2

3 2 5
                                    

Happy Reading;)

Bel istirahat sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Semua siswa-siswi sudah berhamburan dari kelasnya masing-masing. Tujuan mereka saat ini adalah kantin. Indah masih membereskan peralatan tulisnya. Ia memasukkan semuanya pada tas.

Tak lama kemudian, ada seseorang yang menghampiri Indah.

"Mau ke kantin bareng?"

Indah mendongak, ia menatap orang yang ada dihadapannya. Ia adalah Velyn, teman satu mejanya. Indah menatap Velyn sambil tersenyum.

"Boleh."

Indah beralih menatap seseorang yang ada disamping Velyn. Orang itu baru saja datang. Dari gayanya, terlihat cool dan pendiam. Indah sedikit kaku menatapnya.

"Oh ya, kenalin ini Reynand, temen gue," kata Velyn.

"Oh, hai Reynand, gue Indah."

"Panggil Rey aja," ucap Rey.

Indah mengangguk paham. Akhirnya mereka bertiga berjalan beriringan menuju kantin. Sepanjang perjalanan, Velyn menjelaskan tentang SMA Rajawali. Ia bercerita banyak hal. Velyn memang cerewet dan sedikit tomboy. Ia juga sedikit kasar. Dibalik itu semua, Velyn adalah orang yang baik dan solidaritas. Ia rela melakukan apa saja untuk orang terdekatnya.

Indah, Velyn dan Rey sudah sampai di kantin. Lalu mereka memilih tempat duduk yang paling pojok. Karena hanya itulah yang tersisa, semuanya sudah terisi.

"Mau pesen apa?"

Indah tampak sedang memikir. Ia hanya membawa uang pas-pasan. Makanan di SMA Rajawali pasti mahal-mahal. Apakah ia mampu membelinya?

"Ndah?"

"Eh, iya."

"Mau pesen apa?"

"Heum, air mineral botol aja deh sama gorengan," ucap Indah.

"Hah? Pesen itu?"

Indah mengangguk mantap, "Iya."

"Eum, okey. Rey, Lo pesen apa?"

Rey menghilangkan kedua tangannya di dada, "Seperti biasa."

"Okey."

Velyn pun pergi meninggalkan Indah dan Rey. Ia menuju stand makanan. Terjadi keheningan diantara Indah dan Rey. Keduanya tidak ada yang membuka suara. Indah yang masih canggung pun hanya bisa diam sambil melihat-lihat sekeliling kantin. Dibalik itu, Rey memperhatikan gerak-gerik Indah. Ya, Rey memang tipikal orang yang tidak banyak bicara layaknya Velyn. Ia sangat irit bicara.

Tak lama kemudian, suasana kantin mulai ricuh. Indah mengalihkan pandangannya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Di pintu masuk kantin, terdapat tiga orang laki-laki yang berjalan memasuki kantin.

"Satria keren banget, ya."

"Iya, cool banget. Duh, andai dia jodoh gue."

"Ngarep lu. Nggak mungkin satria jodoh lo, bahkan untuk melirik lo aja itu nggak akan mungkin."

"Yaelah, namanya juga berharap dan berandai. Apa salahnya?"

"Banyu tebar pesona banget, ya."

"Noval kece abiiss."

"Noval, aku padamu."

Dan masih banyak lagi ocehan para siswi lain. Indah yang melihat itu pun hanya bisa diam sambil mencerna semua perkataan siswi tadi. Apa yang hebat dari tiga cowok itu? Indah tidak melihat apapun. Ia hanya melihat, kalau ketiga cowok itu siswa di SMA Rajawali. Walaupun dibalik itu, Indah mengakui mereka memang tampan.

"Lo terpesona sama cowok kayak gitu?"

Indah tersentak kaget. Ia langsung mengalihkan pandangannya dan menatap Rey. Ya, Rey mengatakan. Tak lama kemudian, Velyn datang sambil membawa makanan dan minuman. Satu porsi Simoay, satu posri Bakso, dua gelas Es Teh, satu botol air mineral dan gorengan.

"Jadi, totalnya berapa?" Tanya Indah.

"Apanya?"

"Ini, jajanan gue."

"Ouh, dua puluh lima."

"Hah?" sontak Indah langsung kaget mendengar perkataan Velyn.

"Iya, dua puluh lima ribu. Gue nggak korupsi loh."

"Ng-nggak, maksud gue—"

"Udahlah, lo lupain masalah itu. Makan dulu aja," kata Velyn.

"Eum, iya."

Indah pun mulai memakan gorengannya. Gorengan itu berisi bakwan dan tahu. Indah sempat berfikir, berapa harga gorengan ini? Ia akui, gorengan ini memang besar, jadi, ia bisa langsung kenyang saat memakannya.

🌻🌻🌻

"Velyn, ini uangnya."

Velyn mengernyitkan menatap Indah. Ia menghela napas. Indah memang kerasa kepala. Ia tetap saja mau membayar uangnya.

"Ndah, gue kan udah bilang, nggak usah. Harus berapa kali lagi gue ngomong?"

"Tapi, gue nggak enak."

"Udah, nggak papa. Lagian, cuma gorengan sama air mineral aja kok."

"Ya, tetep aja gue nggak enak. Kita baru kenal dan lo langsung bayarin makanan gue."

"Itu sebagai tanda persahabatan kita."

"Sahabat?"

Velyn mengangguk, "Iya. Eum, lo nggak mau jadi sahabat gue, ya?"

"Hah? Nggak, bukan gitu. Gue mau kok jadi sahabat lo."

"Nah gitu dong. Jadi, sekarang kita adalah sabahat," Velyn mengangkat kelingkingnya.

Paham akan maksud Velyn, Indah pun menautkan kelingkingnya pada kelingking Velyn. Mereka tersenyum bahagia.

"Tapi, uangnya ..."

"Indah, harus berapa kali gue bilang," kata Velyn mulai gemas.

"Eum, iya deh. Makasih banyak ya, Velyn. Pokoknya makasih banyak deh."

"Iya, sama-sama."

"Mau sampai kapan kalian di situ?"

Indah dan Velyn menatap ke arah sumber suara. Di sana Rey sedang berdiri diambang pintu sambil menyilangkan kedua tangannya. Ya, bel pulang sekolah memang sudah berbunyi sejak tadi.

"Ayo, Ndah."

Indah mengangguk. Lalu mereka berdua berjalan beriringan. Rey yang memimpin, berada paling depan.

"Rey emang gitu orangnya. Dia itu kulkas berjalan."

"Sampe punya panggilan kulkas berjalan," kekeh Indah.

"Iya. Apa lo nggak liat? Dia itu cuek, dingin, irit ngomong, persis banget kulkas berjalan," terang Velyn.

"Heum, iya sih. Waktu di kantin pun dia diem aja."

"Nah, kan. Tapi, dia baik orangnya. Suka menolong, pandai dan rajin menabung wkwk," Velyn terkikik geli dengan perkataan terakhirnya.

"Gue bisa denger apa yang kalian omongin."

Indah dan Velyn terlonjak kaget mendengar suara Rey. Ternyata Rey mendengar semua omongan mereka. Tapi mereka, khususnya Velyn, tidak merasa bersalah sama sekali. Ia justru terkikik geli. Indah yang melihat pun hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum.

∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆

What do you feel?😂
Aku harap, kalian suka dengan cerita ini🤗

Next yoo👉👉👉

Dia IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang