3

3 2 3
                                    

Happy Reading:)

"Assalamualaikum."

Indah membuka pintu tua itu. Ia memasuki rumahnya. Ralat, kontrakan. Ia menutup kembali pintu itu. Indah berjalan menuju kursi yang terbuat dari kayu yang menjadi ruang tamunya itu. Ia mendudukkan bokongnya itu pada kursi yang beralaskan kayu. Indah menghela napas.

Indah tidak tinggal di rumah miliknya. Ia tinggal di sebuah kontrakan bersama Laras Damayanti—Bundanya. Ia selalu berpindah-pindah kontrakan. Dari kontrakan satu, ke kontrakan yang lainnya. Rumah yang ia miliki sudah dijual saat Indah berusia lima tahun. Sejak saat itulah Indah dan Laras selalu berpindah-pindah kontrakan.

Ayah Indah?

Surya Wijaya—Ayah Indah sudah meninggal tujuh belas tahun yang lalu. Tepatnya saat Indah dilahirkan. Surya mengalami kecelakaan saat hendak menyusul Laras yang melahirkan di Rumah Sakit. Sejak saat itulah, Laras menjadi single parents. Ia rela melakukan apapun untuk purtinya.

"Kayaknya Bunda belum pulang deh."

Indah mengingat kejadian tadi siang di sekolah. Tepatnya saat Velyn membayarkan makanannya di kantin. Indah tersenyum mengingatnya. Ia mengambil uang dari dalam saku seragam sekolahnya. Tiga lembar uang berwarna ungu yang tampat lusuh.

"Velyn baik banget deh. Lebih baik, uang ini gue tabung," Indah pun kembali menaruh uangnya pada saku seragam.

Indah melirik jam dinding yang menempel pada dinding kontrakan. Jarum jam menunjukkan pukul empat tepat. Biasanya Laras pulang pukul tiga.

"Tumben Bunda telat. Ada apa, ya? Apa gue susul aja, ya?"

Indah langsung bangkit dari duduknya. Ia hendak menyusul Laras. Saat hendak membuka pintu, pintu itu terbuka dari luar. Lalu menampakkan seorang wanita paruh baya yang tersenyum menatap Indah.

"Bunda."

"Indah, kamu udah pulang, Nak?"

Laras masuk ke dalam kontrakan lalu menutup pintunya. Indah mencium punggung telapak tangan kanan Laras. Ia mengajak Laras untuk duduk.

"Nggak biasanya bunda telat, aku khawatir."

"Maaf, ya. Tadi di cafe lagi banyak pelanggan dan orang yang ngegantiin siftnya bunda datang terlambat," jelas Laras.

"Ouh gitu."

"Oh ya, nih bunda bawa sesuatu," ucap Laras sambil menyodorkan sebuah plastik pada Indah.

"Wah, apa tuh, Bun?"

"Ini pemberian pemilik cafe itu. Ayo, kita makan. Kamu belum makan, 'kan?"

"Belum, Bun."

Laras membuka plastik itu. Isinya adalah dua porsi Mie Ayam Bakso. Laras memberikan satu porsi Mie Ayam Bakso itu pada Indah. Ia senang menerima makanan itu. Kebetulan, Indah sudah lapar. Indah pun mulai memakannya, begitu juga dengan Laras.

"Oh ya, gimana hari pertama selah kamu?" tanya Laras disela-sela makannya.

Indah menghentikan acara makannya, "Lancar kok, Bun. Malahan aku udah dapet sahabat baru "

"Oh ya? Siapa?"

"Namanya Velyn. Dia baik banget loh, Bun."

"Syukurlah. Semoga kalian bisa bersahabat selamanya."

"Aamiin."

🌻🌻🌻

Parkiran SMA Rajawali dipenuhi oleh siswa-siswi. Terjadi kerumunan di sana. Banyak ocehan siswa-siswi lain yang membuat bising. Sudah dipastikan, orang yang paling belakang tidak akan bisa melihat apa yang sedang terjadi.

Dia IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang