Dear MyLan!Has this wonderful reading adventure captivated you? Have you been swept away in this world of stories full of charm?If so, feel free to share your opinions and impressions in the comments!Grab a blanket, get comfy, and enjoy the read!
Stay tuned for the next chapter!
°°° Siren °°°
Cahaya rembulan menerobos cela jendela yang besar. Di ruang tengah, TV berlayar lebar menyala terang, menyiarkan berita yang baru-baru ini ramai diperbincangkan. Ella, gadis itu duduk dengan mengigit ujung kukunya, keningnya mengerut dalam merasa berita ini terlampau mengejutkannya."Valen enggak seharusnya tau soal Zoren." Sebelah tangannya mencengkram gelas air dengan erat, matanya bergerak gelisah. Bibirnya yang gemetar menyentuh permukaan gelas yang dingin, meneguk airnya dengan terburu-buru.
Meneguk untuk kesekian kalinya, dengan waktu yang terus berdeting, Ella bisa merasakan detak jantungnya melemah. Perlahan, Ella bisa merasakan kantuk yang menyerang. Matanya yang tadinya terbuka lebar, perlahan terasa berat. Tanpa banyak pergerakan lagi, Ella menyadarkan tubuhnya dan tertidur secara tiba-tiba.
"Sudah kau letakkan obatnya?" Valen melangkah pelan masuk ke dalam apartemen Ella, matanya yang terasa berat tertuju pada gadis itu yang tertidur di sofa.
"Saya sudah taro-" Lucca menghentikan suaranya ketika ia turut mendapati perawakan Ella yang tertidur. Valen yang berjarak di depanya kini sudah mendekat ke arah sofa. Melihat Ella yang sudah tertidur membuatnya merasa lega.
Namun, ketika Valen melirik layar TV, keningnya berkerut dalam. Dengan gerakan cepat, Valen mematikan siaran itu. Ella sudah pasti menonton berita tentangnya seharian.
Tubuh Valen sedikit menunduk, menyisir anak rambut Ella ke balik telinganya. Dengan gerakan pasti, ia membawa tubuh gadis itu menuju kamar. Memindahkannya ke atas kasur. Memastikan selimut menutup separuh badan gadis itu, Valen mendekatkan bibirnya dan berbisik. "Sayang sekali El," Valen berbicara dengan nada getir, "untuk permasalahan ini aku tidak bisa lagi mengendalikan emosiku."
"De volpe?" Ia terkekeh, suaranya getir. Tangannya bergerak mengusap rambut Ella dengan gerakan lembut, matanya yang tajam tersirat kecemasan.
"Aku nggak mau kamu terluka lagi." Valen melanjutkan. Setelah itu, ia pun beranjak dari sana dan melangkah keluar dari ruangan membuatnya berhasil menemui perawakan Lucca.
"Tuan, apa ingin saya siapkan kamar? Anda sepertinya lelah untuk kembali pulang," Lucca berkata dengan hati-hati. Tapi jika boleh jujur Lucca tidak suka kehadiran Valen di sini, belum lagi Ella selalu merasa terpojok dengan adanya kehadiran laki-laki itu.
Valen menggelengkan kepalanya. "Tidak, terima kasih," jawabnya. "Tapi," Valen menambahkan, "pastikan dia tidak terus-terusan menonton TV." Valen pun melangkah pergi meninggalkan kesunyian yang memeluk apartemen itu.
°°° Siren °°°
Zoren memejamkan matanya, jemarinya sejak tadi memijat pelan pangkal hidungnya. Seharian menonton siaran TV tak kunjung membuatnya terhibur. Karena dimana-mana berita pertengkaran-Nya dengan Valen hari itu jadi perbincangan banyak orang.
"Zoren!" Tidak hanya siaran TV, Zoren juga tak berhenti mendapati gerutu gadis itu
"Aku sudah mengatakan jauh-jauh hari untuk jangan berurusan dengan Ella!" Akhirnya Zoren membuka matanya, ia melirik tanpa menoleh. "Dan kau pun tahu dia dekat dengan Valen." Seakan tidak ada habisnya, Rachel yang sejak tadi duduk di kursi dapur terus berceloteh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren + Who's that creepy creature
Misteri / Thriller"Who is that monstrous creature?" Ketika Ella bertemu dengan De Volpe, pria misterius dengan tatapan tajam dan aura dingin, Ella merasakan sensasi aneh. Seolah dia mengenal pria itu, tapi ingatannya tertutup kabut tebal. Kejanggalan demi kejanggalan...