Determinasi. Gadis itu memiliki determinasi yang luar biasa. Dia menyusun rencana pembangunan sekolah dan rumah sakit dengan sangat teliti. Dia ikut andil dalam segala hal. Dia turun tangan, bahkan untuk urusan terkecil dan sepele sekalipun. Albert bisa melihatnya dengan sangat jelas.
Determinasi luar biasa Lizzette Dean Summers, seorang lady, untuk membangun Kekaisaran Inggris. Memajukannya dan membangun kesetaraan antara rakyat biasa dan bangsawan. Tidak heran jika sosok seperti William sekalipun tidak meragukan lady yang namanya baru-baru ini muncul ke permukaan dunia sosial itu.
Lizzette tidak pernah sekalipun mengkhianati keyakinannya sendiri. Dalam segala hal. Prinsipnya kuat. Sebagaimana determinasi yang terlihat sangat jelas. Beruntung lady seperti itu lahir di keluarga Summers, atau... Justru karena itulah keluarga Summers, hingga terciptalah sosok seperti Lizzette? Jika begitu, itu tidak akan mengherankan. Keluarga Summers merupakan salah satu keluarga bangsawan yang benar-benar menaruh perhatian besar pada rakyat biasa. Mereka sungguhan melaksakan kewajiban mereka sebagai keluarga bangsawan. Daerah kekuasaan yang dikelola keluarga mereka selalu menjadi daerah paling makmur dan maju jika dibandingkan dengan daerah kekuasaan bangsawan lain. Bukan hanya itu, bahkan mereka lebih banyak menghabiskan waktu di daerah kekuasaan mereka daripada tinggal di ibukota. Itu merupakan salah satu nilai plus untuk keluarga Summers, dari berbagai generasi.
Keluarga yang terkenal oleh kebijaksanaan mereka.
Albert mengambil cangkir teh yang sudah disiapkan Louis. Meneguknya perlahan. Enak. Teh buatan adik bungsunya memang tidak pernah mengecewakan.
"Apa ada sesuatu baik yang terjadi, Albert nii san?" Suara si bungsu membuyarkan Albert dari moment menikmati teh hangat ditemani angin sepoi-sepoi yang memasuki jendela terbuka.
"Laporan yang dibuat Lady Lizzette baru saja tiba," Dia meletakkan kembali cangkir tehnya dengan lembut. Sebelah tangan bergerak mengambil dokumen yang baru saja selesai ia baca. Mengulurkannya pada Louis. "Terperinci tanpa sedikitpun cacat."
Louis menerima dokumen. Membukanya. Membacanya dengan teliti. Si bungsu Moriarty yang seolah selalu menjadi bayangan kedua kakaknya. Begitulah mungkin bagaimana Louis dikenal. Namun, tidak banyak yang tahu jika kemampuan Louis bahkan berada di atas rata-rata. Dia hanya terbias menjadi sosok bayangan. Tidak pernah benar-benar menunjukkan kemampuan sejatinya.
"Dame Lizzette bahkan mencantumkan jumlah pekerja yang terluka," Dia sedikit bergumam. Sebelah tangan bertengger di dagu. Berpikir. "Ini semua---" Kepala terangkat. Menoleh.
Albert mengangguk pelan. Membenarkan isi pikiran Louis. Isi dokumen itu mustahil ditulis hanya berlandaskan laporan bawahan. Laporan sedetail itu hanya bisa disusun sedemikian rupa jika sosok yang menulisnya terjun secara langsung.
"Nii san---"
"Dia benar-benar melebihi ekspektasi kita."
Louis mengangguk. Setuju. Tentu saja. Bagaimana mungkin dia tidak setuju jika fakta yang tersaji justru sangat jelas?
Semakin lama, Louis semakin yakin alasan William menjadikan seorang Lady sebagai pondasi berdirinya era baru Inggris. Nona Muda Lizzette benar-benar pantas. Dia lebih dari pantas untuk mendapat pengakuan dari kedua kakaknya.
"Nii san,"
"Ya?"
"Apa Dame Lizzette tidak berniat untuk datang secara pribadi menemui Nii san?" Louis penasaran. Lizzette nyaris tidak pernah menampakkan dirinya lagi setelah acara pelantikan Callen Dean Summers dan setelah peristiwa yang terjadi di aula dansa. Tepat ketika secara mengejutkan Albert menjadi pasangan tarian pertama Lizzette. Bahkan semua pekerjaan yang Lizzette bagikan juga hanya diantarkan oleh maid pribadinya. Sedangkan si tersangka seolah menghilang entah ke mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
FanfictionIni bukan kisah tentang William James Moriarty, putra kedua keluarga Moriarty yang kejeniusannya tidak diragukan lagi. Ini juga bukan kisah tentang Sherlock Holmes, si detektif jenius London. Ini tentang kisah yang tidak pernah dikisahkan. Tentang s...