• 2

51 11 6
                                    

"Ven, lo gapapa?" tanya Alvin sambil menghampiri Vena.

"Gapapa, Vin, gue cuma kaget aja."

"Lo emang punya masalah apa sama Syela ampe dia kayak gitu."

"Dia emang benci ama gue dari kelas 2 SMA." balas Vena.

Dera pun menghampiri Vena untuk ikut menenangkannya.

"Ven, sabar ya, gak usah dipikirin." ucap Dera.

Setelah Syela kembali ke kelas, ia langsung menggebrak meja Vena sekencang mungkin sampai 1 kelas tertuju kepada mereka.

Alvin pun langsung membentak Syela.

"Lo apapaansih, La!" bentak Alvin.

"Lo ngapain ngebelain cewek brengsek kayak dia?!"

"Lo lebih brengsek, La!" bentak Dera yang dari tadi sudah menahan sabar.

Vena sambil menangis sesegukan di belakang mereka. Vena memang mempunyai panic attack atau serangan panik sejak SMP.

"Ven, kita ke kantin aja yuk." ajak Dera sambil menarik tangan Vena meninggalkan kelas.

Sesampainya mereka berdua di kantin, mereka membeli makanan yang biasa mereka beli, lalu duduk di paling dalam kantin yang tidak terlalu ramai.

Tiba-Tiba Varrel datang menghampiri mereka dan langsung duduk di samping mereka.

Varrel Rovalno, biasa dipanggil Varrel itu adalah sahabat Vena dan Dera. Dia adalah anak dari seorang pengusaha dari Perusahaan Agroniaga. Sama tegasnya dengan Alvin, namun mereka selalu berantem hanya karena urusan perempuan.

"Ven, lu ribut lagi ama Syela?" tanya Varrel prihatin.

"Biasalah, Rel si caper." balas Dera dengan muka bete.

"Lo gak diapa-apain kan sama dia?"

"Gue gapapa, Rel." jawab Vena lemas.

Vena pun pamit duluan ke toilet karena dia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum bel berbunyi.

"Gue duluan ya, Rel, Ra."

"Iya, Ven." jawab Varrel dan Dera kompak.

Sesampainya Vena di toilet, ia membuka keran dan membasuh mukanya dengan air yang mengalir. Tiba-tiba Syela datang dengan sahabat-sahabatnya. Mereka memang selalu bersama gengnya ketika membully seseorang.

Syela mendorong Vena sampai badannya terbentur tembok di toilet tersebut.

"Akkhh.. kenapa lagi sih, La?" tanya Vena sambil mengelus tangannya yang tadi terbentur lumayan kencang.

"Lo masih nanya kenapa hah?" tanya Syela lalu mendekatkan mukanya ke Vena.

"Gue punya salah apa sama lo, sampe segitunya lo ama gue?"

"Lo udah ngerebut Alvin dari gue!" bentak Syela keras.

"H-hah, ngerebut Alvin?" tanya Vena bingung.

"Jangan pura-pura bego deh lo! Gedeg tau gak gue liatnya!"

"Gue sama sekali gak ngerebut dia kok, La."

Syela mencengkram kerah baju Vena dengan kuat hingga Vena meringis kesakitan.

"Sekali lagi gue ngeliat lo ama Alvin, abis lo ama gue!" ujar Syela sambil lalu melepas cengkraman kuat pada kerah baju Vena.

Lalu Syela dan teman-temannya meninggalkan Vena.

"Apa Syela ada hubungan sama Alvin? Tapi kok Alvin berani pegang tangan gue?" batin Vena.

Bel berbunyi dan semua murid masuk kelas.

Syela terus menatap Vena sinis dari belakang.

"Awas aja lo, Ven. Gue gak akan bikin hidup lo bahagia." batin Syela.

Setelah pelajaran selesai, semua murid pun keluar dari kelas terkecuali Vena dan Dera.

"Lo mau langsung pulang, Ven?" tanya Dera.

"Iya, Ra."

"Yuk gue anterin aja."

"Gak ngerepotin?"

"Gak, santuy, yuk." ajak Dera.

Mereka meninggalkan kelas dan langsung menuju tempat parkiran sekolah.

Saat mereka berjalan sepanjang terowongan sekolah, mereka bertemu Alvin. Vena langsung membuang muka dan berjalan sedikit cepat mendahului Dera di belakang.

"Ven, kok gue ditinggal sih?" tanya Dera sambil berlari kecil menuju Vena yang ada di depannya.

Vena tidak menjawab pertanyaan sahabatnya ini dan tetap berjalan cepat sambil menunduk.

Alvin yang melihat itu pun langsung berjalan menuju Vena dan menarik tangannya.

"Ven, kok lo ngehindar dari gue?"

"Lepasin gue!"

"Kok lo berubah sekarang, apa salah gue?" tanya Alvin bingung.

Vena lagi-lagi tidak menjawab dan berjalan semakin cepat menuju tempat parkiran.

"Yuk gue anterin pulang." ajak Alvin sambil mengejar Vena.

"Gak usah, makasi."

"Napa sih ni cewek, galak amat." batin Alvin bingung.

Tbc. Lanjut ga nih?









Dear Ketua OsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang