Balutan dress dengan motif bunga-bunga kecil dominan warna merah menempel lembut pada tubuh kuning pucat gadis muda yang menyisir rambut panjangnya agar terurai lebih rapi. Pertemuan dengan mama adalah hal yang lebih dari definisi spesial. Jemarinya kesit menali sepatu hitam pantofel dengan sedikit hak di bagian tumit. Penampilan Intan memang terlihat begitu ceria-meski tak dapat dipungkiri hatinya berbeda jauh dengan kata tersebut.
Berkebalikan seratus delapan puluh derajat dari pesona yang ia miliki, memori buruk tentang bagaimana hancur dunianya kemarin malam masih senantiasa bermanuver dalam pikiran. Menyisakan ribuan pilu dan menciptakan banyak luka jauh di lubuk hati paling dalam. Hujan dipilih untuk menjadi saksi bisu atas perpisahan yang tak pernah diminta untuk bertemu. Rintiknya membawa jutaan tetes air mata yang mungkin akan menjadi terakhir kalinya laki-laki itu lihat dari lekuk wajah indah milik gadis yang sekarang menatap dirinya di cermin sendu.
Nafas Intan kembali tercekat tatkala ia kembali mengingat susunan kalimat permohonan yang dilontarkan di pertengahan malam kemarin. Permohonan agar laki-laki yang ia puja untuk menetap lebih lama. Cepat-cepat ia memasok oksigen-menenangkan raga yang terasa letih dari hari sebelumnya.
Pagi ini langit terlihat muram. Awan dengan dominan warna abu dan sedikit semburat putih memenuhi langit yang ingin terlihat lebih bahagia. Angin berhembus lumayan kencang-membuat dress milik puan paling cantik itu bergerak kesana kemari mengikutinya. Papa terlampau tampan dari penampilan saat pergi bekerja. Meski hanya dengan menggunakan kemeja hitam dengan celana warna senada, ada beberapa rasa rindu tanpa duka tersemat di air wajah pria paruh baya yang mulai memutar kemudi-menuju tempat dimana keluarga mereka akan kembali lengkap meski salah satunya tak dapat dilihat.
"Kamu hutang cerita sama papa ya, Dek." Papa memilih beberapa kata sebagai pemecah keheningan. Tak ada lagu pengiring perjalanan yang menyuara meramaikan suasana. Lantunan lagu milik Bon Jovi sudah berhari-hari tak terdengar. Saat mama remaja beliau suka sekali dengan band itu. Ada album bahkan vinyl mereka yang menghiasi rak di samping televisi.
"Intan cuma kangen mama, Pa. Maaf ya buat papa khawatir." Jawab gadis itu sesekali mencuri pandang pada papa yang fokus dengan jalanan. Jendela mobil bergerak kebawah seiring telunjuk Intan menekan tombol pada sisi pintu-membiarkan angin menyapu wajahnya. Helai rambut yang terpisah dari kelompok juga berkibar hebat bahkan sampai mengganggu penglihatan.
Kedua netra Intan menatap lurus pemandangan elok yang mengingatkan akan seseorang yang ia harapkan kehadirannya. Birunya air laut menjawab seluruh perasaan yang terpaksa harus ia kubur dalam-dalam. Aliran itu begitu tenang sampai-sampai detak jantungnya mati rasa. Kehilangan seseorang dua kali berturut-turut dalam hidupnya membuat Intan merasa semesta tak pernah bersikap adil pada gadis belia yang baru saja mengerti dan merasakan kasih sayang yang sebenarnya.
Setelah bermenit-menit lamanya mobil hitam papa melaju, benda kesayangan papa setelah keluarganya itu berhenti di parkiran luas. Kedua insan yang terlampau siap bertemu seseorang yang mereka rindu dari jauh hari mengukir senyum tipis.
Buket bunga krisan putih menghias indah makam mama. Nisan dari marmer dengan keramik abu masih mengkilat-membuat siapapun yang mengeja namanya dapat terbayang jelas siapa sosok yang bersemayam dengan tenang disana.
"Ma? Papa sama Intan disini baik-baik aja. Mama gimana?" Tatapan teduh kedua netra milik Intan menatap lurus pada nisan. "Gimana ma rasanya air susu di surga? Lebih manis? Atau justru tawar?" Intan terkekeh. Hatinya terasa lebih lapang setelah berhasil membuka obrolan yang ia rindukan jawabannya.
Papa menempelkan kedua telapak tangannya, begitu juga putri semata wayang yang ia sayang. Keduanya mulai memanjatkan beribu doa untuk segala hal kebaikan mama disana. Belasan menit berlalu membuat kicauan burung seperti menjawab doa-doa baik yang mereka berdua ajukan. Papa mengusap rambut putrinya-mengikis langkah kaki mereka menjauh dari sana. Meninggalkan seseorang dengan segala kenangan indah yang sudah puluhan tahun ketiganya buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENTING | Renjun ✅
FanfictionGoresan luka basah yang tercipta dalam hati setiap manusia sangat sulit ditemukan penawarnya. Ketika setiap insan memilih berkalut sampai kesedihannya dibawa hanyut oleh gemercik sendu menuju muara ketenangan sejenak alih-alih melupakannya, Delian j...