garong penuh permohonan.
Kaswa Tama tersenyum dingin. Matanya jelalatan ketika melihat gadis itu. Segera dihampirinya gadis itu, langsung dicium pipinya dengan kasar.
"Jangan kau pikirkan saudara-saudaramu yang bodoh! Mereka memang tidak pantas hidup lebih lama...!" desis Kaswa Tama.
"Kalian adalah iblis keji!" teriak gadis berpakaian indah dan mewah itu penuh marah. Namun teriakan maupun caci maki gadis ini sama sekali tidak digubris Kaswa Tama dan anggotanya. Bahkan Kepala Gerombolan Singo Garong ini segera memberi aba-aba dengan menjentikkan ibu jari dan jari tengah.
Tak! Set!
Begitu terdengar jentikan, seorang anggota Gerombolan Singo Garong ini mencabut sebuah golok besar. Dan senjata yang berkilatan tertimpa sinar matahari tiba-tiba berkelebat, menyambar kepala kedua laki-laki malang ini. Lalu....
Cras!
"Aaa...!" Jerit kematian terdengar disusul menyemburnya darah dari batang leher mereka. Melihat nasib dua saudaranya yang mengenaskan, tangis gadis bangsawan ini kontan meledak bagai bendungan jebol. Saat itu juga, dia tidak sadarkan diri. Pingsan!
"Hahaha...!" Kaswa Tama tertawa tanpa ada rasa kasihan sedikit pun. Wajahnya tetap dingin, ketika memberi isyarat untuk bergegas pergi menuju tempat persembunyian yang terletak di Bukit Kapur.
Meninggalkan dua sosok mayat dengan kepala terpisah di pinggiran kota Kerajaan Pandu Galuh. Sebuah Kerajaan yang semula aman tenteram, gemah ripah loh jinawi, kini berubah menjadi kerajaan semrawut, penuh kebengisan, kekuasaan, kelicikan, dan kesewenang-wenangan.***
Semula, Kerajaan Pandu Galuh diperintah Gusti Prabu Siwanada, seorang raja yang adil dan bijaksana. Tak heran kalau rakyatnya merasa tenteram penuh kesejahteraan. Namun setelah terjadi pemberontakan berdarah oleh seorang patih bernama Antasena yang kemudian menikahi Permaisuri Dewi Trijata, keadaan berubah tak menentu.
Begitu Gusti Prabu Siwanada dikabarkan tewas setelah terjadi pemberontakan, kesengsaraan mulai menggerogoti kesejahteraan rakyat. Kejahatan timbul di mana-mana. Keselamatan dan keamanan rakyat mulai terancam. Apalagi Gusti Prabu Antasena yang berkuasa sekarang, seperti tak mempedulikan rakyatnya.
Bahkan konon, raja itu lebih suka hidup bermewah-mewah bersama para pembesar kerajaan yang berjiwa penjilat. Mereka lebih suka berasyik ria bersama gadis-gadis pemuas nafsu, serta minum-minuman keras. Keadaan semakin tak menentu, setelah puluhan prajurit kerajaan dikabarkan hilang secara aneh.
Kendati demikian, banyak pembesar istana yang sepertinya tak mempedulikan. Mereka seakan pasrah terseret nafsu kekuasaan serta gelimang harta. Tapi tentu saja, tak semua pembesar istana yang bersikap pasrah seperti itu. Seorang patih yang dikenal bernama Ki Kusuma, agak termasuk orang yang peduli pada kesengsaraan rakyat Kerajaan Pandu Galuh.
Bila untuk melawan raja sudah tak mungkin, maka kepeduliannya diungkapkan lewat penyambungnya ke rumah-rumah penduduk yang tergolong miskin sambil berderma. Di samping itu, Ki Kusuma juga merasa tertarik dengan hilangnya para prajurit Kerajaan Pandu Galuh. Maka dia pun berniat menyelidikinya. Ke manakah hilangnya para prajurit itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
192. Pendekar Rajawali Sakti : Pusaka Lidah Setan
ActionSerial ke 192. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.