"Pagi anak-anak."
"Pagi, Bu." jawab satu kelas kompak.
"Baik, hari ini saya akan melanjutkan materi minggu lalu. Sejauh ini apakah ada pertanyaan terlebih dahulu?"
Satu kelas terdiam tidak menjawab pertanyaan Bu Rima.
"Tidak ada, Bu." jawab Alvin yang akhirnya memecah keheningan.
"Baik. Saya lanjutkan."
Disaat Bu Rima menjelaskan materi, Vena merasa ngantuk dan akhirnya tertidur di atas meja. Kemarin malam, Vena bergadang karena ia tidak bisa tidur sampai pukul 02.00 dini hari. Entah apa yang dipikirkannya sampai ia tidak bisa tidur malam itu.
Setelah selesai menjelaskan, Bu Rima pun membuat soal di papan dan akan menanyakan pertanyaan itu ke beberapa murid.
"Anak-anak, ibu sudah membuat beberapa soal untuk kalian kerjakan di papan ini."
Setelah Bu Rima memberi intruksi untuk mengerjakan soal, ia melihat ke arah Vena yang sedang tertidur lelap di atas meja. Bu Rima pun menghampiri Vena dan menepuk pelan pundaknya.
"Vena!" bentak Bu Rima sampai akhirnya Vena kaget dan terbangun.
"I-Iya, Bu."
"Bisa-bisanya kamu tidur ya saat pelajaran saya!"
"Maaf bu, saya gak sengaja ketiduran."
"Sekarang kamu jawab pertanyaan yang ada di papan sana!"
"I-iya, bu..."
"Duh gue gak bisa lagi, gimana nih." batin Vena.
"Ayo cepat berdiri!"
"Mampus lo, Ven." batin Syela sambil menatap Vena sinis.
"I-iya, bu."
Alvin pun tertawa kecil melihat tingkah lucu Vena saat terciduk ketiduran.
Setelah Vena berdiri lumayan lama di depan papan tulis, ia masih tidak bisa menjawab pertanyaan di depannya itu.
"Ayo cepat diisi, Vena!"
"Maaf, bu. Tapi saya tidak mengerti."
"Sekarang kamu berdiri di dekat pintu sampai pelajaran saya selesai!"
"Baik anak-anak, sekarang siapa yang bisa menjawab pertanyaan di depan?"
"Saya, bu." balas Varrel.
"Silahkan maju."
Setelah Varrel mengerjakan soal di papan tulis, ia pun memberikan spidolnya kembali kepada Bu Rina.
"Sudah, bu." ucap Varrel..
"Terimakasih, Nak. Jawabanmu benar."
Bel istirahat berbunyi. Akhirnya hukuman Vena pun selesai.
"Baik anak-anak, kita lanjut pertemuan berikutnya ya. Vena, silahkan kamu merapikan barangmu, jangan diulangi lagi." ucap Bu Rina sambil pergi meninggalkan kelas.
Vena pun kembali ke tempat duduknya untuk merapikan barang-barangnya. Vena sangat kesal hari ini. Ia pun bertanya-tanya pada dirinya, mengapa ia bisa tertidur di kelas, apalagi saat pelajaran Bu Rina, pelajaran yang paling tidak disukai olehnya. Menurutnya, pelajaran Bu Rina sangat membosankan dan menakutkan.
Setelah Alvin merapikan barangnya, ia menghampiri Vena yang terlihat sudah tidak mood.
"Hei, lo gapapa kan?"
"Menurut lo?" ucap Vena dengan muka judesnya.
"Ya kan gue bukan cenayang, Ven. Gue gatau apa yang lo rasain sekarang." balas Alvin sambil tertawa kecil.
Vena pun langsung meninggalkan Alvin tanpa membalas ucapan Alvin tadi. Disaat Vena sedang berjalan menuju pintu, Syela yang melihat Vena sedang berjalan langsung menjulurkan kakinya di depan Vena sampai akhirnya terjatuh.
Gedebug! Aw!
UPSS!
Alvin yang melihat kejadian itupun langsung lari menghampiri Vena yang sedang meringis kesakitan.
"Ven, Ven, lo gapapa, Ven?" tanya Alvin panik.
"Syela, lo apa paansih nyengkat-nyengkat Vena kayak gitu hah?!" bentak Alvin.
"Ya lo ngapain marah-marah, emang lo siapa sih, setiap kali ikut campur urusan gue sama Vena?!"
"Gue cowoknya!" teriak Alvin dengan tegas.
Mendengar itu pun, semua orang yang ada di kelas kaget, termasuk Vena dan langsung menatap dekat pintu.
"Vin, lo apaansih?" bisik Vena.
Tanpa membalas ucapan Vena, Alvin langsung menggendong Vena ke ruang UKS. Langsung membuat semua yang ada di kelas pun terkejut. Bahkan yang di luar kelas pun ikut kaget, karena Alvin dikenal sebagai cowok yang sangat cuek dan galak. Baru pertama kali, ia bisa peduli dengan seorang perempuan.
Setelah sampai di UKS, Alvin pun menaruh Vena di atas kasur dengan pelan.
"Lo tiduran aja, istirahat disini, gue bersihin luka lo."
"Vin, lo kenapa bilang lo itu cowok gue, yang ada lo dibenci sama satu sekolah tau gak?!"
"Trus lo kira gue bakal diem aja lo digituin kayak tadi ama si Syela? Langsung pada diem kan pas tadi gue ngomong gitu?" balas Alvin.
"Ya terus kalo mereka tau itu semua cuma akal-akalan lo? Kalo mereka tau lo cuma bohongin mereka gimana, Vin?"
"Udah lo tenang aja, gak usah pikirin yang aneh-aneh, yang penting lo istirahat aja dulu." tegas Alvin.
Aw Aw aduh
"Eh sorry, sakit ya?" tanya Alvin khawatir.
"Mmhh sedikit."
Setelah lukanya sudah dibersihkan oleh Alvin, Alvin pun mengambil kursi dan duduk di sebelah kasur Vena.
"Ven.."
"Kenapa?"
"Gue mau tanya sesuatu sama lo boleh ga?" tanya Alvin.
"Hm? tanya aja."
"Lo punya masalah apa sama Syela sampai dia nyakitin lo terus?"
Mendengar pertanyaan itu pun, Vena terdiam. Mereka berdua pun saling bertatap-tatapan.
"Kenapa emangnya?"
"Gue cuma mau tau.. apa ada hubungannya sama gue kayak yang dibilang sama Syela waktu itu?" tanya Alvin sambil menatap Vena.
"Gue sebenarnya juga kurang tau detail permasalahannya apa sampai dia bisa kayak gini sama gue."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Ketua Osis
RomanceLivena Anastasia seorang gadis cantik yang menjabat sebagai osis di SMA Sastria Mandala. Dan Alvin Addison, ketua osis tampan yang membuat seluruh murid cewek di sekolah itu terkagum-kagum dan menyukainya. Livena sangat menyukai Alvin karena sifatn...