_You had a bad day. You're taking one down. You sing a sad song just to turn it around_ —Bad Day by. Daniel Powter
AKU tak berkonsentrasi penuh mengendarai mobil seorang diri. Konsentrasiku sebagian besar tersita untuk memikirkan apa yang tadi aku alami. "Siapa pria itu dan apa maunya?" pertanyaan itu yang terus menjejali otakku. Tadi saja, selama perjalanan mengantarkan Ninos ke rumahnya, aku tak begitu mendengarkan celotehnya. Aku hanya sedikit menangkap kata-katanya, seperti dada, WOW! dan kuaci, entah apa maksudnya karena selebihnya pendengaranku tertutup oleh apa yang kupikirkan itu. Namun ketika samar-samar Ninos menyebutkan nama Denis, mendadak indera pendengaranku menajam.
"Kamu emang nggak salah liat. Tadi aku liat Denis sama rombongannya, mereka pulang-keluar dari mall-di saat hampir bersamaan kamu ke lantai atas," kata Ninos tadi, sambil mengupas kuaci dengan susah payahnya.
Denis pulang? di saat bersamaan aku menuju parkiran? Itu berarti ... sangat kecil kemungkinannya kalau dia ada di tangga darurat itu bersamaku. Jadi pria itu tak mungkin DIA. Akh! Kenapa aku sempat berpikiran kalau itu dia. Tentu saja itu tak mungkin dia, dia sangat tak menyukaiku-itu yang kutahu, jadi sangat tak mungkin jika orang yang tak menyukaiku bisa menciumku dengan penuh kelembutan. Menciumku! Aku meneguk ludah dengan susah payah karena harus mengingat bagian itu. Sial!!
Di saat masih berusaha keras memikirkan kejadian ganjil tadi, tiba-tiba aku merasa mobilku bergerak sedikit tak stabil. Sepertinya ban mobilku bocor. Aku pun segera menepikan mobilku. Dan benar saja, saat aku keluar dan memeriksakannya, ban kiri depan mobilku benar-benar bocor.
"Akh sial!" Aku menendang penuh kesal ban mobilku itu. "Kenapa bisa dua kali dalam satu hari ini? Hah!" runtutku sambil mengacak-acak rambutku.
Aku memperhatikan sekelilingku ... Ini kawasan tak berpemukim dan setahuku tak ada bengkel ataupun penyedia tambal ban di sekitar sini. Dan aku pun sadar tak ada ban cadangan di bagasiku. Mana hampir senja lagi.
Aku menarik nafas panjang, berusaha mengontrol emosiku. Kemudian aku membuka pintu depan mobil dan meraih ponsel yang kuletakkan di atas dasbor.
Akh, sial! Baterai ponselku terlalu lemah sehingga tak bisa mengoneksi jaringan. Dengan rasa kesal, kulempar ponselku ke atas jok lalu menutup pintu mobil dengan sedikit hempasan. Ya Tuhan! Kenapa aku sesial ini? Aku merasa berada di dalam drama komedi gelap.
Aku menyandarkan diri ke sisi samping mobil-sekaligus menyandarkan kefrustasianku. Kemudian dengan lemasnya kulongsorkan tubuhku dan mendaratkan pantatku di atas jalan beraspal. Kutarik dompet yang terselip di kantung belakang celanaku, kubuka, dan kukeluarkan benda kecil yang kutaruh di dalamnya. Little Angel-bros yang dulunya milik Angel yang kini diberikan Tiara kepadaku. Aku meneguk ludah. Dan tak sadar, aku tersenyum simpul menatap bros yang dipercayai Tiara dapat membawa keberuntungan ini.
Kini aku duduk di pinggir jalan dengan kedua kaki tertekuk. Menengok ke kiri dan kananku sambil meremas Little Angel dalam genggamanku, berharap ada yang lewat dan berhenti untuk menolongku, meski sangat kecil kemungkinannya ... mengingat di jaman sekarang ini semua orang merasa dirinya lebih sibuk sehingga enggan menyempatkan untuk membantu orang lain. Apalagi langit sudah menjingga begini, hari hampir gelap.
Namun sepertinya tak sepenuhnya pemikiranku itu benar, karena kini kulihat sebuah mobil sport merah menepi di sisi jalan yang lain, tepat di seberangku. Sepertinya pengemudinya mengerti kesusahanku, ah! syukurlah! Tapi ... tunggu dulu! Mobil sport merah itu tampak tak asing bagiku. Jangan-jangan...
Sedetik kemudian kaca depan mobil itu diturunkan dan seraut wajah pun muncul dari baliknya. Dugaanku benar. Seseorang yang tak kuharapkan itu justru muncul di saat seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER LOVE STORY
Diversos"... Ketiadaan sesuatu pada dirimu bukanlah ketidaksempurnaan, karena ketiadaan itu adalah cara Tuhan untuk membuatmu menjadi sempurna ...." Setelah kematian kakak perempuan satu-satunya, Melvin memutuskan tinggal bersama kakak iparnya, Arjuna-yang...