04. Garangan

86 25 24
                                    

"Tidak perlu dengarkan ucapan orang-orang, setiap orang berhak berpendapat meskipun kita tidak butuh pendapat mereka."

-Gwen Akasha

-🧸-

"Ini catatan pelanggaran kamu!"

Gwen membaca buku besar di hadapannya yang diserahkan oleh Bu Arin.

"Belum genap satu minggu aja kamu udah bikin enam kesalahan. Ngotorin seragam Qila pakai buah naga, kamu juga ngotorin sepatu Sindy pakai es krim, manjat pohon karena terlambat, tidak mengerjakan PR, tidak menyelesaikan hukuman dari Pak Sudarjo, kamu bahkan mempengaruhi Rafan agar ikut bolos pelajaran sama kamu," kata Bu Arin jengah.

Gwen hanya diam, ia tidak akan mengatakan pembelaan.

"Jawab Gwen! Jangan mentang-mentang kamu anak donatur jadi seenaknya sendiri!"

"Saya harus jawab apa, Bu? Kalau pun salah satu dari yang Ibu sebutin nggak bener, saya jelasin pun Ibu nggak akan percaya karena orang-orang cuman percaya sama orang yang kelihatannya baik. Ibu udah telanjur nggak suka sama saya, mau gimanapun saya jelasin Ibu tetap percaya sama mereka, 'kan?"

"Lagipula kalau Ibu mau mengeluarkan saya, saya nggak keberatan kok. Banyak sekolah lain yang masih butuh donasi dari orang tua saya."

"Saya sekolah di sini juga terpaksa karena Papa saya ngasih donasi di sini, lagian bukannya ini seimbang? Saya membuat gaduh, sekolah mendapat donasi. Ah, bahkan yang saya perbuat belum seberapa dengan yang Papa sumbangkan di sini."

Bu Arin mendelik tak percaya mendengar ucapan tidak terdidik dari mulut gadis di depannya.

"Saya akan panggil orang tua kamu Gwen!"

Gwen tertawa remeh. "Silakan Bu, saya justru senang karena bisa bertemu mereka. Saya yang anaknya aja teleponnya nggak pernah diangkat, apalagi Ibu," ujarnya membuang muka menghindari tatapan Bu Arin, karena Gwen tak mau guru itu melihat raut matanya yang langsung berbeda ketika membahas orang tua.

"Ibu selalu bilang seperti itu, tapi kenyataannya apa? Mereka nggak datang kan, Bu? Mereka justru tambahin donasi! Panggil aja terus Bu, biar sekolah makin bagus!"

Gwen benar-benar muak. Memang kenyataannya seperti itu, Bu Arin sudah berkali-kali menelepon orang tua Gwen saat gadis itu berulang kali membuat ulah, tapi sekalinya diangkat, mereka justru meminta maaf dan sebagai gantinya menambah uang donasi.

Hidup Gwen memang lucu, kesalahan dibayar dengan uang, kebenaran dibayar dengan uang, semuanya serba uang! Andai saja kasih sayang bisa ditukar dengan uang, Gwen tidak akan senakal ini.

"Udahlah Bu, tulis saja semua pelanggaran yang mereka laporkan, kemudian adukan ke Papa saya biar sekolah ini makin maju. Kasihan anak basket nggak bisa latihan karena ringnya rusak," kata Gwen tanpa rasa takut.

"Udah selesai, kan? Kalau nggak ada yang mau diomongin lagi saya keluar."

Setelah mengatakan itu Gwen bangkit dan melenggang pergi dari ruang BK. Masa bodo jika dirinya dicap kurang ajar, tidak sopan, bahkan kurang didikan.

Gwen tidak peduli apa yang diucapkan orang-orang, baginya setiap orang berhak berpendapat meskipun kita tidak butuh pendapat mereka.

Jika itu menyakitimu, maka jangan dengarkan. Cukup dengarkan sesuatu yang membuatmu merasa senang.

***

"Nat, rujakan kuy," ajak Gwen pada Nathie yang sedang memasang roda skateboard.

"Tapi lo yang beli buahnya, gue males keluar," jawab Nathie.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Circle Buronan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang