Dulu, saat jisung masih kecil ia selalu berlarian di area rumah nya. Ia bukan berasal dari keluarga bangsawan dengan rumah berpilar, rumah nya terbilang cukup sederhana namun saat itu jisung merasa rumahnya adalah rumah terbesar hingga dirinya selalu senang berlarian ke sana kemari, namun ia tidak menyangka jika sebuah kamar memiliki besar dua kali dari rumahnya
Kamar minho . . . . seperti istana di dalam istana. Sangat amat mewah hingga jisung ingin menangis rasanya
Pasti minho tidak tau rasanya kedinginan saat malam penuh hujan, dan selimut yang kau miliki tidak cukup membuatmu hangat. Pasti minho tidak pernah merasa panik saat tagihan iuran listrik mulai berdering nyaring penuhi seisi rumah
"Apa yang membawamu kemari" tanya minho sambil ikut mendudukan diri di hadapan jisung. Keduanya kini tengah duduk di sebuah meja, meja makan yang sengaja di bawa para pelayan ke dalam kamar
Jisung pun tidak mengerti mengapa minho menjamunya di kamar
"Kau yang menyuruhku, berkata pada para penjaga jika aku diperintahkan oleh peter jack, rupanya aku di jebak" jisung berucah lirih dengan bibir yang melengkung kebawah
Jisung masih takut pada hukuman kerajaan. Seringkali dirinya mendengar hukuman pemenggalan bagi siapapun yang berkhianat
Jisung kabur dari resimennya—walau bukan karena alasan kerajaan sih— dan jisung merasa takut karena hukuman pemenggalan itu
Bagaimana jika dirinya mati? Jisung masih ingin bermain-main
"Apa yang kau takutkan"
"Kau"
"Memang ada apa denganku? Aku bahkan menjamu mu Dengan banyak daging dan rum seperti yang kau inginkan"
Memang benar sih, di atas meja memang sudah terhidang banyak sekali jenis daging dengan berbagai bumbu, belum lagi minuman yang selalu ingin jisung cicipi ada di depan matanya, terbungkus dengan rapih. Namun tetap saja jisung khawatir, ia memilin jari di bawah meja dan merunduk
"...apa ini akan menjadi makanan terakhirku? Jika iya maka aku tidak akan memakannya, kau bisa memenggalku sekarang."
Minho menaikan sebelah alisnya lalu tergelak melihat wajah jisung yang sangat amat ketakutan
"Hhhaa~ apa yang sebenarnya kau pikirkan jisung? Tidak akan ada yang mati, aku tidak akan membunuhmu"
"Tapi .. Kau tau jika aku kabur dari resimenku, bukankah artinya aku seorang pengkhianat? Dan hukuman bagi para pengkhianat adalah penggal"
Minho bangkit dari duduknya, pakaian satin yang digunakannya menjadi pusat perhatian untuk jisung karena dengan begitu jisung bisa dengan jelas melihat bidangnya dada minho
Tungkainya di bawa berjalan kebelakang tubuh jisung yang masih terduduk kaku dan merunduk. Minho letakan tangannya pada pundak sempit jisung hingga membuat jisung terkejut karenanya
"Hukuman para pengkhianat memang adalah dengan memenggal kepala nya. Berucap tidak pantas pada keluarga kerajaan adalah perobekan mulut, berlaku tak sopan akan di hukum penarikan tubuh. Kau benar, kau pintar
Tapi yang ku tau, kau kabur dari resimen bukan karena alasan kerajaan juga bukan karena ingin bocorkan rahasia kerajaan pada kerajaan lain. Lagipula tidak mungkin aku membunuhmu—"
Minho gerakan tangan yang semula bertopang pada pundak jisung, kini tangan minho mengalung pada leher yang lebih kecil, membuat wajah minho sejajar dengan telinga jisung
"—membunuh seseorang yang sudah ku percayai, membunuh seseorang yang sudah menjagaku dari buasnya hutan liar di luar sana, membunuh seseorang yang memberiku daging rusa bakar, buah dan kenyamanan di malam hari. Tidak mungkin aku membunuhnya. Lagipula Telinga ini—" hidung runcing minho sentuh daun telinga jisung yang kini berubah warna, hembusan dan suara berat yang minho keluarkan membuat jisung meremang sekujur tubuh
KAMU SEDANG MEMBACA
[PRSNT] REDKO || MinSung
FanfictionPetter Prince and his Soldier ; Russian Folklore. •Special Present for 8k Followers• [Kayanya bakal jadi beberapa chapter, maaf kalau ga sesuai ekspetasi kalian dan TERIMA KASIH BANYAK UNTUK 8K NYAA ^^ ]