"Benci atau tidaknya kalian tidak merugikanku, yang aku takutkan adalah ketika Chen membenciku."
-Gwen Akasha
-o0o-
Malam ini Gwen, Rafan, Chen, dan Nathie sedang berada di gazebo basecamp milik mereka. Tempat ini dulunya toko mainan milik keluarganya Nathie, namun sudah pindah. Daripada tempatnya tidak terpakai Nathie meminta orang tuanya untuk mengubah menjadi basecamp. Toko ini tak jauh dari rumah Nathie, hanya keluar dari komplek saja.
Di dalamnya ada satu ruangan besar yang berisi tv, tiga sofa, kulkas, dan dua ruangan lagi untuk kamar mandi dan tempat tidur sederhana.
Di luar yang tadinya tempat parkir luas disulap menjadi lapangan basket, taman, dan gazebo.
Nathie sedang sibuk bermain skateboardnya di lapangan basket, cowok itu memang ahli dalam memainkan benda itu.
Chen dan Rafan sedang bermain catur, sedangkan Gwen tiduran di ayunan karet yang bertopang pada dua pohon, matanya menatap langit malam sembari menggigiti ujung ponselnya.
"Nat, gue laper," keluh Gwen.
"Ngapain lo ngadu ke gue, emangnya gue mak lo?" balas Nathie masih sibuk beratraksi.
"Lo kan kaya Nat, sabilah beliin gue nasi goreng, sate, jus buah naga, sekalian buah naganya juga," kata Gwen tak tahu diri.
"Kaya apa?"
"Kaya monyet," jawab Gwen tak biadab.
Cewek itu memang selalu mengatakan apa yang ingin ia katakan, tidak pernah disaring. Mungkin itu juga alasan para murid perempuan tidak betah berteman dengan Gwen.
"Itu kembaran lo bego!" balas Nathie.
"Siapa?"
"Monyetlah!"
"Yang nanya," jawab Gwen masih santai.
Nathie menghentikan permainannya, ia sudah lelah, ditambah ucapan Gwen yang membuat Nathie semakin frustrasi, ingin menenggelamkan gadis itu ke sungai Ciliwung.
"Ayo, katanya laper," ajak Rafan mengambil jaketnya yang menjadi selimut Gwen.
"Bentar, cewek gue nelpon," sela Chen.
Ketiganya langsung menoleh ke arah cowok yang sedang mendekatkan benda pipih ke telinganya.
"Iya, besok kita jalan. Night," ucap Chen.
Sahabat-sahabatnya menatap Chen penasaran, siapa kiranya yang menjadi sasaran cowok buaya itu.
"Udah, ayo," ajak Chen setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.
"Pacar baru lagi?" tanya Gwen, laki-laki itu mengangguk.
"Lo cowok modelan apa sih, njing? Ganti pacar kayak ganti sempak," kesal Nathie.
Sedangkan Rafan tidak peduli, ia sudah melenggang pergi ke motornya setelah mendengar jawaban Chen. Rasanya terlalu malas dan bosan mendengarnya.
Chen berengseknya memang sudah mendarah daging, terkadang Rafan merasa kasihan pada Gwen. Meskipun Gwen tidak pernah mengungkapkan perasaannya, tapi Rafan sadar. Selain bodoh dalam pelajaran, Chen juga bodoh dalam kepekaan.
Gwen langsung bertengger di belakang punggung Chen, membonceng cowok itu. Satu fakta yang harus kalian tahu, Chen akan sangat marah jika Gwen membonceng cowok lain meskipun jika itu Nathie atau Rafan. Seperti saat Chen kesiangan menjemput Gwen, alhasil karena tak bisa dihubungi Gwen membonceng Rafan. Saat di sekolah Chen langsung marah padanya. Namun, bukan berarti Gwen tidak pernah membonceng cowok lain, ia pernah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Circle Buronan (On Going)
Teen FictionJika kalian menyukai cerita cewek badas, anti menye-menye, pemberani, dan tidak tahu malu. Ini adalah cerita yang sedang kalian cari. Circle Buronan Buronan di sini bukan berarti sebenarnya yang dicari oleh polisi. -Gwen Akasha, menjadi buronan para...