4

2 2 2
                                    

Happy Reading:)

Jam istirahat sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Tapi Indah tidak beranjak sedikitpun dari duduknya. Ia masih memikirkan yang terjadi tadi pagi. Indah mengusap kepalanya.

Indah menghelat napas. Baru saja ia pertama sekolah, sudah mendapatkan masalah besar. Indah memikirkan Laras. Kalau Bundanya tahu, pasti sedih. Ia tidak mau membuat Laras sedih. Heuh, lagipula ia sudah menyetujui permintaan Satria untuk menjadi babunya selama tiga bulan. Indah tidak ada pilihan lain lagi. Ia tidak punya uang sebanyak itu untuk mengganti rugi kaca mobil Satria. Untuk makan saja ia pas-pasan.

Gadis itu menyenderkan punggungnya pada dinding. Ia tidak berselera untuk melakukan apapun. Termasuk makan. Walaupun Velyn sudah memaksanya untuk ke kantin, Indah tetap menolak. Di sisi lain, ia tidak mau bertemu banyak orang dan Satria. Ia tidak mau terkena masalah lagi.

"Indah."

Indah menoleh ke asal suara. Velyn berdiri diambang pintu bersama Rey. Kemudian mereka menghampiri Indah. Velyn duduk di sebelah Indah, sedangkan Rey berdiri disamping Velyn.

"Nih, gue bawain roti," Velyn menyodorkan satu buah roti pada Indah.

"Makasih, tapi gue nggak laper."

"Lo masih mikirin kejadian tadi pagi, ya?" tebak Velyn. Dan tentu saja, tebakannya itu benar.

Indah menghela napas lalu mengangguk.

"Udahlah, nggak usah dipikirin."

"Lagian lo kenapa bisa cari masalah sama Satria?" tanya Rey.

"Gue nggak cari masalah sama siapapun. Gue nggak sengaja, lo ngerti nggak sih?" ucap Indah, matanya sudah berkaca-kaca.

"Iya, gue tau kok. Udah, Lo jangan nangis," kata Velyn berusaha menenangkan Indah.

"Eum, tapi, gue nggak bisa bayangin kalo oo harus jadi babunya Satria."

Ya, Velyn dan Rey sudah tahu. Indah yang memberitahunya. Karena ia bingung harus bagaimana. Velyn pun hanya bisa merasa iba pada Indah. Ia juga tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu Indah.

"Satria tuh orangnya mau menang sendiri dan seenaknya aja. Jadi, Lo harus siap untuk kedepannya," kata Rey.

"Lo jangan nakut-nakutin gue gitu dong."

"Rey bukan nakut-nakutin elo. Lo sendiri tau kan gimana Satria? Apa Lo nggak liat kejadian tadi pagi gimana?" kata Velyn.

"Heum, iya sih. Dia kejam," Indah memegang pergelangan tangannya yang mulai membiru.

Rey yang melihat itupun langsung mengambil tangan Indah. Hingga membuat Indah meringis kesakitan.

"Awh ..."

"Maaf. Udah lo obatin?" Tanya Rey.

Indah menggeleng.

"Ayo ke UKS."

"Udahlah, nggak usah. Nggak papa kok."

"Tapi kan—"

"Gue nggak papa kok, Rey."

"Yaudah, Lo makan roti ini dulu, ya," kata Velyn

Indah mengangguk lalu menerima roti itu, "Makasih, ya."

🌻🌻🌻

Bel pulang sudah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu. Indah dan Velyn masih berada di dalam kelas. Indah masih mencatat beberapa kalimat yang ada di papan tulis. Rey sudah pulang duluan karena ada urusan. Entahlah, Rey sangat misterius.

Dia IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang